Cerita Horor di Kantor

Bukan suatu hal yang aneh jika setiap hari kita selalu bergesekan dengan alam lain, terkhusus di kantor tempat kita bekerja yang notabene memiliki jam-jam sepi. Kantor saya juga, cerita mistis yang benar-benar mengganggu selera bekerja banyak yang masuk menerobos genderang telinga saya dengan suksesnya.

Berikut adalah 5 buah cerita horor di kantor yang pernah saya dengar, entah dari rekan kerja, maupun dari teman-teman saya. Ceritanya tidak begitu menyeramkan, saya hanya ingin sharing sedikit hehe…


Orang-Orang yang Tidak Dikenal

Rekan-rekan kerja saya sering bercerita mengenai kejadian-kejadian aneh di kantor saya dulu. Suatu saat salah satu rekan kerja saya melihat rekan kerja saya yang lain, anggap namanya adalah bapak Abdul, lewat di antara sekat-sekat tempat kerja rekan saya. Dipanggillah bapak Abdul, namun beliau hanya berjalan dan sama sekali tidak menoleh kepada teman saya.

“Beliau sudah tua, mungkin tidak terdengar.” Pikir rekan kerja saya itu.

Esoknya rekan kerja saya menegur Bapak Abdul saat melewati sekat kerjanya, menceritakan bahwa kemarin rekan kerja saya memanggilnya namun dia tidak dengar. Bapak Abdul kebingungan sambil menjawab,

“Kemarin saya tidak masuk kerja…”

Di hari yang lain, cleaning service menemukan seorang perempuan berambut panjang dan berbaju merah di samping mesin fotokopi, berdiri membelakangi.


Hingga Larut Malam

Sebagai seorang animator, dua rekan kerja saya pernah suatu malam diberi deadline menyelesaikan sebuah animasi 3D mengenai kegiatan di sebuah proyek pertambangan. Begitu lamanya komputer me-render animasi yang hanya beberapa puluh menit, teman saya hingga menginap di ruangan sebelah, meninggalkan ruangan komputer yang menjadi ruang kerja mereka. Mereka tertidur sambil mematikan lampu kedua ruangan.

Beberapa jam kemudian, salah satu rekan kerja saya terbangun, melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, kemudian membangunkan rekan kerja saya yang lain.

“Bangun oui, bangun.”

Rekan kerja saya terbangun, dan beberapa saat rekan kerja saya yang satunya melanjutkan.

“Loe denger nggak?”

Semuanya benar-benar mendengar, bahwa dari ruangan komputer banyak anak-anak yang bermain dengan begitu riang dan berlari-lari.


Masih Sore

Rekan kerja saya yang lain lagi, di ruangan berbeda, sedang menyelesaikan drafting yang memang sudah tanggung dikerjakan. Akhirnya dia tetap di ruangan hingga lepas waktu Isya. Ruangan kerja yang berisi belasan orang itu kini telah kosong melompong, dengan beberapa lampu menyala.

Masih belum pukul 8 malam, suasana sudah begitu mencekam. Di saat-saat rekan kerja saya sedang asyik mengerjakan pekerjaannya, tepat di sebelahnya terdengar suara tertawa yang begitu nyaring. Tidak mungkin dia salah dengar, itu adalah suara tertawa dengan intonasi yang cepat lagi tinggi, terdengar jelas di telinga kanannya.

Bulu roma semuanya berdiri, dia meninggalkan ruangan secepatnya. Esoknya, dia pindah ruangan selamanya.


Inspeksi Malam

Salah seorang teman saya yang menjadi penjaga parkir memanggil saya ke ruangan kantornya di dekat basement. Dengan komputer yang menyala, dia memperlihatkan foto-foto yang dijepret manajernya di tempat parkir pada malam hari. Saya melihat foto mobil-mobil yang terparkir di bawah cahaya remang-remang lampu tabung.

“Loe liat sesuatu nggak?” Tanyanya ke saya.

“Enggak.” Saya tidak melihat apa pun.

Di-zoom-lah foto tersebut baru saya takbir. Ada apa memangnya? Sesosok putih setengah badan mencuat di antara mobil-mobil, melihat ke arah kamera, seperti Kuntilanak. Bukan, ini tidak seperti ‘foto tempelan’ hantu dari aplikasi-aplikasi hape jaman now, ini berbeda.

Bola matanya terlalu besar untuk ukuran orang normal, dengan posisi mata yang sangat tidak sejajar dengan yang yang satunya. Tubuhnya terlihat sangat ramping dengan rambut yang panjang namun terlalu tipis seperti orang yang baru saja keluar dari kolam renang. Dadanya semakin hilang di depan mobil, bukan di belakang mobil, tangannya tidak terlihat.

Sayang ketika saya meminta fotonya beberapa tahun kemudian, fotonya telah ia hapus.


Di Belakang Pagar

Rekan kerja wanita saya sering diikuti ketika berzikir sendirian di mushalla wanita. Namun ia cuek dengan hal itu. Saya sendiri pernah ketika akhir tahun, saat orang-orang sudah mengambil cuti di tanggal yang bertuliskan cuti bersama, ingin shalat maghrib di mushalla dan saya sendirian. Lampu gedung hampir semua sudah dimatikan dan ketika saya menuju lorong arah mushala seperti ada yang mengikuti dan memperhatikan. Saya tidak jadi ke mushala dan shalat di tempat lain.

Suatu ketika saya diajak teman saya yang bekerja sebagai petugas parkir untuk melihat keanehan gedung. Saya baru menyadari bahwa tembok pagar gedung ini berbelok dan tidak lurus seperti gedung-gedung lainnya. Saya kemudian berjinjit dan melihat apa yang berada di’gelembung’ tembok pagar pembatas tersebut.

Saya melihat pohon-pohon pisang yang sudah mati, dengan dua buah kuburan tua yang besar-besar. Di daerah Warung Buncit dan Kalibata sudah sering saya temukan pemakaman kecil setiap beberapa ratus meter sekali, terutama ke jalan-jalan yang menuju rumah-rumah penduduk dari halte Busway Warung Jati.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    10 Cerita Horor dari Luar Negeri, Bag. 1

    Berikutnya
    Horor Pendek 34: Parkiran Basement


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor