Musisi Jalanan

urban legend by : anandastoon

Musisi Jalanan

Pekerjaan musisi jalanan memang tidak seperti apa yang ada dalam pikiran orang-orang. Biasanya para musisi jalanan yang mengais rezekinya dengan cara berdendang di jalan-jalan, menanti belas kasihan setiap pengendara yang lewat sambil menunggu bunyi gemerincing uang koin yang terlempar dari jendela-jendela kendaraan ke dalam pundi-pundi mereka.

Tidak, aku berbeda. Aku sungguh seorang musisi jalanan, yang hidup di sebuah pinggiran jalan yang gelap, aku bekerja hanya jika ada sebuah panggilan dari masyarakat. Mereka yang membutuhkanku, sebagai pelayanan lebih aku pun selalu menyediakan hiburan ekstra untuk seluruh kalangan dan semua usia.

Tak kusangka, warga begitu meriah menikmati setiap alunan nada dari alat musik yang kumainkan. Aku berbakat bukan? Lihat anak-anak itu, mereka begitu ceria menari-nari mengelilingiku seperti ada di film-film dongeng.

Aku punya ide, mengapa aku tidak memiliki sesi musik khusus untuk anak-anak saja? Mereka sepertinya begitu gembira dengan musik yang aku mainkan. Orang tua mereka begitu senang dengan anak-anak mereka yang riang menari di sekelilingku. Orang-orang dewasa juga ikut menari, begitu pun dengan orang-orang yang lanjut usia. Namun tidak selincah anak-anak ini.

Malam itu aku mencoba membuat skenario dan menggubah beberapa lagu yang dapat membuat anak-anak senang, untuk tampil kembali pada panggilan berikutnya. Tapi, hey, musisi jalanan yang lain mungkin tidak melakukan hal seperti ini kan? Maka dari itu aku sangat mencintai pekerjaanku di samping kehidupanku yang seperti ini.

Beberapa hari kemudian, panggilan hiburan pun aku terima kembali dari masyarakat. Setelah aku membantu mereka, kini seperti biasanya giliranku untuk memberi pelayanan lebih kulakukan. Aku tidak sabar melihat senyuman manis dari anak-anak itu, semoga mereka menyukai musiknya.

Aku memainkan musiknya, anak-anak tersebut mulai terlihat menari-nari mengikuti alunan nada musik yang aku mainkan, para orang tua pun ikut senang melihat mereka berdansa di sekelilingku, sehingga mereka tidak khawatir.

Benar-benar hari yang begitu menyenangkan. Aku membuat mereka menari di bawah sinar rembulan, menerobos bukit-bukit indah, berdansa melewati padang-padang cantik, dan berakhir di sebuah tempat di tengah danau.

Kini anak-anak manis itu semuanya tenggelam ke dasar danau. Jangan salahkan aku, andaikata para warga mau membayarku saat aku mengusir tikus-tikus dari rumah mereka…

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Horor Pendek 38: Teman Sekamar

    Berikutnya
    Kripikpasta 43 : Dengan Berat Hati


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor