kehilangan semangat

Minggu lalu sebelum dituliskan artikel ini, saya tiba-tiba ‘terserang’ rasa malas yang amat sangat. Entah kenapa, meski saya sedang memiliki banyak inspirasi yang ingin sekali saya aplikasikan, namun motivasinya benar-benar nol, alias mager (males gerak).

Saya hanya menghabiskan hari-hari (di luar jam kerja) hanya dengan menskrol-skrol sosial media, melihat konten-konten yang bahkan saya hanya lakukan untuk mengisi waktu.

Bahkan untuk beribadah saja, seperti shalat, seperti sedang ada beban yang begitu berat hanya untuk bangun dari tempat duduk atau tempat tidur. Beberapa orang menyebutkan jika pada saat itu iman saya sedang turun. Saya tidak komplain dengan sebutan itu.

Saya menyebutkan masa-masa itu dengan masa-masa saya terdemotivasi.

Demotivasi, kebalikan dari motivasi, adalah sebuah fenomena di mana seseorang benar-benar kehilangan motivasi atau semangat untuk melakukan sesuatu.

Alhamdulillah kejadian saya terdemotivasi itu hanya berlangsung tiga hari saja, selanjutnya normal kembali. Dan kasus terdemotivasi ini hanya terjadi sesekali, setidaknya bagi saya, seperti setahun atau dua tahun sekali saja.

Saat orang terdemotivasi atau sedang kehilangan semangat, tak jarang berbagai pikiran negatif mengiringinya.

Di antara pikiran negatif yang muncul bersamaan dengan masa seseorang terdemotivasi itu adalah merasa diri tidak berguna, hingga banyak mempertanyakan tujuan dari melakukan pekerjaan.

Bagaimana saya telah terlepas dari saat-saat saya terdemotivasi itu? Saya berikan tiga tips yang semoga dapat membantu para pembaca.


Memutuskan rutinitas

Tidak jarang orang-orang menyebutkan bahwa berwisata adalah salah satu bentuk healing atau penyembuhan.

Benar, wisata dapat disebut sebagai salah satu kegiatan penyembuhan sebab ada sesuatu yang benar-benar disembuhkan atau dipulihkan.

Ingat, manusia memiliki fitur psikologis berupa rasa bosan. Sebuah rutinitas yang terus dilakukan secara terus-menerus akan memompa habis motivasi yang pada akhirnya berujung kepada rasa bosan.

Motivasi itu ibarat bahan bakar, yang mana saat habis perlu diisi ulang, atau dipulihkan.

Saat kita sedang berkendara pun, ketika bahan bakar menipis, kita meminggirkan kendaraan kita ke pom bensin terdekat untuk melakukan pengisian bahan bakar.

Kita memutus rute sementara dengan berbelok ke pom bensin demi terisinya bahan bakar kendaraan kita. Saat bahan bakar penuh, kendaraan pun dapat menempuh berpuluh-puluh kilometer kembali.

Begitu pun dengan motivasi. Rasa bosan adalah indikator jika motivasi sudah mulai menipis karena rutinitas berat yang tidak pernah berhenti.

Bahkan para atlet sekali pun memiliki waktu di mana mereka istirahat sehari atau dua hari dari agenda latihan rutin selama sebulan penuh.

Maka dari itu saya tidak benar-benar menyarankan seseorang mengikuti tantangan ketahanan atau endurance jika motivasi masih belum mencukupi. Seperti mengikuti tantangan menulis satu artikel sehari, dan lain sebagainya.

Ingat, jangan memaksakan kendaraan untuk menempuh jarak ratusan kilometer jika ukuran tangki masih belum cukup besar untuk menampung bahan bakar.

Jika ingin, kita dapat meng-upgrade atau memperbarui ukuran tangki motivasi kita agar lebih tahan dalam menjalani rutinitas harian kita tanpa henti setiap hari. Caranya tidak akan saya sebutkan di artikel ini, namun intinya saat kalian merasa terdemotivasi, mungkin ada aktivitas yang perlu dipangkas pada hari itu.


Mencari progres

Lingkungan sangat memengaruhi tingkat motivasi seseorang. Jika seseorang hanya hidup dan dibesarkan dalam lingkungan yang hanya berbicara masalah angan-angan dan mengomentari hidup orang lain, sudah barang pasti dia tidak akan berkembang.

Salah satu pembicaraan angan-angan adalah seperti saat seseorang bercerita tentang ingin menjadi apa ia di masa depan sebab ada iming-iming harta yang banyak, jabatan yang tinggi, atau gengsi yang besar.

Saya sering mendengar beberapa orang yang pernah berbicara bahwa suatu saat mereka ingin menjadi seorang pengusaha hanya karena dalam pandangan mereka, pengusaha memiliki harta dan gengsi yang berlimpah.

Mereka lupa jika pengusaha memiliki segudang tantangan dan risiko yang selalu mengintai, yang tanpa kenal ampun akan meluluhlantakkan bisnis mereka setiap saat.

Tetapi mereka sendiri tidak menunjukkan tindakan nyata dari apa yang mereka impikan itu, yang pada akhirnya memang impian tersebut hanya berakhir sebagai angan-angan.

Jika boleh bercerita sedikit, saya sendiri mengakui sulitnya menjadi programmer. Dulu saya dikelilingi dengan orang-orang yang ingin saya jadi dokter atau insinyur hanya karena kedua profesi itu memiliki gengsi dan penghasilan yang lebih besar.

Setiap saya mencoba untuk mengoding, orang-orang yang saya harap dapat mendukung saya hanya menuduh saya terlalu banyak berada di depan komputer, belum lagi hasil karya koding saya yang dipandang sebelah mata, dibanding-bandingkan dengan program dari para programmer ahli.

Tentu saja motivasi dapat tergerus karena lingkungan yang keruh (toxic/beracun). Dalam kasus yang paling parah, seseorang akan meninggalkan hobinya sebab lingkungan seperti itu.

Alhamdulillah saya kemudian bergabung di salah satu forum programming internasional, dan masing-masing anggota forum seringkali menyodorkan progres atau kemajuan dari karya-karya mereka.

Saya mulai merasakan jika saya menikmati progres karya mereka dan ikut terbawa semangat untuk membuat progres serupa hingga akhirnya masing-masing karya anggota forum dapat diselesaikan dan dinikmati satu sama lain.

Semenjak itu, saya bertahan menjadi programmer hingga menjadi CTO/Direktur IT yang saya bangun beserta rekan-rekan kerja saya, dan masih bertahan hingga ditulisnya artikel ini dengan jumlah pelanggan dan karyawan yang terus bertambah.

Jadi sekarang jika saya sedang stuck, saya mencari situs atau berita apa pun di internet yang memberitakan progres yang memiliki manfaat.

Misalnya, saya terkadang mengunjungi situs-situs berita Singapura atau negara maju lainnya untuk melihat apa ‘berita bagus’ yang saya harap saya terkena ‘cipratan’ motivasinya.

Mengapa saya pilih situs berita luar yang khusus negara maju? Sebab kemunculan berita bagus mengenai kemajuan yang bermanfaat bagi orang banyak memiliki peluang yang lebih sering.

Salah satu berita bagus yang berhubungan dengan progres seperti, “Pemerintah Singapura meresmikan stasiun-stasiun baru untuk MRT.”, atau “Relawan mengubah halte bus menjadi tempat bertanam sayuran.”, atau “Kini di bandara sudah dibuka kebun bunga matahari yang dapat dinikmati gratis.”

Progres yang ditimbulkan dari usaha baik seseorang akan menjadi pacuan saya dalam membuat progres serupa, bahkan saya menjadi seakan berlomba dengan progres tersebut, agar saat ada kemajuan yang ditimbulkan darinya, saya juga telah memiliki progres yang dapat saya banggakan.

Ingat, perbuatan baik itu menular.


Kalibrasi

Tips saya yang terakhir adalah kalibrasi. Kalibrasi membantu dalam menjaga dan menstabilkan sebuah instrumen agar tetap bekerja dengan baik.

Begitu pun manusia. Saat mereka mager, stuck, atau kehilangan semangat, kalibrasi ini penting untuk dilakukan.

Di antara kegiatan kalibrasi yang dapat dilakukan seseorang saat sedang terdemotivasi adalah berolahraga, berwisata, menonton film, tidur, berdiskusi, hingga bersilaturahmi.

Pemilihan kegiatan kalibrasi harus dilakukan dengan tepat, sebab alih-alih memompa motivasi, pemilihan kalibrasi yang tidak tepat hanya akan memperburuk keadaan.

Saya pernah mendengar curhat seorang mahasiswa akhir yang sudah tidak lagi berselera menyelesaikan skripsinya.

Teman-temannya menyuruhnya untuk menonton film atau tidur sebagai bentuk kalibrasi, namun hal itu ternyata hanya membuatnya semakin malas.

Saya menyarankan berbagai kegiatan kalibrasi alternatif seperti yang telah saya disebutkan di atas untuk ia coba, semoga ada salah satunya yang dapat mengembalikan kembali semangatnya untuk menyelesaikan skripsinya.

Setelah itu, ia memberitahukan saya jika motivasinya terpompa saat ia keluar berolahraga, tepatnya berjalan-jalan di sore hari sambil menyaksikan mentari terbenam dari kebun yang tidak jauh dari rumahnya.

Ternyata berolahraga dan melihat ‘alam’ telah menjadi kalibrasinya.

Berbeda dengan seseorang yang saya pernah jumpai pada kesempatan lainnya. Ia memberitahu saya jika motivasinya terpompa setelah ia menonton film yang memiliki efek visual yang menurutnya menarik. Justru di lain sisi, berwisata hanya akan membuatnya kelelahan dan menghabiskan semangat kerjanya.

Setiap orang memiliki kegiatan kalibrasinya tersendiri dan harus dipilih dengan seksama.

Intinya, jangan biarkan kasus terdemotivasi kita itu berlangsung dengan sangat lama. Sebab selain tidak akan membuat kualitas hidup kita lebih baik, terlalu lama kehilangan semangat akan membuat kita sulit berbahagia hingga berkurang kepekaan kita terhadap sosial, atau bahkan membuat kita depresi lebih larut.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Alasan Singapura Menjadi Tujuan Wisata Padahal Minim SDA

    Berikutnya
    Tips Lebih Bahagia 18: Menghargai Hujan


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas