Asik, asik! Konten nyinyirnya ternyata masih terus berlanjut. Setelah saya menyinyiri klaster alfabet kita, saya akhirnya tergelitik untuk melanjutkan aktivitas nyinyir saya yang kali ini korbannya adalah bilangan bulat, dari nol hingga sembilan, yang merupakan famili bilangan arab.
Tanpa banyak basa-basi yang pada akhirnya tetap akan menjadi basi, mari saya lanjutkan kegiatan nyinyir saya ini. Selamat menikmati nyinyiran. ~
Diawali dari sebuah angka yang tidak memiliki wujud. Sebuah angka yang bahkan kita tidak pernah mengetahui bagaimana angka ini dapat digambarkan.
Nol, itu pun ditemukan (sekaligus ‘dipatenkan’) oleh ilmuwan Arab al-Khawarizmi yang nantinya beliau kita sebut dengan algoritma. Sebelumnya, bangsa-bangsa roman tidak ada yang ‘ngeh’ dengan kehadiran angka nol ini. Iyalah, orang doi juga nggak punya penulisan sendiri untuk bilangan, cuma minjem dari alfabet latin. I, II, III, IV, dst. Pastinya bakal repot kalau disuruh ngitung duwidh pakai sistem numeral romawi.
Lalu apa pentingnya angka nol ini? Yang pasti lebih penting dari bilangan apa pun. Saya menyebut angka nol ini sebagai pion angka. Yup, seperti permainan catur dimana bilangan-bilangan pentingnya dilindungi oleh angka nol ini. Dan ketika angka nol banyak bersatu, dia hanya perlu satu angka yang bukan nol yang dapat membuatnya menjadi monster.
Tidak percaya?
Bilangan 000000 bukanlah angka yang berharga. Tapi coba kita taruh angka misalnya angka satu di depannya.
Hasilnya menjadi 1000000! Mengerikan.
Meskipun angka nol ini terlihat kalem, namun dia sejatinya adalah black hole. Segala sesuatu yang dikali nol akan menjadi nol. Dan sebaliknya, plis, jangan pernah membagi apa pun dengan nol. Selamatkan kalkulator kalian, selamatkan HP kalian, selamatkan laptop kalian, selamatkan sanak famili kalian, jangan sampai mereka melakukan pembagian dengan nol. Pokoknya jangan.
Yup, kemudian kita membahas sebuah angka yang sesungguhnya, maksud saya, angka yang konkret. Angka satu ini adalah pemimpin dari seluruh angka. Sebuah angka jagoan yang banyak dilirik. Selain itu, angka inilah jua yang menjadi pionir dalam menentukan suatu ukuran. Bahkan angka satu ini memiliki julukan ‘unit’ yang dapat dijadikan sebagai patokan sebuah ukuran.
Namun sayangnya, angka satu ini pemalu. Mungkin jenis kepribadiannya banyak orang yang menyebutnya introvert. Yup, angka satu ini introvert hahah. Tidak percaya?
Baiklah, kita biasa menyebutkan pernyataan yang sebenarnya memuat angka satu di dalamnya. Contohnya seperti, “Harganya Rp2000 per gram”. Itu sebenarnya “Harganya Rp2000 per satu gram”. Mungkin selama ini beberapa kita belum menyadarinya. Ya karena angka satu ini introvert.
Dia bahkan memiliki julukan sendiri saking malunya disebut, yakni imbuhan “se-“. Sejuta, artinya satu juta. Sejam, artinya satu jam. Di aljabar, angka satu seringkali tidak pernah disebut. Kita tahunya variabel x, padahal sebenarnya 1x atau satu kali x.
Resiko menjadi terkenal ya, angka satu pun akhirnya menjadi malas diliput banyak media hahah.
Sebenarnya angka dua ini adalah favorit saya. Saya tidak tahu kenapa. Tapi itu adalah bahasan lain.
Angka dua, menyandang status sebagai bilangan genap pertama dan bilangan prima pertama. Kendati demikian, tetap saja dia nomor dua. Kata nomor dua, “Biarin deh, saya adalah wakil pemimpin dari angka satu.”
Apa kelebihan angka dua? Well, jangan main-main ya dengan angka dua. Karena angka inilah seluruh bilangan genap menjadi jinak. Kalau ada bilangan genap yang macam-macam, tinggal dibagi dua. Kelar deh hidup si bilangan genap tersebut. Tidak ada angka lain yang memiliki kekuatan setara dengan angka dua ini whuahahaha.
Ada satu kekurangan dari angka dua, yakni angka ini dapat menimbulkan kecemburuan yang begitu dahsyat dari orang-orang, terutama dari kekasih. Hehehe…
Angka tiga begitu ingin bergabung dengan sistem pemerintahan bilangan, katanya tidak apa deh jadi janitor sekalipun yang penting bisa eksis di pemerintahan ~
Dan doi berhasil, angka tiga ini meskipun memiliki jabatan terendah di kerajaan bilangan, namun masih memiliki gengsi. Selalu disebutkan tiga besar, trilogi, trio kwek kwek, triplet, triwanto (eh nama orang itu mah), dan tri tri lainnya. Nempel terus sama angka satu dan dua. Begitulah jika dekat dengan orang yang terhormat, kita bisa terbawa menjadi orang terhormat juga. Wkekekekek.
Dan inilah angka pertama yang paling dihindari saat pembagian. Jika tidak habis dibagi tiga, maka hasil pembagian desimalnya akan terus mengekor hingga hari kiamat. Bahkan yang dulu pernah melakukan pembagian dengan angka tiga, sampai hari ini dia masih menuliskan desimalnya di belakang koma.
Tapi jangan khawatir, ingin bertemu dengan angka yang habis dibagi tiga? Cukup jumlahkan angka tersebut dan pastikan hasilnya dapat dibagi tiga. Aman deh.
Kita memasuki dunia mistis sekarang. Angka empat adalah angka yang paling tabu di Asia Timur, dan kita, orang Indonesia yang masyarakatnya banyak menggemari kultural Asia Timur semisal Jepang, Korea, dan Cina, jika terbawa kultur seperti ini.
Apa itu? Angka empat adalah angka kematian, hanya karena angka empat memiliki pengucapan yang sama dengan kata “kematian” dalam bahasa mereka. Tidak heran jika gedung-gedung yang memiliki campur tangan bangsa Asia Timur tidak memiliki angka empat dalam penomoran lantainya, diganti dengan 3A. Wew, negara maju pun masih menghormati budaya tabu mereka.
Saya pikir juga angka empat tidak begitu nyaman jika berada berada di belakang angka ganjil, seperti 14, 34, 54, 74, 94, 114, dan sebagainya. Ada yang tahu alasannya kenapa?
Saya menyebut angka lima ini adalah angka ganjil yang memiliki aura dan pesona yang paling bisa membuat orang lain berbahagia. Banyak dari kita yang sangat bersahabat dengan angka lima dibandingkan dengan angka ganjil lainnya. Meskipun angka lima bukanlah angka kebanggaan, namun angka ini memiliki daya tarik sendiri.
Angka lima ini begitu pandai melakukan kompromi, baik dengan pelanggan, atau pengusaha. Ditakdirkan menjadi angka yang pandai menengahi urusan orang lain, angka lima menjadi salah satu angka ganjil yang paling banyak digemari oleh kebanyakan orang, terutama matematikawan, akuntan, bahkan hingga kasir minimarket di depan.
Sebuah angka genap yang sepertinya kurang populer dikalangan bilangan numeral. Hampir tidak ada yang peduli dengan angka enam. Sebuah angka yang berwujud, namun cenderung diabaikan.
Tebak? Hal ini diperparah dengan sebuah fakta bahwa angka enam merupakan turunan dari angka tiga, dia juga menjadi satu-satunya angka genap yang dijauhi dalam menjadi sebuah pembagi.
Dan angka enam ini menjadi sebuah angka yang membuat galau banyak orang. Jika ada seseorang yang mendapatkan nilai enam, dia tidak tahu apakah harus bersyukur atau bersabar dengan angka itu. Bahkan angka ini juga membuat galau pemberi keputusan apakah orang yang mendapatkan angka ini dapat diluluskan atau remedial.
Yah, begitulah sebuah dinamika. Jangankan dengan manusia, bahkan angka pun ada yang bernasib seperti angka enam ini. Apakah kalian bernasib seperti angka enam?
Seenggaknya segi enam itu adalah bentuk yang cukup keren.
Sampai kita kepada angka populer yang menyandang banyak predikat. Dari mulai tujuh keajaiban dunia, disebut sebagai angka keberuntungan, angka yang menjadi primadona yang paling memungkinkan. Bahkan beberapa dari kita memberikan angka tujuh sebuah ikat pinggang cantik dalam menuliskannya sehingga membuat angka tujuh menjadi lebih eksotis, seperti huruf Z.
Namun, tidak ada gading yang tidak retak. Kendati demikian, angka tujuh ternyata memiliki banyak haters. Terutama jika sudah memasuki ranah pembagian. Meskipun angka enam dan angka tiga memiliki penulisan desimal yang tidak terhingga jika tidak habis dibagi, namun setidaknya angka tersebut memiliki pola yang tetap dan tidak berubah. Lain halnya dengan angka tujuh, seluruh desimalnya merupakan deretan angka-angka berbeda yang ia sandera.
Hiii…
Angka ini memiliki tampilan yang eksotis. Namun disatusisi angka ini dapat disebut dengan angka yang gemuk, seakan-akan tampak angka nol yang memiliki pinggul. Atau bisa jadi seperti dua buah angka nol yang melakukan henshin.
Masih memiliki hubungan famili dengan angka dua dan empat, kehadiran angka delapan menjadi salah satu menjadi bagian penting dalam keanggotaan angka-angka genap. Kasian deh angka enam. Di samping itu, angka delapan juga berkerabat dekat dengan angka tujuh.
Karena keeksotisan angka delapan inilah beberapa orang tertarik memberi judul film mereka dengan angka delapan jika memang mereka ingin menyisipkan angka di judul filmnya.
Tibalah di angka terakhir yang merupakan angka paling senior dari deretan angka-angka utama dalam sistem penomoran desimal. Angka sembilan ini adalah angka yang bijak, karena memang paling besar di antara angka-angka lainnya. Dia menaungi seluruh angka, bahkan angka nol pun seakan menjadi tanggung jawabnya.
Dan penutup dari satuan angka ini memiliki bagian dari seluruh angka-angka binaannya, menjadikan angka sembilan ini unik.
Dia seperti angka tiga dan enam yang memiliki ekor desimal yang tidak akan habis-habis.
Dia bersahabat dekat dengan angka tujuh dan delapan yang juga membuatnya eksotis.
Dia sebagai angka tunggal tertinggi di bawah sepuluh membantu angka satu meraih predikatnya.
Dia pun adalah satu-satunya angka ganjil tunggal yang bukan bilangan prima. Secara, turunan angka tiga gitu loh.
Tapi siapa sangka, jika angka sembilan yang begitu bijaksana ini ternyata dulunya adalah angka enam yang kini telah tumbuh dewasa, membalikkan dirinya dan menutup seluruh masa lalunya yang kelam, bertransformasi menjadi sebuah angka yang begitu disegani.
Backstory yang buruk tidak menjadikan angka enam menjadi pemeran antagonis, namun justru menjadi protagonis yang begitu dapat menarik simpati. Hiks terharu…