Tahu permainan Candy Crush? Permainan menjodohkan tiga permen yang viral itu? Permainan sederhana yang dicetuskan oleh King tersebut telah dimainkan di tujuh benua termasuk Antartika. Bahkan, penghasilan yang didapat King dalam sehari dari permainan Candy Crush Saga pernah menembus angka US$1.000.000 atau lebih dari Rp10 milyar.
Benar, pendapatan kotor permainan Candy Crush Saga di atas Rp1 milyar per harinya. Wew to the wew.
Tidak puas dengan Candy Crush Saga, King membuat permainan serupa lain yakni Candy Crush Soda, Jelly, dan Friends Saga. Namun saya hanya akan membahas Candy Crush Soda saja karena saya memiliki memori manis dengan permainan ini.
Bermula malam ini, tepat sesaat sebelum saya tuliskan artikel berikut, saya menjelajah situs fandom/wiki Candy Crush Soda karena saya kangen dengan tampilan maps-maps per episode levelnya. Saya tidak tahu, semenjak tahun 2020, mapsnya hanya berubah statis, membosankan, cuma menampilkan tokoh utama si Kimmy dalam bentuk tiga dimensi.
Alih-alih tampilannya menjadi lebih menarik, justru terlihat seperti asisten Microsoft Office jadul. Benar, si klip kertas itu, kalau kalian masih pada ingat.
Alhamdulillah ternyata di fandomnya masih menyimpan seluruh galeri Candy Crush Soda. Saya sontak terpukul saat sedang menjelajah galeri-galeri tersebut. Lho, terpukul kenapa?
Saya baru ingat bahwa galeri inilah yang dulu membuat saya tertarik dengan hobi fotografi. Galeri inilah yang pertama kali membuat saya ingin membeli kamera DSLR. Dan galeri inilah yang membuat saya memiliki INSTAGRAM!
Lihat Instagram saya (@anandastoon)? Benar, ada jasa-jasa galeri maps Candy Crush Soda yang terekam di beberapa foto.
Memang galeri seperti apa yang benar-benar berhasil memberikan inspirasi fotografi bagi saya ini? Sedahsyat apa galerinya? Well, mungkin bagi kalian ini tidak terlalu spesial karena ini hanyalah galeri vektor yang dibuat oleh aplikasi sejenis Adobe Illustrator.
Tapi bayangkan, bagaimana sebuah gambar vektor dapat memberi inspirasi dan keinginan saya yang hebat menerjuni dunia fotografi? Di mana-mana jika ingin menerjuni dunia fotografi ya datang kepada galeri-galeri foto, bukan melihat gambar vektor yang cartoonish dan kekanak-kanakan.
Dan padahal, banyak grafik vektor yang jauh lebih bagus dan tidak kekanak-kanakan di luar sana. Mengapa grafik dari permainan Candy Crush Soda yang justru menjadi panutan?
Setidaknya saya menyadari di sinilah si desainer grafis benar-benar memiliki bakat meski hanya produk vektor. Menurut pribadi saya, produk gambarnya memiliki ‘jiwa’ yang dapat saya nikmati hingga menyihir saya.
Jadi begini, sebelum mapsnya berubah menjadi super boring di tahun 2020 yang memang bertepatan dengan tahun di mana Covid-19 mendunia, Candy Crush Soda memiliki tampilan maps berbagai rupa setiap 15 level sekali (yang kemudian dinamakan episode), dan inilah alasan mengapa saya jatuh cinta kepada permainan ini.
Saya selalu menanti episode baru dengan semangat memenangkan setiap 15 levelnya. Setelah itu, saya menebak-nebak bagaimana desain latar belakang episode tersebut. Nah, grafik latar belakang inilah yang memiliki andil terbesar dalam mencetuskan hobi fotografi saya.
Misalnya, ini adalah salah satu contoh maps episode level 1840-1855:
Lihat? Grafiknya hanya berjenis vektor dan kekanak-kanakan. Saya sebenarnya agak malu mengakuinya jika permainan inilah yang menjadikan saya menyukai fotografi. Namun itu baru grafik episodenya.
