Beristirahat Di Hutan

urban legend by : anandastoon

Beristirahat Di Hutan

Tinggal sebungkus keripik bawang ini yang menjadi bekalku malam ini, isinya tinggal setengahnya lagi. Tidak apalah, aku benar-benar lapar, jadi aku habiskan saja. Malam-malam begini touring sendirian di hutan apa tidak apa-apa ya? Perasaanku tidak enak. Semoga ada pondok yang dapat kutempati.

500 meter berkendara, aku melihat sesuatu di kegelapan. Setelah kudekati dan kusinari dengan lampu sepeda motorku, barulah aku tahu bahwa itu adalah sebuah pondok. Beruntungnya diriku! Yasudah kuparkirkan saja kendaraanku di halamannya dan aku langsung masuk ke pondok tersebut.

“Permisi!!! Aku menumpang untuk bermalam ya…”

Tidak ada jawaban, aku sudah tahu. Aku sudah merasa pondok gelap ini tidak akan ada yang menempati. Mungkin aku langsung saja mencari tempat untuk beristirahat, aku yakin ada di lantai dua itu.

Bulu kudukku berdiri, kulihat di sepanjang tangga terpampang banyak lukisan potret seseorang. Apa pun itu, itu terlihat sangat menyeramkan. Jika kembali dilihat-lihat, seluruh lukisan itu semuanya seperti memandang diriku dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Namun aku yang sudah sangat mengantuk langsung naik tangga tanpa banyak memikirkan apa pun.

Paginya aku terbangun karena cahaya matahari pagi yang bersinar dari balik jendela pondok, dan aku langsung turun menuruni tangga pondok. Sinar mentari masuk dari jendela-jendela di sepanjang tangga.

Sebentar, sepertinya aku teringat sesuatu. Aku langsung merinding hebat, buru-buru aku menancap gas dan langsung pulang ke rumah.

Kemana lukisan-lukisan yang tadi malam?

Malam berikutnya aku langsung beritahu temanku akan hal ini. Tetapi ia justru tertawa. Begini percakapan kami.

“Ah, itu kan seperti legenda urban yang pernah kudengar! Lukisan itu ternyata jendela! Jadi semalam siapa yang menatapmu? Hahaha!”

Aku menelan ludah, dan memberitahunya bahwa itu bukan legenda urban belaka karena aku benar-benar menyaksikannya sendiri.

“Sebentar,” Sanggah temanku, “Di mana kau menemukan pondok itu?”

Aku memberitahunya secara detail. Temanku agak kaget.

“Baik, kini aku percaya itu adalah legenda urban yang lain.” Temanku melanjutkan, “Apa kau tidak tahu sebuah legenda urban bahwa ada pondok di hutan yang dihuni oleh seorang seniman gila? Selama ini orang-orang berpikir itu hanya cerita rakyat.”

Temanku meneruskan ceritanya, “Jadi beberapa orang yang sempat singgah di pondok tersebut tidak pernah lagi kembali. Konon, lukisan yang dibuat oleh seniman gila tersebut berasal dari kulit manusia asli! Ia hanya memajang lukisan itu di malam hari untuk mengelabui setiap pendatang.”

Aku menyanggah, tidak percaya. Lagipula aku sekarang masih hidup dan sehat. Itu benar-benar hanya sebuah legenda urban biasa. Aku yakin.

Temanku ternyata masih melanjutkan, “Aku juga tidak yakin apakah legenda urban itu nyata atau tidak. Namun kabarnya, seniman gila tersebut tidak akan mendekati sang korban yang memiliki bau seperti bawang. Ia sangat membenci bau bawang.”

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya cerita seram? Yuk di-share ke Anandastoon.
Klik di sini untuk panduannya. 👍

  • Sebelumnya
    Horor Pendek 40: Sebagus Baru

    Berikutnya
    Kripikpasta 45: Tolong Aku


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor