Rumah Temanku

urban legend by : anandastoon

Kripikpasta Horor

Aku mengunjungi rumah temanku yang memang aku baru pertama kali mengunjunginya. Rumahnya tingkat tiga, maklum dia orang kaya. Sesampainya di rumahnya hanya ada aku dan temanku sendiri, orang tuanya sedang ada urusan dengan pamannya. Karena rumahnya luas, saya meminta izin kepada temanku untuk melihat-lihat. Dan temanku mengizinkannya.

Aku berkeliling rumahnya dengan cukup takjub, andaikan rumahku seperti ini. Kemudian aku naik ke lantai dua, mengitari koridor ruangan, kemudian menemukan tangga ke lantai tiga. Tangganya terlihat usang, seperti tidak pernah dilewati dan dibersihkan. Ruangan di atasnya juga cukup gelap, padahal masih siang.

Akhirnya aku coba menaikinya karena penasaran. Semakin naik ke atas perasaanku semakin tidak enak, mungkin atmosfernya yang belum biasa bagiku. Tetapi sepertinya ada hal lain yang tak dapat kujelaskan di luar atmosfir.

Tiba di atas, aku kembali menemukan lorong yang gelap, menuju ke sebuah belokan yang terdapat sedikit cahaya. Aku mengikuti koridor panjang tersebut dan di tengah-tengahnya kutemukan sebuah cermin besar yang cukup aneh. Aku melihat diriku sendiri di cermin itu. Entah mengapa, semakin aku memperhatikan bayangan diriku sendiri di cermin tersebut, perasaanku semakin berkecamuk. Aku langsung segera meninggalkannya dan meneruskan berkelilingnya.

Pada akhirnya tiba di ujung lorong yang sedikit bercahaya tersebut. Aku menuju sumber cahayanya di arah kanan dan ternyata itu sebuah pintu menuju balkoni atas. Lalu aku pikir cukup untuk berkelilingnya, aku memutuskan untuk kembali.

Lorong yang tadi pun aku lewati. Kali ini aku kembali melihat bayanganku sendiri di cermin yang tadi. Benar-benar ada yang aneh dengan cermin besar ini, pikirku. Mengapa pemilik rumah ini menaruhnya di sini? Di saat aku berpikir demikian, ternyata aku melihat bayanganku tersenyum. Sedangkan aku tidak tersenyum. Dia mulai berjalan ke arahku sambil menunjukkan senyumnya yang semakin lebar dan menyeramkan.

Rambut bayangan itu perlahan-lahan menjadi putih, matanya mulai menghitam dan ada darah yang mengalir keluar darinya. Aku masih terpaku dengan apa yang aku saksikan pada saat itu. Kuku-kukunya tiba-tiba mencuat hitam dari jari-jarinya, dan dia tiba-tiba langsung berjongkok dengan gerakan yang sangat cepat. Aku menyadari posisinya yang lebih dekat dari cermin daripada diriku. Itu bukan bayanganku lagi, dan dia tiba-tiba melompat dari cermin kearahku seperti ingin menerkamku!

Temanku yang masih berada di lantai satu sepertinya kaget mendengar teriakan di atas dan mulai menaiki tangga. Sesampainya temanku di lorong lantai dua, dia melihatku dengan dengan panik turun dari tangga dan berlari menuju dia. Temanku langsung memeluk aku yang menangis dan juga gemetar hebat. Dituntunlah aku menuruni tangga ke lantai utama dan aku menceritakan apa yang aku lihat.

“Maksudmu cermin besar yang di lantai tiga?” Temanku bertanya. Akupun mengangguk.

Temanku melanjutkan,

“Sebelumnya aku minta maaf padamu karena aku lupa mengingatkanmu agar jangan pergi ke lantai tiga. Ruangan itu tidak pernah ada yang pakai semenjak pembantu rumahku terjatuh di kamar mandi setahun lalu dan meninggal pada saat itu juga di lantai tersebut.”

“Dan kamu baru melewati kamarnya yang hanya memiliki pintu tanpa kusen, itu bukan cermin.”

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Pengalaman Horor Teman Terbaik #5 : Perjusami Pramuka

    Berikutnya
    Cerita-Cerita dari Primbon dot kom


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor