Mengomentari Alfabet

Kembali saya melanjutkan postingan nyinyir ala Bu Tedjo ini mengomentari seluruh alfabet yang sudah kita kenal dari semenjak gigi pertama kita muncul ke dunia yang fana ini wahahah. Okai, tanpa basa yang memang sudah basi juga, kita lanjut kepada sisa huruf yang akan saya nyinyiri tanpa ampun.

Huruf A hingga N dapat dilihat di sini.


O

O… bulat. Ya memang bulat sih, segala sesuatu yang berhubungan dengan huruf O pasti bulat, begitu pun dengan mulut kita saat mengucapkannya.

Huruf O ini tidak jarang saya juluki dengan huruf vokal preman. Lha kok? Saya bahkan menyandingkannya dengan huruf konsonan B, D, G, dan J. Dipersilakan melihat kembali pembahasan saya mengenai huruf-huruf tersebut mengapa saya juluki dengan huruf preman.

Ditambah lagi, hampir tidak ada kata dalam bahasa Indonesia yang diakhiri oleh huruf O. Mungkin karena huruf O ini memang sudah ‘dipatenkan’ oleh suku Jawa dan Minang yang berlomba-lomba mempercantik bahasa mereka dengan huruf O? Entah. Tapi saya rasa huruf O ini sepertinya perlu mendapatkan lebih banyak kasih sayang…


P

Akhirnya kita bertemu dengan huruf yang paling kalem di antara jajaran huruf-huruf konsonan di klaster alfabet. Lihat huruf P, tidak pernah macem-macem, selalu rendah hati dan tidak sombong. Yah, meski kadang suka konflik sedikit dengan huruf F, tapi huruf P ini sepertinya lebih memilih untuk mengalah dan kembali tenang.

Jadilah seperti huruf P.


Q

Huruf Q ini merupakan satu-satunya huruf yang dieja dengan huruf I. Huruf Q dieja Qi.

Namun diluar keunikan tersebut, huruf Q ini nasibnya cukup tragis dan memprihatinkan. Sebuah huruf yang asalnya hadir atas dasar pengaruh yang kuat dari bahasa Arab, kini kehadirannya tergerus secara fantastis oleh huruf K, bahkan untuk penulisan bahasa Arab yang telah diadaptasi sekali pun.

Taqwa? Bukan, sudah diadaptasi menjadi takwa. Akhlaq? Sudah disederhanakan menjadi akhlak. Begitu pun dengan serapan bahasa Arab yang lain. Kalau bahasa serapan selain bahasa Arab semisal bahasa Inggris yang memakai huruf Q seperti quality? Ya, sudah diraup oleh huruf K juga, jadi kualitas.

Mungkin huruf Q tadinya terlalu merasa menjadi huruf yang paling mewah sih… akhirnya roda terus berputar dan tidak selalu berada di atas, hingga pada akhirnya huruf Q tidak lagi mendapatkan tempat di antara kata-kata bahasa Indonesia. Menyedihkan jika kembali dipikir-pikir.

Lalu sekarang bagaimana nasib huruf Q? Jadinya doi dipakai sama anak alay, “Aq sama temen-temen qu mau gabung ke grupnya boleh ga, qaqaq? Qt janji bakalan jadi anak baeq dech…”

Tragis.


R

Sebuah huruf P yang bermutasi menjadi versi yang lebih sangar dan galak, dicirikan dengan bertambahnya sebuah kaki pada versi lain huruf P tersebut. Setidaknya perlu usaha lebih bagi lidah untuk mengucapkan huruf ini, termasuk mereka yang bahkan cadel sekali pun.

Kendati demikian, huruf R ini populer lho. Kehadirannya dalam kosakata bahasa Indonesia memiliki frekuensi yang cukup sering. Pokoknya, huruf yang macho ini populer!!! Aaaaakkk! Minta tandatangannya dong say!


S

Huruf S ini meliuk-liuk bagai ular, yang kebetulan memiliki bunyi seperti desis ular.

Huruf S ini juga memiliki jobdesc untuk menarik perhatian seseorang, dari mulai memanggil seseorang, menyuruh diam, hingga menakut-nakuti. Huruf S ini mengambil peran banyak dalam mewakili bahasa seseorang. Cukup dengan sebuah huruf S, satu negara bisa terdiam. Wahahahah savage.

Tetapi menjadi huruf yang begitu powerful begitu apa ada yang iri atau bahkan benci dengan huruf S? Sepertinya tidak ada sih… Eh, ada! Huruf C! Hahahah. Coba lihat kembali ulasan saya mengenai huruf C sebelumnya.


T

Huruf T tidak mau kalah menjadi bagian yang mengambil popularitas bersama huruf R, dan S. Jadilah mereka Trio Kwek Kwek, atau Power Ranger, atau terserah. Yang pasti, huruf R, S, dan T, adalah tiga diva konsonan dalam dunia alfabet.

Tidak cukup mengambil bagian dari kosakata, huruf T yang merupakan versi lembut dari huruf D ini mengambil banyak bagian dalam efek suara, benar-benar bersaing ketat dengan diva yang lainnya, yaitu tentu saja huruf S dan R. Contohnya, ‘tulalit‘, ‘titutitut, ‘tratatatatata‘, dan ‘telolet telolet.


U

Kembali lagi dengan huruf vokal, huruf U ini telah melembutkan banyak kekerasan yang telah dilakukan oleh huruf O, sehingga menyebabkan huruf U ini menjadi huruf yang begitu lembut di hati.

Huruf U ini meskipun teknik pengucapannya harus dengan memajukan bibir jauh-jauh, namun ia menjadi teman terbaik yang siap menemani saat santai maupun sendu.

Dududududu ~


V

Akhirnya kita kembali lagi dengan huruf yang sering melakukan perang saudara dengan huruf yang lain, yakni huruf F. Mengenai alasan lengkapnya sudah saya sudah bahas komplit di bagian huruf F. Jadi sekarang saya hanya ingin fokus mengomentari yang lainnya tentang huruf V ini.

Sebetulnya huruf V ini sendiri juga sangat tidak senang jika orang Indonesia salah mengeja dirinya. Huruf V itu dieja “Ve”, bukan “Vi”.

Kata huruf V, “Gua itu Ve! Ve, Ve, temVe! Ahelah! Ejaan ‘Vi’ itu bukan ejaan pribumi, jadi jangan asal maen sebut aja! You waktu di TK sama SD kan udah diajarin kalo ngabjad gue tuh Ve We Eks Ye Zet! Bukan Vi We Eks Ye Zet!

Hanya kata yang dimaksudkan untuk dieja dalam bahasa Inggris saja huruf V yang dieja Vi, kalau bahasa Indonesia murni, tetap dieja Ve. Contohnya? Nama saluran televisi bisa dijadikan patokan.

ANTV, dieja An Te Ve.

SCTV, dieja Es Ce Te Ve.

TVRI, dieja Te Ve Er I.

Lain halnya jika kanalnya memang dimaksudkan untuk diucapkan atau dieja dalam berbahasa Inggris seperti TV One dan Metro TV. Karena bukan cuma huruf V saja yang dieja Vi, huruf Tnya pun ikut dieja Ti.


W

Nah, anak-anak, pemirsah, hadirin dan mak erot, eh hadirot, bapak-bapak dan ibu-ibu satu gang satu er te dan satu er we, sekelurahan, sekecamatan, dan… udah ah! Heboh banget intronya, emang bakal seheboh apa sih gosip tentang huruf W ini?

Enggak heboh sih, cuma kok itu huruf W terlihat seperti huruf V yang kembar siam ya? Dan dalam bahasa Inggris huruf W dieja dengan double U, padahal harusnya double V. Yah, meski dalam beberapa gaya huruf memang huruf W ini tersusun dari dua buah huruf U. Tapi pertanyaannya kenapa ditaruh setelah huruf V?

Saya menyangka bahwa huruf U, V, dan W ini seperti saudara kembar non identik yang hampir setiap orang tidak menyadarinya. Mengapa? Selain karena alasan huruf W merupakan huruf yang tersusun dari huruf U atau huruf V atau bahkan ada yang menulis huruf W ini dengan huruf V dahulu kemudian huruf U, ada alasan lain dari segi bunyi huruf.

Huruf W ini selain terdengar seperti huruf U yang dipadatkan dan dijadikan konsonan, juga terdengar seperti huruf V tanpa mengeluarkan udara dari mulut.

That’s all folks.


X

Saya sebetulnya masih bingung kenapa huruf ini nyempil di antara klaster alfabet kita ini. Huruf ini sepertinya merupakan penumpang gelap seperti gerombolan X yang terdiri dari bandit-bandit yang sering kita saksikan di layar-layar kaca.

Persis seperti identitasnya yang menggambarkan suatu hal yang masih samar dan tidak dapat dijelaskan, huruf X ini memang benar-benar mendapatkan status X di susunan abjad ini. Benar-benar sebuah ‘penjahat’ huruf. Tapi ya betul kata pepatah, kalau dunia tidak ada yang jahat maka tidak seru dong hahah.

Apakah huruf X ini sendiri pernah dipakai dalam kamus bahasa Indonesia? Setahu saya hanya untuk X-ray saja, itu pun sebenarnya masih dalam ranah bahasa Inggris, sisanya saya tidak tahu. Masalahnya, hampir atau bahkan semua kata yang mengandung huruf X ini sudah disederhanakan dan dikonversi penulisannya menjadi ‘ks’.

Contohnya, extra menjadi ekstra.

Semua huruf X dikonversi menjadi ‘ks’ sehingga huruf X ini hampir-hampir tidak memiliki tempat lagi di kamus besar Bahasa Indonesia. Bahkan huruf X ini dieja tanpa dihadirkan huruf X itu sendiri, yakni huruf X dieja ‘eks’.

Dari backstory itulah mungkin huruf X ini pada akhirnya menjadi jokernya alfabet. Mungkin telah menjadi virus X yang menyelinap di antara huruf-huruf alfabet.


Y

Setidaknya berterimakasihlah dengan huruf Y karena dia dapat sedikit ‘menjinakkan’ huruf X. Saya tidak paham bagaimana huruf Y menghibur dan menenangkan huruf X, yang pasti keadaan mereka dalam jajaran alfabet seperti saudara sepupu.

Diluar itu, huruf Y sendiri sering disalahgunakan sehingga menimbulkan kecemburuan dari huruf I. Padahal, tidak ada kata dalam bahasa Indonesia yang bervokal Y, bahkan tidak ada kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran Y. Semuanya adalah jatah huruf I.

Kecuali mungkin bahasa Sunda yang sepertinya ‘senang’ dengan kata-kata yang berakhiran huruf Y. Asoy, Cikoromoy, Cisampay, dan lain sebagainya.


Z

Akhirnya semua diakhiri dengan sebuah huruf keren yang hampir tidak berguna. Sekali lagi, huruf Z masih memiliki nafas di deretan kata-kata yang lagi-lagi merupakan serapan dari bahasa Arab seperti zaman, izin, ziarah, dan yang lainnya. Bersyukur huruf J tidak menjajah dengan brutal tempat kediaman huruf Z, tidak seperti huruf Q yang hampir atau bahkan sudah punah tergusur oleh huruf K. Alhamdulillah hehe…

Oh iya, saya baru sadar bahwa huruf Z ini merupakan satu-satunya huruf yang dieja dengan bantuan dua huruf, Zet. Tambahan huruf ketiga mungkin pengaruh dari Eropa yang menjajah kita puluhan tahun silam. Mereka, khususnya bangsa Inggris, mengeja huruf Z dengan Zed.


Pada akhirnya, selesailah saya menyinyiri seluruh huruf alfabet Indonesia ini. Keritingnya tangan saya karena ghibah ini membuat saya ingin memakan mi keriting. Kebetulan sudah lapar juga, jadi bai, sampai bertemu di episode nyinyir berikutnya… enaknya nyinyirin apa ya?

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Nyinyir Happy: Mengomentari Alfabet (A - N)

    Berikutnya
    Mengapa Harus Gunung Kembar dan Matahari?


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema nostalgia