Pontianak

Saat saya pindahan indekos waktu lalu, ada teman saya yang ikut membantu saya. Anggap saja namanya adalah Tomo.

Nah, setelah beres mengatur barang di indekos baru, sembari saya pesankan makanan untuk kami berdua, saya sedikit menyolek jika Tomo punya cerita horor sebagai media pelepas penat.

Ternyata ada, dan ini kejadiannya pas dia mendapat mutasi pekerjaannya di daerah Pontianak.

Pontianak itu sendiri berarti Kuntilanak, dalam bahasa Melayu.

Sebenarnya tempat mutasinya tidak terlalu pelosok, bahkan masih terhitung tengah kota. Hanya saja, memang semakin masuk ke dalam kawasan tempat mutasinya, pemukimannya hanya ada di sepanjang pinggir jalan saja, di belakangnya tidak ada lagi pemukiman melainkan sudah menjadi perkebunan yang kalau malam begitu minim cahaya.

Sebelumnya, dulu saya pernah punya tim yang asalnya dari Pontianak juga. Dia tinggal di kawasan yang mirip seperti yang saya sebut di atas. Di belakang rumahnya hanya ada perkebunan gelap yang tidak nyaman kalau ditatap saat malam hari.

Suatu malam, selepas ia membeli sesuatu dan pulang dengan mengendarai sepeda motornya, ia melewati jalan yang hanya berisi pepohonan sebagai penghubung dua wilayah.

Waktu itu katanya masih minim penerangan, jadi sumber penerangannya hanya berasal dari lampu depan sepeda motornya saja. Jalanan masih sangat sepi, terlebih selepas magrib.

Tak sengaja, saat menemui jalanan berbelok, lampu depan sepeda motornya mengarah ke perkebunan gelap tersebut dan menyorot sesuatu.

Terlihat sebuah cabang pohon rendah berbentuk aneh, tidak seperti bagian dari pohon tersebut.

Setelah sepeda motornya mendekati belokan jalannya, yang artinya semakin dekat pula dengan dahan aneh itu, dia tahu kalau itu bukan dahan pohon.

Itu adalah pocong yang sedang menjulur keluar dari balik pohon, menatapnya dengan tatapan kosong. Matanya terlihat hitam kosong dibalut dengan kain kafan yang kusam kecoklatan.

Untung saja dia bisa menguasai diri, jadi bisa pulang ke rumahnya dengan selamat.

Kembali ke cerita Tomo.

Mess karyawan yang ia tempati terlihat seperti rumah biasa dengan lokasi kamar mandi yang cukup aneh.

Kamar mandinya bersebelahan dengan kamar tidurnya, tetapi pintunya justru berada di luar rumah. Dari kamar tidurnya ada pintu yang langsung ke pekarangan belakang rumah mess dan menjadi akses masuk kamar mandinya.

Kamar mandinya pun memiliki bentuk yang tidak biasa. Ada dua buah toilet di dalamnya. Yang satu di sebelah pintu masuk kamar mandi, dan satunya di pojok westafel.

Nah, kamar mandi yang di pojok westafel ini punya atmosfer yang tidak nyaman. Tomo dan rekannya pada akhirnya hanya menggunakan yang dekat dengan pintu masuk kamar mandi.

Malam itu, mungkin karena gerah, membiarkan jendela kamar terbuka. Ia sudah mengoles salep anti nyamuk dan pergi tidur.

Tengah malamnya, Tomo merasa sesak di dada. Ia mendapatkan tindihan atau rep-rep yang membuat tubuhnya tidak dapat ia gerakkan.

Ketika ia membuka matanya, ternyata ada yang sedang duduk di atas dadanya, membelakanginya.

Terlihat seperti tubuh seorang wanita, dengan kepala yang tidak terlihat, bersembunyi di balik punggungnya yang memakai gaun putih kusam.

Tomo berusaha bergerak, membaca ayat-ayat suci, namun seperti mustahil. Sosok tersebut hanya duduk diam membelakanginya.

Untunglah kakinya bisa sedikit digerakkan dan kebetulan sangat dekat dengan lantai. Setelah ia berjuang untuk bisa bergerak, jari kelingking kakinya berhasil menyentuh lantai.

Pada saat yang bersamaan, sosok wanita itu perlahan berubah menjadi asap, mirip asap biang es yang seolah meleleh ke lantai. Di saat itulah Tomo bisa menggerakkan seluruh badannya kembali.

Tomo memperhatikan asap tersebut berjalan di atas lantai seperti ular, kemudian memanjat tembok dan keluar lewat jendela yang tidak ia tutup.

Semenjak itu, ia selalu menutup jendela kamar mess setiap ingin tidur.

Pernah juga di malam yang lain, dari jendela kamar mess ia melihat jendela rumah lain yang menurutnya menarik.

Ada orang lain yang juga memperhatikannya dari jendela itu.

Masalahnya siapa pun yang sedang memperhatikannya balik tidak terlihat seperti manusia normal. Kepalanya panjang, lumayan menyeramkan.

Tak lama Tomo perhatikan, sosok di jendela rumah lain tersebut seperti hilang menguap diiringi dengan lampu ruangan rumah tersebut yang tiba-tiba mati dan jendelanya menutup sendiri.

Tomo tidak ingin menceritakan pengalaman menakutkannya tersebut khawatir rekan-rekannya akan ketakutan serta membuat gaduh.

Kemudian di malam yang lain, Tomo dan rekannya memilih tidur di satu kamar.

Dan lagi, Tomo terbangun kembali di tengah malam, langsung terduduk.

Ia mendengar sesuatu.

Ada yang mengetuk salah satu sisi dinding kamar.

Tok, tok, tok.

Suaranya seperti dari sisi dinding lainnya.

Sepengetahuan Tomo, di balik dinding tersebut adalah kamar mandi yang ada di pojok westafel, yang jarang ia gunakan beserta rekan-rekannya yang lain.

Rekan-rekannya masih tertidur, dan suara ketukan itu terus berlanjut.

Tok, tok, tok.

Iseng, Tomo mengetuk kembali dindingnya dengan nada yang cepat.

Tetapi, tempo ketukan dari sisi lain tetap sama.

Tok, tok, tok.

Sebenarnya si Tomo ini lumayan berani karena masa kecilnya terbiasa hidup dengan yang aneh-aneh dari dunia lain. Jadilah ia mencoba mengecek kamar mandi karena suara ketukannya agak mengganggu. Barangkali memang tikus.

Saat ia mengecek kamar mandi, ia langsung melihat toilet yang berada di ujung westafel. Ternyata suaranya dari sana.

Ia mendekati toilet tersebut dan…

Tomo kembali ke kamarnya dengan agak terburu-buru, yang ternyata rekan-rekannya banyak yang terbangun.

“Lu denger suara yang ngetok-ngetok kan?” Kata salah satu rekannya.

“Iya dari tembok kamar mandi yang angker itu.”

“Wih si Tomo dari mana luh!” Ujar rekannya yang lain saat Tomo baru tiba di kamar.

Kebetulan ada salah satu rekannya yang menyebalkan, sebut saja namanya Agus. Jadi khusus untuknya, Tomo jawab dengan santai.

“Iya, gua yang ngetok-ngetok.” Tomo tidak ingin mengambil pusing.

“Iseng banget lu malem-malem.” Kata Agus yang kerap membuatnya kesal itu.

“Tapi suaranya masih kedengeran?!”

Akhirnya Tomo mengganti alasan kalau itu adalah suara keran bocor, jadi tetesannya terkena baskom. Itu yang bikin suara ketukan. Bahkan Tomo mempersilakan Agus untuk mengecek sendiri.

Benar saja, Agus bangun untuk mengecek asal suara dari kamar mandi itu.

Tak berapa lama, Tomo dan rekan-rekannya yang lain dari dalam kamar, mendengar suara teriakan ketakutan yang diiringi dengan suara langkah lari yang menuju kamar.

Terlihat Agus datang ke kamar langsung membanting pintu dan melompat ke tempat tidur. Ia tidak bercerita apa-apa, meninggalkan rekan-rekannya dalam kebingungan.

Pada akhirnya semuanya bisa kembali tidur.

Namun semenjak itu, Agus tampak menjadi pendiam dan penakut.

Ada rasa iba di hati Tomo karena telah ‘tega’ membiarkan Agus mendapatkan pengalaman itu. Tetapi setidaknya rekannya itu tidak melakukan hal yang bukan-bukan lagi.

Untungnya, mutasinya ke Pontianak hanya beberapa minggu saja kemudian mereka termasuk Tomo dikirim kembali ke Jakarta.

Dari sana Tomo bercerita apa yang ia lihat di kamar mandi angker tersebut yang membuat suara ketukan.

Itu bukan suara air menetes di baskom.

Itu suara sesosok pocong dalam posisi berlutut, berulang kali membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi, yang kemudian terdengar seperti ketukan di sisi dinding lainnya.

Tok, tok, tok…

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

Sssttt... Anandastoon punya journaling sebagai info di belakang layar blog ini.
Klik di mari untuk menuju halaman diarinya.

  • 0 Jejak Manis Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas