Sebuah Kebutuhan

Bagian sebelumnya…

Saya sudah menjelaskan apa hubungannya Cinta Allah dan ujian yang Dia timpakan kepada hambaNya yang Dia cintai. Terdengar lumayan kontradiktif, namun begitulah kenyataannya.

Tetapi jika kita mau lihat dari sisi yang lainnya, adakalanya ujian bisa jadi adalah sebuah kebutuhan, meski ujian negatif bukanlah sesuatu yang kita inginkan.

Benar, alasan berikutnya kenapa Allah menguji manusia adalah…


Sebuah kebutuhan

Apa maksudnya ujian hidup adalah sebuah kebutuhan? Mengapa kita harus membutuhkan sesuatu yang sebaiknya kita hindari?

Saya pernah menyebutkan bahwa salah satu alasan Allah Ta’ala menguji hambaNya di artikel sebelumnya adalah guna mengangkat derajat hidup para hambaNya.

Bayangkan kembali sebuah permainan, yang memiliki level, yang semakin kemari levelnya semakin sulit.

Orang yang derajat hidupnya semakin tinggi pasti akan bisa melihat jauh lebih banyak hal daripada mereka yang derajatnya lebih rendah. Tidak heran hal tersebut membawa orang-orang yang derajatnya tinggi tersebut menjadi begitu bijaksana dan disegani.

Bagi orang yang tidak menginginkan derajat yang lebih tinggi sekali pun, ujian tetaplah menjadi sebuah kebutuhan.

Ibarat pakaian yang terus-menerus kita pakai, adakalanya mereka akan masuk ke dalam tempat cucian. Di sana sang pakaian akan kita ‘siksa’ sebagai bagian dari proses pembersihan.

Terlebih apabila pakaian tersebut adalah pakaian favorit kita, kita akan membilas, mengucek, atau menyikatnya berkali-kali sampai pakaian tersebut lebih bersih dari pakaian lainnya.

Begitulah bagaimana sebuah ujian hidup dapat menjadi kebutuhan.


Catatan mendasar

Allah mencintai seluruh hambaNya, tanpa kecuali.

Namun sayangnya, sebagian hambaNya, termasuk saya, terkadang terlupa dan menjadi ‘turun derajat’.

Saat Allah Ta’ala menguji saya, barulah saya teringat bagaimana rajinnya saya yang dahulu, barulah saya teringat bagaimana salihnya saya yang dahulu, dan barulah saya teringat kesalahan saya yang dahulu.

Terkadang manusia memang perlu sedih dan menangis, mungkin sebab selama ia tertawa, hatinya tertutupi dari sesuatu yang perlu ia lakukan.

Nyatanya memang demikian. Meski pun saya mencintai melihat orang bahagia dan tertawa, namun hanya untuk mereka yang tertawa dalam sebab yang benar.

Beberapa orang terlalu sering tertawa, saat mendapatkan peringatan mereka tertawa, saat mendengar keluh kesah orang lain mereka tertawa, sampai mereka lupa bagaimana cara berempati kepada orang lain.

β€œDan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.”
(HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Tertawa yang berlebihan akan membuat kita menganggap remeh segala sesuatu, yang mana itu adalah salah satu ciri hati sudah mengeras.

Artinya, agar hati kembali seperti sediakala, perlu Allah Ta’ala ‘cuci’ dengan berbagai hantaman ujian hidup, dengan harapan kita kembali kepadaNya.

Saya sendiri juga sering tertawa dan bercanda, sebab tertawa itu sehat. Namun sebagai manusia yang pernah merasakan pahitnya ujian, kini sudah ada ‘rem’ secara otomatis yang membuat saya memiliki dosis dalam tertawa.

Kemudian, manusia pada dasarnya sering terlupa karena memang tempatnya salah dan lupa.

Sebagai seorang murid favorit guru, apabila sang murid suatu saat ternyata terlupa pelajaran yang sangat penting, maka sang guru akan memberikan didikan dan ujian kembali agar sang murid senantiasa mengingat pelajaran penting tersebut.

Dahulu sewaktu kita mendapatkan ujian yang pahit nan menyesakkan dada, porsi ibadah vertikal kita bertambah dengan dahsyat kepada Allah Ta’ala.

Tetapi saat Allah Ta’ala angkat penderitaan kita dan Dia ganti dengan yang lebih baik, ternyata kualitas ibadah kita merosot total setelah itu.

Bahkan saya sendiri pernah terkena tamparan sebuah postingan Instagram di tengah ujian hidup saya. Postingan tersebut bertuliskan yang kira-kira,

Mungkin Allah Ta’ala sengaja menahan ujianmu karena Dia tahu saat ujianmu berakhir, doa dan tahajjudmu akan berhenti.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
πŸ€— Selesai! πŸ€—
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Kenapa Manusia Diuji (3/5): Cinta Allah

    Berikutnya
    Kenapa Manusia Diuji (5/5): Kembali Fitrah


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. πŸ˜‰

    Kembali
    Ke Atas