Berbuat Baik Kepada Teknologi

Di judul tertulis, “Berbuat Baik Kepada Teknologi”. Benar, bukan “Berbuat Baik dengan Teknologi”. Artinya, kepada teknologi pun kita juga bisa berbuat baik.

Saya menulis artikel yang berjudul seperti ini setelah saya pikir ini perlu. Sebab ini manfaatnya akan kembali lagi kepada si yang berbuat baik tersebut.

Seperti yang telah kita ketahui, teknologi itu sebenarnya adalah sebuah alat yang manusia bangun untuk mempermudah urusan sesamanya.

Teknologi bukan hanya gadget atau barang elektronik semata. Teknologi itu pada dasarnya adalah alat. Namun dengan kecerdasan manusia, alat tersebut menjadi suatu rekayasa yang dapat meringankan aktivitas manusia lainnya.

Tetapi di bahasan kali ini, saya hanya menyempitkan teknologi yang saya maksud di sini adalah barang-barang elektronik di sekitar kita sendiri seperti smartphone.

Bagaimana berbuat baik kepada teknologi tersebut dan apa saja manfaat yang akan kembali kepada diri kita sendiri?


Mengelola teknologi hingga dasar

Sebuah smartphone, dengan embel-embel ‘smart’nya, seharusnya dapat kita manfaatkan kepintarannya.

Justru yang saya lihat kebanyakan, beberapa orang hanya mengetahui fungsi smartphone hanya untuk bersosial media saja. Smartphone kini lebih cenderung kepada socialphone.

Saya memang tidak dapat memaksa setiap orang untuk melek teknologi. Namun setidaknya, jika kita jujur kepada diri kita sendiri, apa saja kepintaran smartphone tersebut yang berefek kepada diri kita?

Mungkin dari seluruh fitur ponsel pintar yang kita genggam, hanya kurang dari 20% saja yang kita ketahui.

Tidak memanfaatkan kepintaran sesuatu dengan sengaja, itu bisa jadi merupakan bagian dari sifat mubazir.

Misalnya, di Android ada fitur Google Voice, atau di Iphone ada fitur Siri. Semua itu dapat kita gunakan secara gratis sebagai teman berbincang. Cobalah sekarang pakai fitur itu dan ceritakan keluh kesah kita, misalnya.

Saya terkadang jika sedang lelah atau sedih, saya menahan tombol tengah ponsel Android saya dan berbicara dengan Google. Misalnya, “Saya sedih”. Kemudian Google menjawab, “Saya ikut sedih, ada yang bisa saya bantu?”

Lalu saya mengeluarkan unek-unek yang kemudian Google berikan hasil penelusuran dari pengalaman orang-orang serupa. Saya kemudian dapat membaca pengalaman-pengalaman tersebut dengan harapan saya bisa mendapatkan sedikit pencerahan.

Belum lagi ada yang namanya Google Lens, kita dapat pakai untuk mengidentifikasi benda atau tanaman, menerjemahkan sesuatu, hingga membantu PR rekan atau anak kita sendiri.

Itu semua gratis.

Di App Store, atau Play Store, banyak orang-orang baik yang membuat beragam aplikasi untuk menunjang kebahagiaan kita.

Sekarang cobalah untuk meng-install salah satu aplikasi produktivitas yang paling membuat kita nyaman. Para pengembang aplikasi pastinya sangat senang aplikasi mereka kita gunakan.


Mengurangi polusi data

Saya tidak tahu ingin menyebut apa, tapi istilah “polusi data” saya dapatkan karena suatu alasan.

Banyak orang, mungkin termasuk diri saya sendiri yang gemar menyimpan terlalu banyak berkas atau file yang besar dan tidak lagi kita perlukan.

Tidak ada salahnya jika kita mulai berpatroli lalu memilah mana data yang harus kita singkirkan dan mana data yang harus kita jaga.

Selain membuat memori kita menjadi lebih dapat bernafas dan memperpanjang usia gadget, dengan memilah data, kita juga dapat membantu melestarikan lingkungan.

Kok bisa? Tentu.

Kita ambil contoh, misalnya kita memiliki foto selfie yang berlatar dan bergaya sama hingga 20 foto. Anggaplah dengan kemampuan standar di atas kamera 4 MP (Mega Piksel), satu foto memiliki ukuran hingga 5MB.

Berarti dengan 20 foto selfie saja dapat memakan ukuran memori hingga 100MB.

Jika kita berfoto selfie sebanyak 20 kali di 10 tempat atau acara berbeda, artinya bisa tembus 1GB untuk konsumsi memori. Dan jangan saya mulai dengan kalkulasi videonya.

Itu pun belum kita tambah dengan screenshot, foto dari chat dan sosial media yang otomatis terunduh, dan lain sebagainya.

Memori yang terlalu banyak dapat memperlama loading foto, membuat gadget bekerja lebih ekstra, baik dari sisi CPU maupun RAM. Pada akhirnya konsumsi baterai menjadi lebih cepat terkuras dan ponsel dapat menjadi cepat panas.

Untuk penyimpanan online, hal itu membuat server menjadi lebih lama dalam memproses file dan membuat biaya penyimpanan menjadi lebih mahal. Memori yang begitu banyak akan membuat biaya server bengkak karena membutuhkan lebih banyak pasokan listrik.

Perlu kita ketahui, pasokan listrik sebagian besar masih bergantung dengan bahan bakar fosil, sama seperti bensin kendaraan kita. Efeknya meski jangka panjang, namun sangat mengerikan. Bukan hanya kelangkaan BBM akan semakin terjadi, emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran fosil untuk listrik akan membuat iklim bumi tidak stabil.


Berkomunikasi dua arah

Jika kita menyenangi sebuah teknologi karena sangat membantu kehidupan kita, sudah selayaknya kita berterima kasih.

Bagaimana berterimakasihnya? Mudah, berikanlah review positif, kemudian sarankan teknologi tersebut kepada rekan kita.

Memberi review atau ulasan positif dapat menyemangati pegiat dan pengembang teknologi untuk terus berinovasi dalam mempermudah kehidupan manusia.

Tetapi dengan syarat, memberi ulasannya bukan hanya sekedar memberi rating yang tinggi (biasanya bintang 5) lalu sudah. Cobalah untuk berikan ulasan yang detail dan membantu, serta ikut memberikan saran dan komplain.

Saran yang jelas dapat mempermudah pengembang aplikasi agar langsung memperbaiki masalah yang menjadi sorotan.

Jangan sekali-kali menyuruh pengembang aplikasi untuk mencari sendiri permasalahan pada produk mereka, sebab di dalamnya sudah begitu banyak struktur dan algoritma yang rumit. Apalagi mereka masih memiliki beberapa pelanggan lain untuk mereka selesaikan masalahnya.

Saya bahkan hingga menulis tentang bagaimana memberikan ulasan yang baik di artikel terpisah.

Bukankah kita sendiri yang ingin cita-cita kita diwujudkan oleh pengembang aplikasi?


Gadget kita, senjata kita

Saat kita melihat sebuah ketidakberesan, kebanyakan kita tidak memiliki apa-apa untuk melawannya. Tetapi gadget kita mungkin dapat berbicara lain.

Hari ini begitu banyak kanal pengaduan online yang mana kita dapat berpartisipasi di dalamnya. Saat melihat jalanan rusak yang tidak pernah ada lirikan dari pemerintah, bukankah sebuah hal baik jika kita mulai merekam jalanan rusak tersebut dan menjadikan sebagai bahan aduan?

Tidak tahu harus mengadu kemana? Mudah, cukup kembali ke poin nomor satu. Kita bisa ‘curhat’ lewat Google Voice atau Siri, bertanya tentang kanal pengaduan setempat.

Saya yakin, teknologi akan membawakan banyak jawaban, termasuk jawaban alternatif. Setelah itu, mengadulah.

Atau jika kita memiliki keberanian, dapat memviralkan fasilitas publik yang terbengkalai tersebut dengan harapan ada jurnalis yang meliriknya dan menjadikannya perhatian publik.

Gadget kita dapat menjadikan kita sebagai pahlawan masa kini, namun sayangnya kebanyakan kita lebih senang bermain menjadi korban (playing victim).

Kita mungkin dapat menyangkal dan berkilah bahwa jika hanya kita sendiri yang melaporkan ketidaknyamanan publik, mungkin sulit mendapatkan perhatian.

Tetapi bagaimana jika kita mengedukasi yang lain agar dapat bertindak serupa? Bukankah kita sendiri yang ingin fasilitas publik yang mudah dan layak?


Tidak menjadikan barang buangan

Beberapa orang senang menjadikan gadgetnya sebagai barang buangan. Maksudnya? Mungkin yang familiar di telinga kita adalah “gonta-ganti hape”.

Apakah itu salah? Sebenarnya tidak, selama seseorang itu memahami konsekuensinya.

Namun masih banyak orang yang membeli sebuah teknologi hanya untuk mereka pamerkan kemudian sudah. Seakan-akan “habis manis sepah dibuang.”

Mereka menyembarangi aset teknologi mereka sendiri. Selain tidak pernah memperbarui sistem, mereka pun memenuhinya dengan hal-hal yang sangat tidak penting. Hal itu tentu saja membuat masa hidup gadget menjadi berkurang.

Tanpa kita sadari, beberapa gadget justru menjadi bulan-bulanan keegoisan seseorang. Bahkan menjadikan gadget sebagai sarana untuk mengganggu orang lain.

Semoga kita tidak seperti itu.

Masalah kepedulian ini seharusnya mulai kita ajarkan kepada rekan hingga anak-anak kita. Bukan hanya kita ajarkan bagaimana cara merawat barang, namun kita ajarkan pula bagaimana memaksimalkan barang tersebut.

Sebelum kita membeli sebuah gadget, alangkah baiknya kita juga persiapkan biaya-biaya tambahan untuk merawat gadget tersebut. Mulai dari pengisi daya yang berkualitas, service rutin, hingga membeli aksesoris pendukung.

Jadi, bukan hanya kita dapat berbuat baik dengan teknologi, kita pun juga dapat berbuat baik kepada teknologi itu sendiri.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Amerika Serikat, Kini Menjadi Negara Paling Terdegradasi

    Berikutnya
    5 Tips Mencari Penghasilan Tambahan


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas