Ini adalah kumpulan cerita-cerita seram tentang saudara sepupu saya dari garis almarhum ayah saya. Jika saya mendapatkan cerita horor mengenai ini, maka biasanya akan berlangsung berjam-jam. Tidak ada salahnya jika saya tidak ingin cerita-cerita berikut tenggelam di dalam memori saya nanti.
Rumah saudara saya berada di Kebon Kacang gang 23. Sebenarnya rumah tersebut juga diisi oleh paman, uwa, dan keponakan saya. Namun agar mempersingkat, semuanya saya titikkan kepada sepupu saya saja.
Rumahnya terletak di pinggir gang, memiliki dua lantai dengan kamar depan yang jendelanya langsung menghadap ke luar jalan. Lantai pertama dihuni oleh keluarga paman saya, dan lantai kedua dihuni oleh keluarga uwa saya yang juga didiami oleh sepupu-sepupu saya.
Saya memiliki tiga sepupu laki-laki, saya sebut saja Idos, Yan, dan Eja. Dan dua saudara perempuan, sebut saja Peni dan Kori. Semua hanya nama sebutan, bukan nama sebenarnya.
Dimulai dari bang Eja yang karir sukses menjadi aktor pembantu dalam beberapa film. Seseorang rupanya tidak begitu senang dengan bang Eja ini. Suatu hari kak Peni sedang tidur siang di kamar bang Eja dan terbangun. Tidak lama, kak Peni berteriak sehingga menimbulkan seisi rumah menuju kamar abang Eja dan mengecek kak Peni.
Di lantai kamar tiba-tiba ada genangan darah. Tidak tahu berasal dari mana. Setelah itu genangan darahnya menghilang saat tidak ada yang menyadarinya.
Sempat suatu malam kak Peni ingin mandi, namun ada yang sedang memakai kamar mandi juga. Jadi kak Peni menunggu hingga kamar mandi kosong kembali. Namun nyatanya tidak, suara orang mandi di dalam kamar mandi terus terdengar. Kak Peni langsung menuduh bahwa bang Yan lah yang suka mandi malam-malam.
Akhirnya kak Peni menghampiri pintu kamar mandi dan berteriak, “Yan! Elu mandi lama banget sih?!”
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka lebar-lebar dengan sendirinya. Kamar mandi benar-benar kosong dan terlihat kering sama sekali seperti tidak pernah ada orang mandi sebelumnya. Kak Peni ketakutan dan tidak jadi mandi.
Di malam yang lain, kak Peni yang sedang mandi tiba-tiba berteriak kencang. Lalu kak Peni terburu-buru memakai handuk dan segera keluar dari kamar mandi. Keluarganya tentu saja bertanya apa yang terjadi. Kak Peni berkata bahwa ia baru saja diintip seseorang yang berwajah hitam dari lubang ventilasi dekat atap kamar mandi. Pertama, ventilasi tersebut berjarak dua meter dari lantai. Kemudian, kamar mandi tersebut berada di lantai dua. Apa pun itu, matanya terlihat agak menyala serta berwarna kemerah-merahan seperti orang sedang melotot tidak senang.
Paman saya pernah main ke lantai dua malam-malam dan sedang tidak ada orang. Jadi paman saya menempati kamar depan dan mengambil sisir untuk menyisir rambutnya di depan kaca lemari yang menghadap ke jendela luar. Saat paman saya sedang menyisir rambutnya, dari kaca terlihat Kuntilanak yang sedang melayang di luar melewati jendela lantai dua. Paman saya langsung membanting sisir dan langsung turun ke lantai satu.
Pernah suatu saat uwa saya sedang mengobrol malam-malam dengan para tetangga di halaman luar. Di tengah asyik mereka mengobrol ada pemuda yang membungkukkan tubuhnya sambil permisi untuk lewat di antara mereka. Uwa saya mempersilakan dan melanjutkan obrolan. Tetapi tidak lama setelah itu semuanya kabur dari tempat mengobrol mereka. Mereka tiba-tiba tersadar bahwa pemuda itu baru saja beberapa hari ini meninggal dunia.
Di lain kesempatan, penjaga warung di depan rumah saudara pun sempat bercerita bahwa ada pemuda yang ingin membeli rokok di warungnya. Pemuda itu lagi. Setelah itu warungnya segera ditutup.
Kemudian pada suatu siang uwa saya sedang tidur-tiduran di kamar yang terletak di ujung rumah dengan posisi tidur menghadap ke dinding. Tak lama kemudian, dia merasa ada yang menginjak-injak kasurnya seperti seseorang yang melompat-lompat di tempat tidurnya. Sontak uwa saya berbalik untuk melihat siapa yang sedang melakukan itu. Tidak ada orang sama sekali. Pada saat yang bersamaan, terdengar suara garukan pada tembok di sebelah kasur. Uwa saya langsung pindah ke kamar lain.
Karena banyak kejadian yang begitu janggal di rumah tersebut, keluarga sepupu saya pindah ke kelurahan Kebon Melati sedangkan keluarga paman saya masih tinggal di lantai satu rumah lamanya, lantai dua rumah lama dijual kepada orang lain. Rumah baru sepupu saya masih memiliki dua lantai, kali ini semuanya milik mereka semuanya tanpa berbagi lantai dengan keluarga paman saya. Namun ternyata gangguan masih belum berakhir.
Adalah istri bang Yan, yang saat maghrib tiba-tiba turun dari lantai dua dengan wajah pucat. Melihatnya, sekeluarga terheran, apa yang terjadi? Menurut pengakuan sang istri, saat sedang sendirian di kamarnya, terdengar suara banyak anak kecil berlari riang di lantai tiga. Padahal rumah itu hanya berlantai dua, berarti suara yang ia dengar berasal dari loteng.
Teras rumah tersebut memiliki terpal miring yang tersambung ke dinding teras yang rendah. Fungsinya agar melindungi teras yang menjorok keluar dari panas dan hujan. Dan pada beberapa malam, saat ada yang sedang berbincang-bincang di teras, ada sesuatu menggelinding menuruni terpal miring tersebut. Dan itu terjadi berulang-ulang. Setelah sesuatu itu menggelinding dari atas hingga ujung terpal di bawah, sesuatu itu menggelinding lagi dari atas terpal. Tidak ada yang berani untuk mengecek apa itu. Apakah ada anak kecil yang melempar bola hingga sampai ke atas terpal secara berulang-ulang? Tidak masuk akal. Jalanan sedang sepi, lagipula benda itu diyakini bukanlah bola sepak, seakan terlihat lebih besar dan lebih berat dari itu.
Pernah suatu ketika bang Yan benar-benar kesal terhadap gangguan-gangguan makhluk asing tersebut, maka bang Yan pada malam itu membentak ke arah teras.
“Woy! Jangan ganggu kita-kita dong!!!”
DUAARRR! Disambut dengan Lampu bohlam teras yang tiba-tiba meledak dengan sendirinya. Tidak tahan, mereka akhirnya pindah lagi ke rumah di beberapa gang di sebelah rumah lamanya. Masih di Kebon Melati, dan rumahnya masih berlantai dua. Yap, mereka masih mendapatkan gangguan-gangguan.
Suatu tengah hari, istri bang Yan pernah terkunci dari luar kamar saat rumah sedang kosong.
Keran air terkadang menyala dengan sendirinya.
Bahkan ada kejadian yang jauh lebih dahsyat dari itu. Saat bang Eja mandi dan mulai mengguyur tubuhnya dengan gayung yang diciduk dari bak kamar mandinya, bang Eja kaget karena banyak belatung dari dalam gayung. Mungkin ada tikus mati di dasar bak mandi jadi ia kuras hingga ia yakin sudah bersih. Setelah itu ia isi bak mandi dan mulai mengguyur lagi.
Belatung masih banyak keluar dari gayung sehingga bang Eja menyudahi kegiatan mandinya pada saat itu juga. Kebetulan sedang datang temannya yang dapat melihat ruang gaib, maka setelah diadukan kejadian yang baru saja dialami oleh bang Eja, temannya langsung mengecek kamar mandi dan laporannya mengejutkan.
Temannya bilang, bang Eja tadi mandi bersama Sundel Bolong.
Pernah suatu siang bang Idos berkata sesumbar di gang sekitar rumah itu bahwa ia tidak takut apa pun bahkan menantang makhluk-makhluk gaib agar memunculkan diri di hadapannya. Tepat pada malamnya, saat bang Idos sedang tertidur pulas di kamar di lantai dua, ia terbangun karena ada ‘seseorang’ perempuan sedang bersenandung dan mengelus-elus keningnya.
Bang Idos hanya membuka mata sedikit dan ia tahu bahwa yang sedang mengusap-usap keningnya adalah sesosok yang berbaju putih dan wajahnya tertutup rambut panjangnya. Benar, sesuatu itu adalah Kuntilanak. Kemudian karena ia tidur menghadap ke samping, dari pojok kamar terlihat tiga sosok pocong yang berdiri. Ia langsung memejamkan kembali matanya, memaksakan diri untuk kembali tidur.
Sayangnya, saya tidak ingat lagi kejadian apa lagi yang menghantui rumah keluarga sepupu saya itu. Ditambah, saya tidak setiap hari mengunjungi sepupu saya bahkan dapat dikatakan sangat jarang untuk silaturahmi ke rumah mereka disebabkan urusan yang menyibukkan masing-masing individu.
Sebenarnya masih ada lagi cerita yang bersumber dari keluarga saya dari garis Ayah, namun saya sudahi dulu untuk kali ini, semoga dapat dilanjut di postingan saya yang lain.