Saya yakin kebanyakan yang membuka situs ini adalah anak muda atau remaja, termasuk yang menulisnya. Masa muda adalah masa puncak seseorang merasakan nikmatnya waktu dan tenaga, sehingga tak jarang mereka menggunakan kedua kesempatan tersebut untuk hal yang hanya manis sebentar.
Di masa ini orang dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan, dari mulai berkarya lepas, berpetualang, bersosialisasi, dan sebagainya karena waktu dan tenaga mereka mendominasi. Belum lagi mereka yang sudah memiliki penghasilan ataupun memiliki orang tua yang sangat mapan sehingga uang yang lebih menjadi bonus mereka di masa itu.
Tetapi benar kata bung Roma, masa muda itu adalah masa di mana orang-orang hanya berpikir sekali saja…
Saya membagi masa muda menjadi 3 bagian,
Di masa ini anak muda pada puncak segar-segarnya untuk menuangkan ide dan berimajinasi. Pada tahap ini mereka harus dibimbing untuk mulai mencetak apa yang menjadi kesenangannya dengan serius. Usia 17 adalah usia transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja, sehingga haruslah orang-orang pada usia tersebut diajarkan arti dari kedewasaan, manajemen, dan disiplin.
Penyakit dan gangguan mental pun kerap terjadi di sini disebabkan banyaknya trauma dan ketidakmulusan dari apa yang mereka tuangkan, seperti gejala perfeksionis, bipolar, mudah kehilangan semangat, trauma, dan sebagainya. Inilah mengapa masa ini disebut masa yang labil karena emosi masih mudah untuk terguncang.
Pada masa ini mereka juga jangan dibiarkan ‘berjalan’ sendiri meski harus mandiri. Berapa banyak anak muda yang keras kepala akan suatu ilmu pengetahuan karena mereka merasa mendapatkan itu sendiri dan tidak ada yang peduli pada mereka meskipun sumbernya tidak jelas. Tidak heran mengapa pelaku pencucian otak mentargetkan orang-orang pada masa ini. Jadi orang-orang yang lebih dewasa dan lebih mengerti agar kiranya dapat membimbing mereka agar tidak terjadi hal-hal seperti ini khususnya di bidang ilmu, cara berpikir, dan perihal berprinsip.
Siapa orang tua yang mau melihat anaknya memiliki prinsip, “Jangan kau urus aku karena nerakaku bukan urusanmu, dan kamu belum tentu mendapat surgamu.”?
Prinsip-prinsip tersebut muncul disebabkan karena anak-anak muda yang kurang mendapat bimbingan dan kepedulian, sehingga pendidikan sosialnya diambil alih oleh teman-temannya yang senasib dengannya.
Di masa ini, mereka juga masih ingin main-main (berkarya), sehingga kepedulian terhadap uang masih sangat kecil. Itulah sebabnya banyak sekali karyawan pada masa-masa ini yang sangat tidak profesional dan sering melanggar aturan, itu karena mereka belum mendapatkan pendidikan mengenai profesionalitas namun dilepas begitu saja.
Remaja pada masa ini harus mulai peduli akan kelangsungan hidup di masa depannya. Mencari uang atau nafkah sudah harus menjadi prioritas. Dalam hal ini bukanlah sudah tidak boleh berkarya, namun apa yang menjadi prioritas harap diutamakan. Karena melulu bergantung kepada orang tua bukanlah hal yang elok pada masa-masa ini.
Orang yang memiliki cita-cita membahagiakan orang tua, masa inilah tempatnya. Karena pada saat itu manusia sedang gagah-gagahnya, sedang banyak tenaganya, dan peluang mendapatkan penghasilan lebih sudah terbuka lebar. Mereka belum terganggu dengan sesuatu yang lain sehingga menabung dan membahagiakan orang tua haruslah gencar di masa ini.
Pencarian jodoh dan lamaran juga seharusnya terjadi di masa ini. Karena pernikahan adalah batas masa ini dengan masa selanjutnya.
Orang-orang menyebutnya ini adalah remaja akhir dan bersinggungan langsung dengan tahap dewasa dalam perjalanan hidup seorang manusia. Pencarian uang atau nafkah haruslah lebih diutamakan dan lebih digencarkan dibandingkan masa sebelumnya. Kesempatan berkarya sudah lebih berkurang dibandingkan dua masa sebelumnya sehingga orang yang mulai berkarya pada masa ini tidak jarang akan menemui waktu-waktu sulit karena adanya faktor tanggung jawab berkeluarga dan bekerja.
Di masa inilah pula beberapa penyesalan sudah mulai bermunculan karena tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya di masa muda, umumnya terjadi kepada orang yang baru merintis karyanya di masa ini disebabkan tenaga dan waktu mereka digunakan untuk foya-foya di masa-masa sebelumnya.
Dan di masa ini ujian serta cobaan hidup bertambah, karena peluang untuk masuknya fitnah dan gangguan tersebar di mana-mana, tidak terkecuali mungkin dari anak kita sendiri yang sudah menjadi tanggung jawab para orang tua untuk mendidiknya dengan baik.
Di sini juga adalah peralihan kata sapa dari “mas/mbak”, “abang/nona”, “aa/eneng” menjadi “bapak/ibu”.
Sebenarnya tidak mesti berpatok pada usia-usia di atas untuk masa peralihan. Ada yang masih umur 19 namun sudah ke tahap masa berkeluarga, atau bahkan ada yang umur 29 masih tahap masa berkarya. Saya sendiri peralihan dari masa berkarya ke masa bekerja justru pada usia 20 tahun karena saya sudah menyadari betapa pentingnya ‘uang’ dalam hidup saya pada usia itu, di samping juga saya memiliki beberapa ‘tanggungan’.
Artikel yang bersumber dari jalan pikiran saya ini sebenarnya lebih menitikberatkan kepada pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya. Karena saya sering memperhatikan remaja-remaja yang harusnya sudah dalam masa berkeluarga, namun justru masih dalam masa berkarya. Artinya, hidup mereka belum memikirkan penghasilan (yang mana akan berguna untuk membahagiakan orang tua, mencukupi kebutuhan diri, hingga kewajiban mencari nafkah) dan cenderung hura-hura.
—<(Wallaahu a’lam bishshawaab)>—