Bukan, ini bukan tema romantis. Ada salah satu istilah di ranah programming yang saya sangat suka, dan saya sangat menganjurkan para programmer untuk menerapkan metode ini.
Bahkan saya masih belum dapat menganggap seseorang adalah programmer handal jika ia masih belum menerapkan metode ini, sejago apa pun dia mengklaim bakat ngodingnya.
Arti “Stupid” dalam KISS di sini bukan berarti programmer harus bodoh, bukan.
KISS di sini adalah sebuah metode untuk menjadikan segala sesuatunya simpel dan dapat dimengerti oleh orang yang paling tidak paham atau masih dalam tahap awal programming sekali pun.
Dulu saya sewaktu masih di tahun-tahun pertama ngoding, kerap memamerkan kodingan saya yang ekstrem dan sulit dibaca kepada rekan-rekan programmer saya hanya untuk mendulang pujian.
Sekarang saya memahami betapa konyolnya saya pada saat itu karena pada akhirnya saya sendiri yang merasa kesulitan untuk memahami apa yang terjadi di kodingan saya saat ada bug atau penambahan fitur.
Semuanya kusut dan berantakan. Ya Allah maafkanlah hambaMu.
Jika dibilang sulit, bagi programmer pemula itu agak lumayan sulit. Mengapa? Karena fokus mereka bukanlah untuk mendalami KISS terlebih dahulu. Para programmer pemula sebaiknya fokus untuk berkenalan dengan sintaks dan tingkah laku bahasa program yang sedang mereka jalani, pastikan segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik.
Setelah itu, para programmer pemula akan tiba di saat mereka mulai kesulitan untuk me-maintain atau memelihara kodingan mereka dari bug dan gangguan-gangguan membandel.
Di sinilah mereka sudah saatnya memahami metode KISS. Mereka sudah harus memulai membuat variabel dengan nama yang mudah dimengerti, bukan hanya variabel yang bernama abc dan xyz.
Jadi daripada memberi nama sebuah fungsi “apakahSudahBerusia18()” yang mungkin membuat seseorang bingung bertanya-tanya ada apa dengan usia 18, lebih baik diubah menjadi “apakahSudahCukupUmur()” dengan nilai kembalian atau return berupa true atau false.
Nama variabel dan fungsi yang jelas membuat kita tidak perlu lagi memberikan komentar di atasnya.
Lalu para programmer pemula mulai memisahkan beberapa modul atau fungsi ke file-file berbeda dan mengkategorikannya per folder. Bukankah itu dapat mempermudah pelacakan bug?
Lagipula, jika programmer memiliki tim yang banyak, bekerja dengan kodingan yang sudah menerapkan metode KISS akan begitu cepat dan lancar tanpa harus menyiksa satu sama lain karena kodingan yang seperti kapal pecah.
Namun perlu diingat juga bukan karena semerta-merta ingin membuat kodingan yang bersifat KISS, lalu optimasi koding diabaikan. Maksud saya, karena membuat sesuatunya terlihat puitis dan begitu mudah dibaca, kemudian itu membuat ukuran file koding menjadi gembrot dan memakan banyak memori.
Tapi jangan khawatirkan masalah memori dulu, tugas programmer pemula hanyalah menerapkan KISS dalam kodingan mereka agar mereka dapat memahami apa yang telah mereka tulis sendiri.