Disney adalah film kartun untuk anak-anak. Oh really?! Saya juga awalnya berpikir demikian, bahwa saya tidak begitu suka pada Disney pada awalnya. Alasannya? Film tersebut kekanak-kanakan, memiliki jalan cerita yang mudah ditebak, dan hampir melulu berkaitan dengan Princess. Saya selalu ‘stick’ dengan anime (Jepang) yang memiliki efek visual yang jauh lebih keren dan lebih action.
Saya sudah begitu lama tidak ‘tersentuh’ Disney, hingga akhirnya saya menemukan parodi “Let It Go” Frozen (F__k It All) pada sebuah blog. Melihat visualnya, saya langsung berpikir, “What a disgusting girly song.” dan menyudahinya. Namun ada beberapa melodi yang stuck di kepala saya dan saya mulai mengakui bahwa nada-nadanya tidak hanya keren, namun berkesan.
Dari sanalah saya mengoleksi lagu-lagu Let It Go dari berbagai bahasa karena saya terkesan. Bukankah terkesan lebih dahsyat efeknya daripada hanya sekedar keren? Tak lama, saya mulai terobsesi dengan film-film Disney yang lain.
Fairytale dengan magic-magic yang disodorkan oleh ibu peri, dengan hewan-hewan yang menjadi teman dan dapat berbicara, telah menjadi identitas Disney. Namun ada cerita lain dibalik itu.
Tidak melulu tentang cinta, pangeran, dan lain-lain. Seakan terlalu condong mengarah kepada pemirsa anak-anak karena memang ‘marketing’ untuk usia anak jauh lebih sulit dan lebih hati-hati. Justru itu semua menjadi tantangan Disney tentang bagaimana kartun-kartun tersebut juga dapat dinikmati oleh para dewasa.
Dan itu memang tujuan Walt Disney, membuat animasi yang ditargetkan untuk seluruh usia.
Jika saya tanya, siapa raja hutan? Maka akan serentak menjawab, “Singaaa…!”
Jawaban tersebut terucap dari setiap mulut. Dari mulai anak-anak, remaja, dan para orang tua. Padahal jika dipikir kembali, siapa yang menjadikan singa sebagai raja hutan? Apakah ada pemilihan umum di hutan? Bukan, itu adalah paradigma dari Disney.
Lalu jika ada anak kecil tidak memakai baju, bagaimana mereka dijuluki? Benar, Tarzan. Disney lagi. Darimana kebanyakan kita mengetahui ada spesies Putri Duyung? The Little Mermaid, secara tidak langsung, dan itu adalah produk Disney. Aladdin dengan lampu ajaibnya, Beauty and The Beast, Hercules, dan seterusnya, secara tidak sadar kita telah ‘teracuni’ oleh produk-produk Disney.
Sebuah kesan yang amat dahsyat, bukan?
Disaat tokoh-tokoh kartun lain memperkenalkan diri dengan sangat kaku dan klise, Megara dari Hercules memiliki cara sendiri bagaimana cara memperkenalkan dirinya sendiri. Dimulai dengan ‘menabok’ Hercules dengan rambutnya setelah ditolongnya dari kuda berkepala manusia (centaur) yang bernama Nessus.
Dengan wajah yang tidak terkesan, Megara memperkenalkan dirinya,
Megara, temanku memanggilku Meg, setidaknya jika diriku memiliki teman.
Serius itu perkenalan? Disney menghancurkan kotak yang ada bahwa perkenalan tidak harus melulu dengan mengucapkan hai dengan aksi-aksi yang cukup sering kita saksikan seperti bertatap-tatapan dan berjabatan tangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh tokoh antagonis Hades, dalam beberapa adegan kemudian.
Well, bukan berarti Disney kental dengan humor-humor berbau seksual dan sejenisnya. Memang untuk masalah humor-humor seksual, Disney menyertakan beberapa, namun banyak humor biasa yang memang kita baru mengerti ketika sudah mulai beranjak dewasa. Seperti,
Beauty and The Beast (Cogsworth) :
Apa yang harus dilakukan untuk membuat wanita terkesan? Baiklah, ada beberapa hal yang biasa, yaitu: bunga… coklat… janji-janji yang tidak ingin kau tepati…
Wait, what??? Kemudian,
Mulan :
Satu-satunya perempuan yang mencintai dia adalah ibunya…
Dan beberapa yang cukup nyelekit, seperti,
Sleeping Beauty (Fairies) :
Peri 1: Gaun ini terlihat jelek!
