Artikel bertema akidah berikut saya tujukan untuk kita yang masih merasa bingung ingin melakukan apa di dunia ini, masih terus mempertanyakan apa bakat kita, dan merasa hidup stuck di situ-situ aja.
Bagaimana pun dunia adalah ladang amal. Manusia memiliki kebutuhan mereka masing-masing selain fokus kepada ibadah vertikal. Bahkan manusia dianjurkan untuk berbuat baik kepada diri mereka sendiri selama hidup di dunia.
Rasulullah saw., Beliau sendiri yang memberi kebebasan berkreativitas dengan hobi kita di dunia selama masih dalam lingkup syariat.
Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.
HR. Muslim, no. 2363
Saya ingin menyampaikan secercah cerita sebagai latar belakang penulisan artikel ini.
Biasanya, selepas kerja sambil menunggu macet mereda di tengah jalanan Jakarta, saya bersantai sejenak di kantor sambil mencari-cari inspirasi dari menonton playthrough video game di Youtube, terutama dari game-game Nintendo.
Biasanya dari sana saya mendapatkan inspirasi desain, atau kegiatan iseng bermanfaat yang bisa saya buat setelahnya.
Sampai suatu ketika, saya melihat sebuah permainan Nintendo terbaru di Switch 2, hanya sebuah permainan balapan yang sebenarnya saya tidak suka. Mario Kart World judulnya. Saya hanya menonton video orang lain yang memainkan itu karena arena balapannya banyak di tempat yang tidak biasa.
Sampai akhirnya saya sampai di sebuah arena balapan terakhir yang menjadi selebrasi utama. Rainbow Road, yang ternyata sudah menjadi “budaya” turun-temurun sejak permainan Mario Kart yang pertama rilis tahun 1992.
Baru kali ini saya melihat playthrough video game hingga mata saya berkaca-kaca. Padahal itu hanya arena balapan yang kekanak-kanakan, tidak ada mode cerita, tidak ada drama, tetapi jujur membuat saya hampir menangis.
Saya sampai cek video reaksi gamer-gamer lain yang sepertinya sudah berusia 30 tahun ke atas, mereka banyak yang terharu bahkan sampai benar-benar menangis. Biasanya saya tidak suka menonton “reaction video”, tapi khusus yang satu ini adalah pengecualian.
Ada apa memangnya? Mengapa arena balap pada permainan anak-anak telah sukses mengoyak hati banyak orang dewasa baik laki-laki atau perempuan sehingga beberapa mereka sampai terang-terangan menangis?
Sejujurnya, setelah saya hampir-hampir keluar air mata karena terharu melihat penyajian arena balap selebrasi tersebut, perasaan saya tiba-tiba berubah menjadi penuh amarah.
Bakat, atau potensi manusia, adalah hal dasar yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dari sejak pertama kali ruh kita hinggap pada janin di kandungan ibu kita.
Artinya, bakat adalah salah satu bukti dari keagungan Allah Ta’ala yang harus kita manfaatkan semaksimal-maksimalnya.
Saat seorang manusia menunjukkan kemampuannya dengan bakat yang telah Allah Ta’ala berikan kepadanya, di sanalah kita mengetahui bahwa betapa hebatnya Allah Ta’ala dalam menciptakan makhlukNya yang bernama Manusia.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taβala mencintai melihat bekas-bekas nikmat yang dilimpahkan kepada hambaNya.
HR. Tirmidzi
Kembali kepada arena balap di Mario Kart World yang berhasil membuat saya dan beberapa Youtubers menangis terharu dan bahagia. Padahal tidak ada cerita yang sarat drama dalam permainan tersebut, namun waw, pipi saya nyaris basah dibuatnya.
Seluruh elemen yang ada pada arena balap Rainbow Road tersebut bukan hanya digunakan secara maksimal oleh pengembang gamenya, melainkan juga mereka begitu jenius menambahkan elemen-elemen lain yang bisa menciptakan decak kagum manusia sampai begitu bahagia hingga tak terasa hampir jatuh air matanya.
Desainnya, musiknya, presentasinya, saya tidak bisa berkata-kata.
Saya bisa merasakan sendiri bagaimana besarnya rasa kasih sayang dan rasa cinta yang para pengembang gamenya tuangkan kepada produk mereka sendiri dengan curahan yang tak bisa saya membayangkannya. Bukankah energi positif itu menular? Jadi hasilnya bukan sekadar keren, rapi, tetapi sudah ke tahap yang bisa “menyihir” pemirsanya.
Selesai menonton Rainbow Road itu, saya kemudian berdiam diri, termenung, merasa tercerahkan, dan seketika muncul amarah pada diri saya sendiri.
“Ini… ini! Inilah tujuan hidup saya di dunia.” Mata saya berbinar seketika.
Saya baru saja melihat sendiri di depan mata saya, bagaimana manusia (developer game tersebut) yang telah berhasil memaksimalkan potensi mereka. Mereka menyebarkan kebahagiaan, bahkan bisa meringankan masalah kehidupan para pemirsanya yang mungkin tengah menghimpit.
Hasil karya orang-orang itu benar-benar bermanfaat, menginspirasi, dan membakar semangat atau motivasi pemirsanya.
Ibadah kita di dunia, juga termasuk kepada sesama ciptaan Allah Ta’ala. Bakat, adalah salah satu senjata yang bisa kita gunakan sebagai ladang ibadah hablun min annas di dunia.
Orang yang paling Allah cintai adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan amalan yang paling Allah cintai adalah engkau memberikan kebahagiaan kepada seorang muslim.
HR. Ath-Thabarani
Menjadi manusia yang luar biasa apalagi sampai bisa menggerakan hati banyak orang kepada hal positif memiliki kedudukan yang tidak main-main dalam ajaran Islam.
Bahkan karena begitu dahsyatnya, Nabi Muhammad saw., Beliau hingga secara terang-terangan menyatakan pada hadits yang kita sudah sangat familiar,
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.
HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni
Jika saya tanya, kata atau frasa apa yang harus kita garis bawahi pada hadits di atas?
Banyak orang, termasuk saya sendiri tadinya bahwa yang kita garis bawahi pada hadits tersebut di atas adalah “yang paling bermanfaat”. Tadinya…
Sampai saya melihat ada hal lain yang tak kalah luar biasanya untuk kita garis bawahi pada hadits itu, dan itu adalah “sebaik-baik manusia”.
Bayangkan, manusia terbaik di penjuru alam semesta menyisipkan pernyataan “sebaik-baiknya manusia” kepada siapa pun manusia yang paling banyak manfaatnya. Bukankah itu sebuah penisbatan agung yang diberikan sang idola kepada umat Beliau?
Lalu mengapa umat Beliau yang katanya cinta kepada Beliau masih banyak yang lengah akan keutamaan ini? Mengapa harus kalah dengan orang-orang yang justru enggan beragama sama sekali?
Sejujurnya saya malu kepada diri saya sendiri jika saya melihat orang-orang yang telah berhasil menyebarkan manfaat hingga membuat orang begitu terharu, apalagi sampai bisa menyebabkan orang lain ikut melakukan hal positif juga.
Bagi saya, itulah prestasi dunia yang luar biasa.
Merugilah orang-orang hidup di dunia, namun tidak tahu apa yang harus mereka lakukan di dunia untuk diri mereka sendiri.
Maksudnya, saya memahami ada dari kita yang sedang dilanda musibah hingga membuat kita depresi dan tidak bisa melakukan sesuatu apa pun. Jika sedang seperti itu saya sarankan untuk beristirahat terlebih dahulu, tidak perlu dipaksakan.
Hanya saja, berjanjilah untuk melakukan sesuatu di saat nikmat Allah Ta’ala sudah berhasil membuat kita bangkit. Dengan syarat, keadaan lemah kita tidak kita jadi alasan untuk mengelak dari kewajiban.
Tidak perlu khawatir saat kita tidak mengetahui apa bakat kita, cukup kita telusuri saja apa yang kita senangi dari kecil, dan yang terpenting putuskan kita dari standar masyarakat yang mengekang dan menyulitkan kita.
ββ¦(Ya Rasulullah) apakah gunanya amal orang-orang yang beramal?β Beliau SAW menjawab, βTiap-tiap diri bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan, atau menurut apa yang dimudahkan kepadanya.β
HR. Bukhari no. 1777
Allah Ta’ala telah memudahkan apa yang Dia telah tetapkan sebagai bakat kita. Dengan bakat kita itulah insyaAllah rezeki kita tidak akan tertukar dengan hambaNya yang lain.
Makanya sungguh tinggi amarah saya sekaligus begitu miris saat melihat beberapa saudara kita yang enggan bekerja karena khawatir jadi budak dunia, padahal mereka sendiri senang meminta-minta kepada orang lain dengan dalih agama.
Perlu kita ketahui, kebalikan dari manusia yang bermanfaat adalah manusia yang menyusahkan sehingga membuat resah orang lain akan keberadaannya.
Mengapa para pejabat korup begitu hobi menyusahkan rakyatnya? Karena mereka tidak dibiasakan untuk menjadi bermanfaat saat mereka masih menjadi rakyat.
Orang yang telah terbiasa menebar manfaat, mereka akan malu jika mereka harus melakukan hal-hal yang akan mengacaukan prestasi mereka selama ini. Mereka hanya sibuk mengisi waktu mereka dalam melakukan hal-hal yang bisa menyenangkan dirinya dan orang lain.
Tidak heran, orang-orang yang bermanfaat sudah terlatih untuk berimprovisasi atau melakukan perbaikan sehingga mereka terlihat mudah untuk mencapai derajat atau level yang lebih tinggi.
…Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan…
QS. Al-Baqarah: 148
Kita memasuki era di mana teknologi sudah begitu canggih berkat manfaat orang-orang yang sayangnya sebagian besar dari mereka bukanlah muslim.
Tidakkah kita malu jika tidak memanfaatkan kemudahan ini untuk meningkatkan potensi dalam diri kita? Mengapa sebagian orang justru bertambah kemalasan mereka sebab merasa dimanja oleh teknologi?
Banyak orang yang produktivitasnya semakin hancur karena terlalu sering menggunakan teknologi. Tidak sedikit orang yang menjadi enggan berjalan kaki karena terlalu bergantung kepada transportasi online. Bahkan semenjak menjamurnya AI, banyak orang yang semakin menyalahgunakannya seperti menjadikan alasan untuk semakin menyia-nyiakan waktu mereka.
Padahal kecanggihan itu seharusnya menjadi alat untuk meroketkan bakat kita, entah dengan mencari tahu apa bakat kita dan tips & tricknya, atau menjadi asisten kita dalam mengerjakan tugas di luar tugas utama kita.
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya.
QS. An-Nisa: 9