Banyak orang yang bersedekah, tapi beranikah bersedekah dengan nominal yang lebih besar? Pertanyaan ini yang sulit dijawab. Tapi kita perlu belajar juga dari kisah orang-orang yang berani bersedekah dengan nominal yang lebih besar. Salah satunya adalah Ali bin Abi Thalib. Ia memiliki kisah yang menakjubkan saat bersedekah.
Kisah sedekah Ali bin Abi Thalib ini bisa dibaca di dalam kitab al-Mawaaidz al-Ushfuuriyyah. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad yang mendapat cerita dari ayahnya yang mendengar dari kakeknya mengenai perilaku Ali.
Suatu hari setelah pulang dari rumah Rasulullah, Ali melihat Fatimah sedang berdiri di teras rumah.
“Hai isteriku, apakah ada makanan hari ini untuk suamimu?” tanya Ali.
“Demi Allah, aku tak memiliki apa-apa kecuali uang enam dirham, hasil upah memintal bulu-bulu domba milik Salman al-Farisi. Dan aku berencana ingin membelikan makanan untuk Hasan dan Husain.”
“Biar aku saja yang membelikannya. Berikan uangnya kepadaku.”
Fatimah pun memberikan uang tersebut.
Ali pun bergegas pergi membeli makanan untuk kedua anaknya. Di tengah jalan, ia ketemu dengan seorang laki-laki yang berkata, “Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan Yang Selalu Menepati Janji.”
.
Ali pun memberikan uang enam dirham tersebut kepadanya. Kemudian pulang ke rumahnya dengan tangan kosong. Fatimah yang melihat Ali pulang dengan tangan hampa langsung menangis.
“Mengapa kamu menangis?”
“Kenapa kamu pulang tanpa membawa sesuatu? Ke mana uang yang enam dirham tadi?”
“Isteriku yang mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah.”
Mendengar jawaban Ali, Fatimah berhenti menangis dan gembira. “Sungguh! Aku mendukung tindakannmu!”
Lalu Ali pun keluar rumah karena ingin bertemu Rasulullah SAW. Di tengah jalan, ia disapa seorang laki-laki, “Hai Abu Hasan, maukah kau beli untaku?”
“Aku tak punya uang,” kata Ali.
“Bayarnya belakangan saja.”
“Berapa?”
“Seratus dirham.”
“Baik. Kalau begitu aku beli.”
Setelah diberikan untanya kepada Ali, dan Ali pun ingin kembali pulang meletakkan untanya di sekitar ruamhnya. Di tengah perjalanan, ia disapa seorang laki-laki.
“Hai Abu Hasan, apakah unta tersebut akan kau jual?”
“Ya.”
“Berapa?”
“Tiga ratus dirham.”
“Ya, aku beli.”
Lalu orang tersebut membayarnya dengan kontan 300 dirham dan mengambil unta tersebut.
Ali pun bergegas pulang ke rumahnya. Fatima tersenyum melihat wajah Ali yang sumringah.
“Kelihatan begitu gembira, apa yang terjadi, suamiku?”
“Isteriku yang mulia, kubeli unta dengan bayar tempo seharga 100 dirham. Lalu kujual lagi 300 dirham dengan kontan.”
“Aku setuju.”
Setelah berdialog di rumahnya, Ali pamit kepada Fatimah mau menemui Rasulullah SAW di mesjid. Ketika masuk masjid, Nabi SAW tersenyum melihatnya.
“Hai Abu Hasan! Akan kau yang lebih dahulu cerita ataukah aku terlebih dahulu?”
“Anda saja yang cerita, ya Rasul,” jawab Ali.
“Tahukah kamu siapa yang menjual unta kepadamu dan siapa yang membelinya kembali?”
“Tidak. Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
“Berbahagialah Ali. Kamu telah meminjamkan enam dirham kepada Allah. Dan Allah memberimu 300 dirham. Tiap satu dirham mendapat ganti 50 dirham. Yang pertama datang kepadamu adalah Jibril dan yang terakhir datang adalah Mikail.”