Peri 2: Itu karena kamu yang pakai dear…
Sadis sumpah wahahah.
Oh, apa yang kalian dengar ketika ada orang yang terlihat baik bersekongkol dengan orang jahat? Kalian pasti akan mendengar rencana-rencana jahat yang akan terlayangkan kepada seseorang. Namun apa jadinya jika rencana jahat tersebut dikemas dalam adegan di animasi Hercules berikut,
Phil mendengar Megara bersekongkol dengan Hades,
Hades: Jika kau melihat kepala Wonder Boy (Hercules) di atas piring, kau bilang?
Megara: Medium atau Well Done?
Ini rencana pembunuhan atau sedang order steak? Dan jika kalian menonton film Hercules, yang awalnya cuma film seputar pahlawan anak-anak belaka, ternyata lebih mirip acara Deal Or No Deal, dengan Hades sebagai pembawa acara dan pembuat deal.
Bahkan Megara dalam sebuah adegannya, menemukan Hercules sedang bersembunyi dalam sebuah tirai dan berkata,
Apa yang ada dibalik tirai nomor satu?!
Dan Hades ketika diacuhkan oleh sekelompok dewa Yunani, dia bilang,
Jadi ini audiens atau mosaik?
Dan masih ribuan lagi di sana yang benar-benar dapat digali.
Kembali lagi ke Hercules, siapa yang tahu bahwa Megara memiliki masa lalu yang sangat pahit dan menyakitkan? Pacarnya pernah sekarat dan demi menyelamatkan nyawa pacarnya, Megara menjual jiwanya ke Hades sehingga pacarnya kembali seperti sediakala. Namun bagaimana pacarnya berterimakasih? Dengan cara beralih ke wanita lain, meninggalkan Megara tanpa mempedulikan tangisannya.
Hal itu membuat Megara trauma untuk jatuh cinta yang kedua kali, dan Megara siap untuk membantu Hades untuk menemukan kelemahan Hercules demi jiwanya bebas kembali.
Ternyata, di tengah jalan Megara justru jatuh cinta kepada Hercules namun dia bertengkar dengan perasaannya sendiri hingga menghasilkan sebuah lagu Masterpiece yang berjudul, “I Won’t Say I’m In Love.”
Begitu juga dengan Tiana dari Princess and The Frog. Awalnya mungkin kita sedikit jijik dengan cerita putri yang mencium seekor katak. Namun dibalik itu semua, Tiana adalah seorang pelayan kafe yang ayahnya menanamkan cita-cita kepadanya agar memiliki restoran sendiri.
Dengan mengumpulkan tips dari para customer, Tiana memilih bekerja keras demi mendapatkan tempat terabaikan yang dilelang dan kemudian membersihkan tempat tersebut disaat ibunya menginginkannya dia menikah dan berbahagia. Tetapi yang terjadi adalah, dia kalah lelang dan terisak ketika sahabatnya sedang asyik berdansa. Betapa menyakitkan, bukan?
Banyak petuah-petuah motivasi yang dapat diambil dari film animasi Disney, dan itulah yang menjadikan kekuatan bagi film-film tersebut.
Mulan (The Emperor) :
Bunga yang mekar dalam kesulitan adalah yang paling langka dan indah dari semuanya.—
Cinderella :
Tidak peduli bagaimana hati Anda berduka, Jika Anda terus percaya, mimpi yang Anda inginkan akan menjadi kenyataan.—
The Lion King (Mufasa) :
Lihatlah ke dalam dirimu, Simba. Kamu lebih dari apa yang kamu miliki.—
Lilo & Stitch :
Ohana berarti keluarga, keluarga berarti tidak ada yang tertinggal, atau terlupa.—
The Hunchback Of Notre Dame (Laverne, Gargoyle) :
Hidup bukan tontonan. Jika semua yang akan kamu lakukan hanyalah menonton, maka kamu akan menonton hidupmu berlalu tanpamu.—
Hercules (Philoctetes) :
Menyerah hanyalah untuk para pemula.—
Peter Pan :
Sekarang, pikirkan hal-hal yang paling membahagiakan, itu sama halnya seperti memiliki sayap.
Dan masih, masih banyak lagi.
Setiap yang jahat harus mati. Itu mungkin yang diajarkan Disney kepada para pemirsanya. Namun bukan berarti Disney tidak memaafkan. Banyak adegan di mana protagonis tidak jadi menghukum si penjahat karena dia memaafkan kesalahannya. Tetapi hati yang telah terlalu jahat sepertinya akan sulit untuk berubah, maka pada akhirnya, orang-orang yang demikian memang harus mati.
Sejahat apa sih memangnya?
Tokoh antagonis Disney favorit saya adalah Frollo. Saya katakan dia adalah antagonis yang paling realistis di saat antagonis yang lain mengandalkan kekuatan super atau sihirnya.
Apa saja kejahatan Frollo? Banyak. Dari paling awal film saja Frollo menangkap bapak Quasimodo, menendang ibu Quasi hingga meninggal patah leher, hampir membuang Quasi sebelum akhirnya terpergok pendeta, menyaksikan dengan tersenyum tentaranya yang dihukum, menyaksikan orang-orang melempari Quasi dari singgasananya, membunuh kawanan semut dan ratunya, menggrepe-grepe Esmeralda dalam gereja, menagih pajak paksa dari rakyat yang telah ia hancurkan sebelumnya, membakar rumah yang di dalamnya ada sepasang suami istri beserta dua anaknya yang masih kecil, membumihanguskan Paris, melempar pendeta dari tangga, dan menganggap dirinya suci. Wow. Dan kalian tahu? Disney adalah film animasi untuk anak-anak, katanya…
Bahkan Frozen yang plotnya masih cemen sekalipun, si Hans telah dua kali melakukan percobaan pembunuhan.
Oh, mengapa kebanyakan gravitasi menjadi musuh sebagian besar tokoh antagonis Disney alias selalu mati dengan cara jatuh? Karena memang cara itu lebih ditolerir untuk dipersembahkan sebagai film animasi yang ditonton oleh anak kecil.
Let It Go, menyabet oskar, beserta banyak lagu yang lain. Hampir tidak ada lagu Disney yang flat. Misalkan hanya bertemakan cinta tok dengan nada yang super galau. Kebanyakan bercampur dengan motivasi-motivasi yang memang dapat membantu orang dalam menghilangkan galaunya. Princess and The Frog dengan lagu Almost Therenya, merupakan salah satu lagu yang menurut saya paling memotivasi, along with Let It Go.
Begitu juga dengan Beauty and The Beast, Part of Your World, Color of The Wind, dan seterusnya. Merupakan lagu yang masih enak didengar berkali-kali diputar. Biasanya, saya mendengarkan sebuah musik paling lama bertahan hanya dua minggu. Namun Let It Go bertahan hingga lebih dari satu tahun!
Sebuah lagu masterpiece, meskipun vokalnya dihilangkan atau bahkan direverse, masih akan terdengar enak.
Betul bahwa Disney tidak sekeren anime-anime Jepang. Namun setiap background dan animasinya begitu detail sehingga tidak membuat penontonnya lelah dan bosan. Siapa yang mau capek-capek kursus ilmu geologi mengenai salju demi mendapatkan efek realistis di film Frozen? Rambutnya Elsa dan Rapuzel? Beberapa visual ketika mereka menyanyikan Color of The Wind Pocahontas?
Bahkan beberapa visual dapat ditembakkan persis ke lubuk nostalgia sehingga menimbulkan perasaan kagum dan haru, tidak jarang menyebabkan bulu kuduk yang berdiri. Beberapa utopia yang cukup realistis disajikan (lupakan kastil-kastil dongeng) terasa benar-benar asli seakan-akan kita berada di dalamnya. Meskipun masih terlihat cartoony namun fantasi lukisan yang ditampilkan cukup membuat puas.
Begitu juga efek 3D yang ditampilkan saat pemutaran lagu Beauty and The Beast. Kalian tidak akan percaya jika itu dibuat pada tahun 1991.
Ah, hentikan… jadi mau travelling!
Saya dengar Jodi Benson harus berada di ruang gelap agar Part of The World yang dinyanyikan Ariel dapat benar-benar terasa feelnya. Bahkan saat Disney sudah bosan dengan tertawa jahat tokoh antagonis dalam perkenalannya, James Wood dipilih sebagai Hades karena gaya bicaranya seperti seorang salesman profesional. Yup, tokoh antagonis dipilih dengan gaya bicara demikian. It’s unique, isn’t it?
