Ini adalah pengalaman pribadi dan beberapa tips yang mungkin akan bermanfaat bagi kalian jika kalian atau kenalan kalian mengalami suatu hal yang sama seperti saya ini. Tetapi semoga pengalaman pahit saya berikut tidak akan terjadi pada kalian. 🤗
Sebuah lirik lagu dari alm Meggi Z menyebutkan jika sakit gigi lebih baik daripada sakit hati. Saya tebak pasti almarhum hampir tidak pernah sakit gigi, apalagi sakit gigi yang hingga menembus saraf gigi.
Tapi salut bagi beliau yang sudah mengomparasikan sakit hati dengan sakit gigi. Artinya, beliau sadar jika sakit gigi juga termasuk salah satu penyakit yang begitu mengerikan.
Bermula dari saya menggigit sebuah bakso yang begitu kenyal dan agak keras, salah satu gigi geraham saya yang paling belakang bergemeretak.
“kretekkk.”
Aw…
Gigi saya langsung nyeri setelah itu. Awalnya saya pikir itu adalah hal yang wajar terjadi. Namun sampai shalat Isya, gigi masih nyut-nyutan meski efeknya masih ringan. Ya sudah, saya hanya sikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur dan masalah hilang.
Esoknya, gigi saya masih kembali sakit dengan efek yang juga masih ringan. Jadilah hari itu saya mengunyah makanan dengan gigi depan dan menolak makanan yang keras-keras.
Malam itu, tepat sebelum tidur, sakit gigi saya semakin menjadi-jadi. Setelah sembilan tahun lamanya saya tidak pernah lagi menderita sakit gigi yang cukup menyiksa, kini saya harus menerima nasib yang begitu pedih.
Masalahnya, sakit gigi kali ini tidak mau hilang. Berkali-kali sikat gigi hingga berkumur dengan obat kumur hingga hampir habis sepanjang malam hanya membuat sakitnya lebih ganas. Kali ini sampai menjalar ke sebagian kepala dari dagu hingga dahi.
Saya hanya tidur sedikit malam itu.
Paginya saya melapor kepada rekan saya jika saya izin karena sakit gigi yang sangat menyiksa, setengah curhat. Alhamdulillah tidak ada agenda penting di kantor pada saat itu.
Dan alhamdulillahnya, rekan saya menyuruh karyawan saya untuk mengantar ke klinik gigi untuk memeriksakan gigi saya ke dokter. Bahkan biaya pengobatan akan di-reimburse oleh kas kantor.
Lucunya, saya dan dokter kebingungan gigi yang mana yang menjadi biang kerok hingga agak sedikit bertikai hingga akhirnya kedua belah pihak setuju untuk dilakukan x-ray.
Proses x-ray agak lumayan menekan gusi jadi cukup ngilu karena tekanan dari alat x-raynya.
Dari sana barulah diketahui jika gigi saya yang kemarin terdengar ‘beletuk’ itu ternyata ada bagian yang patah dan sudah menyentuh saraf gigi.
Dokter akhirnya menawarkan saya untuk membor gigi saya agar dapat ditambal. Yang menakutkan adalah saat dokternya berkata, “Ini sakit banget lho kak, saya mau konfirmasi dulu. Kalau kakak belum siap lebih baik saya beri saja obat pereda nyeri sarafnya.”
Saya akhirnya dengan mantap memberanikan diri mengangguk, menerima tantangan bor gigi.
Saya lihat dokter agak begitu lama mendiskusikan sesuatu dengan rekannya, yang sepertinya akan ada sesuatu yang dahsyat terjadi dengan mulut saya ini dan menyakitkan.
Setelah selesai berdiskusi, dokter mengambil bor gigi dan menenangkan saya serta memberitahu saya jika saya kesakitan.
Dengan berkeringat dingin saya mengangguk.
Bor dinyalakan. Suara desingnya merangsang rasa sakit gigi saya hingga ke ulu hati. Pelan-pelan dokter memasukkan bornya ke gigi saya dan saya siap-siap jika saya harus berteriak seperti anak kecil yang baru melihat jarum suntik.
Saya kemudian merasa gigi saya sedang diacak-acak oleh bor. Sekarang saya seperti menelan asap pembakaran yang keluar akibat panas dari proses bor gigi.
Proses pengeboran gigi berlangsung 20 detik. Apakah saya merasa sakit?
Benar bahwa pengeboran gigi itu sakit, namun ternyata hanya sakit ngilu yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakit gigi yang saya derita semalam suntuk.
Akhirnya penambalan gigi selesai dilakukan dan dokter memberi rujukan jika ingin dilakukan perawatan gigi secara berkala. Setelah itu saya diberi obat pereda rasa nyeri dan bengkak.
Saya menuju kasir untuk membayar obat dan jasa dokter. Totalnya Rp600.000 termasuk x-ray Rp250.000. Namun semua biaya ditangani oleh kas kantor. Alhamdulillah.
Sesaat setelah ditambal, gigi saya sudah tidak lagi terasa sakit meski masih sedikit berdenyut di gusi.
Yup, itu saja. Semoga bermanfaat.