Nah, bagaimana dengan grafik latar belakangnya yang memiliki sifat magis bagi saya tersebut?
Dari gambar episode di atas, berikut grafik latar belakangnya:
Sangat berbeda dengan grafik episodenya bukan meskipun masih dalam satu tema? Namun di sinilah saya seakan mengerti mengenai pelajaran tentang sudut pandang, tentang pencahayaan, tentang fantasi.
Dari sinilah pula saya ingin mencoba membuat grafis latar belakang saya sendiri, pertama kalinya, via kamera.
Jumlah episode Candy Crush Soda berjumlah lebih dari 200. Artinya, ada 200 lebih grafis latar belakang yang dapat saya nikmati dan dapat saya jadikan inspirasi.
Berikut beberapa (hak cipta dimiliki oleh King):
Lihat? Baik outdoor maupun indoor, baik di hutan, di perkotaan, hingga di luar angkasa, semuanya tersedia di grafis permainan ini.
Dan yang saya suka adalah sudut pandang, hampir setiap grafis latar belakangnya tertumpu pada sebuah objek utama, kemudian dihiasi dengan atmosfer dan pencahayaan yang menarik.
Belum lagi ditambah musiknya yang sangat menawan. Favorit saya adalah dari detik 1:30 hingga 2:02. Musiknya tenang dan haunting. Sempurna. Kamera mana kamera?
Melihat galeri-galeri latar belakang itu membuat saya teringat bahwa saya pernah berbahagia dengan fotografi dan saya bebas. Entah kenapa di tahun-tahun berikutnya saya terlalu banyak melihat foto-foto yang sepertinya ditujukan hanya untuk mencari likes semata.
Foto-foto trendy tersebut bagus. Namun, ya hanya sebatas keren saja.
Dan parahnya, saya terbawa arus dan melakukan foto-foto serupa di mana saya akui saya juga pernah memiliki nafsu untuk terkenal dan di-like ribuan orang. Saya termakan foto-foto orang yang telah meraih popularitas di medsos terutama Instagram, dan saya mati-matian meniru gaya orang tersebut agar ikut terhanyut dalam banjir likes.
Pada akhirnya, persaingan fatamorgana tersebut hanya berlangsung selama satu tahun lebih sedikit dan membuat saya lelah, sangat lelah. Bahkan hingga melunturkan minat saya kepada fotografi.
Saya memutuskan hanya menggunakan kamera pada saat jalan-jalan saja. Hobi fotografi saya musnah.
Dan malam ini secara ajaib, galeri latar permainan tersebut hadir kembali, seakan mengingatkan bahwa dialah yang membentuk karakter fotografi saya, yang kemudian tanpa malu saya gerus hanya demi status viral.
Saya bodoh. Mengapa saya terlalu bernafsu mengejar popularitas dengan meniru gaya foto orang-orang dan mengabaikan identitas foto sendiri? Bodoh. Bodoh! Bodoh!!! BODOH!!!
Tapi, galeri tersebut ternyata masih berbekas di benak saya. Dari formula yang telah saya dapat dari deretan grafis latar belakang tersebut, ternyata masih ada beberapa yang masih menempel dalam foto-foto saya.
Setidaknya, saya masih memiliki identitas saya dalam menjepret foto, terinspirasi dari formula grafis latar tersebut. Memang apa formulanya? Ya itu, sebuah objek terpusat dengan latar belakang yang seakan memiliki cerita.
Berikut beberapa foto saya yang memakai formula grafis di atas:
Saya akhirnya mengatakan kepada diri saya sendiri, “Berjanjilah untuk tetap berpegang teguh kepada identitas diri.”
Tren viral cepat berlalu, namun keunikan diri tidak, karena keunikan itulah yang menjadi identitas kita dikenal orang-orang. Jika identitas kita sudah kuat, identitas kita tersebut bahkan dapat menginspirasi orang lain, seperti apa yang telah dilakukan oleh permainan Candy Crush Soda kepada saya.