Suara teriakan, desahan, tawa dari semua tokohnya benar-benar on point, termasuk sahutan nada-nada tinggi yang ditembakkan dalam beberapa nanyiannya. Mungkin tidak semua orang suka, namun kita dapat menikmati setiap detail tonal nada dan tempo suaranya. Princess Charlote di film The Princess and The Frog, misalnya.
Cerita asli Putri Salju, Cinderella, Pinokio, Herkules, Pocahontas, Tangled, dst. memiliki cerita tragis, psikopatis, dan syarat seksual. Makanya banyak orang protes karena Disney benar-benar merombak cerita awal termasuk Hercules dan Pocahontas sehingga less disturbing. Maka dari itu, setiap film dapat dinikmati oleh seluruh usia.
Tak jarang orang bilang, bahwa mereka tidak pernah lelah dengan Disney, atau jika mereka sedih, menonton Disney dapat mengurangi kesedihan mereka. Magisnya terletak dari 9 poin sebelumnya.
Mungkin animasi-animasi lain semisal anime-anime jaman now menghibur dari efeknya yang keren, namun Disney menghibur karena kerealistisannya dan berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari.
Meskipun demikian, Disney tetap meninggalkan jejak-jejak gelap dalam filmnya sehingga beberapa anak beserta orang tuanya memilih untuk menskip bagian tersebut seperti Simba yang menyaksikan bapaknya, Mufasa, mati terbunuh. Atau adegan horor Sleeping Beauty yang muncul sepasang mata dari perapian sambil diiringi lengkingan background music yang seakan besuara “Aurroorrraaaa…” Teman saya langsung tutup telinga mendengar lengkingan instrumental tersebut.
Teruslah membuat animasi berkualitas, Disney…
Quotes Disney favorit saya,
Hercules (Megara) :
Terkadang lebih baik menyendiri, tidak ada yang menyakitimu.
Apa film Disney favorit saya? The Hunchback of Notre Dame.
Siapa tokoh Disney favorit saya? Megara.
Apa lagu Disney favorit saya? Let It Go.
Yup, that’s all folks.
Disney ceritanya sangat ketebak dan bikin bosan, dari dulu aladin ya kita udah tau bakal gimana. Ya mungkin mbaknya karena belum pernah coba membuka diri/ membuka wawasan untuk nonton anime anime selevel demon slayer,Atack on Titan, violet evergarden, dan anime anime rating tinggi 8 keatas lainya. Dari segi setting, alur cerita,pengembangan karakter bahkan opening dan ending ost. Soal visual waduh aniplex dan A-1 gak ada yang lawan terbukti disney sahamnya makin jatuh, kalah bersaing Coba dulu nonton anime Atack on titan season 1 dulu aja. Bayangin didunia umat manusia yang tersisa tinggal segelintir orang dan hidup damai terisolir dibalik tembok 3 lapis, dimana diluar tembok itu ada titan titan ganas yang berusaha masuk. Sampe satu hari ada satu bagian tembok yang mulai jebol,titanya mulai masuk ke tembok lapis pertama. Manusia mundur ke tembok lapis kedua tapi banyak korban, manusia mulai panik, kelaparn jadi cheos, saling berantem rebutan sepotong roti dan air bahkan terpaksa harus ada yg ditinggal dimakan titan supaya sumber daya tetep cukup. Atau coba nonton demon slayer season 1 eps 1 dulu aja, lihat tanjiro(tokoh utama) gendong adik kecilnya nezuko yg udah digigit demon lari turun gunung bersalju dan gak ada orang yg mau tolong karena orang2 takut nezuko udah ketularan demon, tapi gua cerita panjang lebar ya susah juga kalo si mbak gak pernah nyoba nonton. Dan cuma melulu nonton disney jadi gak ada perbandingan..wkwk
Halo Riki, terima kasih telah berbagi opini.
Pertama, saya laki-laki. Yang kedua saya tidak benci anime. Saya bahkan punya koleksi anime-anime dari sejak Spacetoon masih tayang.🙃
Jadi agak terlalu keji kalau saya dituduh tidak membuka wawasan. 😅
Mungkin adik Riki ini yang perlu menambah wawasan dan cara untuk beropini dengan baik. Tidak masalah, setiap orang memang perlu waktu untuk menjadi matang dalam memberikan pendapat. 🤗
Semoga komentarnya dik Riki ini tidak menggambarkan fanbase secara keseluruhan ya. 😉