Saya tidak tahu, dari beberapa minggu lalu saya tiba-tiba peduli masalah global warming, di mulai dari artikel saya berikut. Kita melihat cuaca yang tidak lagi teratur, banjir bandang dan badai di mana-mana, dan kenaikan air laut yang sudah mengancam beberapa kehidupan pesisir.
Saya baca bahwa untuk menyelamatkan bumi dari gangguan pemanasan global ini adalah dengan menanam pohon. Tapi bagaimana bisa menanam pohon dapat mencegah global warming?
Saya akan mencoba menjelaskannya dengan analogi, pendek dan menyenangkan.
Dulu waktu di sekolah kita sering mendengar ‘evaporasi’ di pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Evaporasi itu sendiri artinya penguapan. Apa pun yang menguap ya berarti evaporasi. Lalu apa hubungannya evaporasi dengan pohon?
Begini, pohon juga bernapas atau bahasa kerennya adalah transpirasi. Namun gas yang dihirup pohon bukanlah oksigen melainkan karbon dioksida plus zat-zat yang tidak menyenangkan lainnya. Inilah mengapa pohon dapat menyerap polusi.
Nah, yang namanya bernapas, pasti ada menghirup dan menghela. Manusia bernapas atau bertranspirasi dengan menghirup oksigen dan melepaskan karbon dioksida, pohon kebalikannya.
Dan bukan hanya mengeluarkan oksigen saat mengeluarkan napas, tumbuhan hijau pun mengeluarkan uap air dari air tanah yang telah terserap namun tidak lagi terpakai. Maka dari itu muncullah istilah “evapotranspirasi” yang artinya tentu saja, bernapas dan mengeluarkan uap juga.
Uap air yang dikeluarkan si pohon ini bisa sedikit menyejukkan udara karena air dapat mengikat panas. Apa maksudnya mengikat panas?
Coba sekarang lihatlah bulan kita yang jaraknya sama-sama ideal dari matahari, namun suhu di sana saat malam bisa sampai -183ΒΊC dan siangnya bisa sampai 106ΒΊC. Hiii serem.
Mengapa suhu di bulan bisa ekstrem padahal jaraknya dari matahari kurang lebih setara dengan bumi kita ini? Jawabannya selain dari kurangnya atmosfer di bulan, ketiadaan air di bulan tidak dapat menstabilkan suhu. Padahal sekali lagi, air dapat mengikat temperatur. Jadi saat bumi terkena panas matahari, dingin yang diikat air dari waktu malam bisa menyeimbangkan panasnya terik matahari dan begitu juga sebaliknya.
Maka dari itu kota yang ditanami banyak pohon dapat mengurangi panasnya suhu saat tengah hari karena jasa uap air ini. Ditambah lagi, bayangan yang dihasilkan dari pohon dapat mengurangi pantulan panas dari aspal atau dinding bangunan yang mana bisa mencegah kota menjadi lebih panas lagi.
Baru saja kita bahas mengenai evapotranspirasi, yang intinya pohon melakukan ‘pipis’ dengan mengeluarkan uap air ke udara. Jika pohonnya banyak seperti di hutan, maka uap air ini bisa bergerombol di langit membentuk awan.
Awan yang tercipta dari uap air pohon ini bergabung dengan awan lain mencari gunung untuk nongkrong di atas puncaknya. Mengapa gunung banyak menjadi tongkrongan favorit bagi awan-awan? Karena memang angin yang bertiup dari bawah terhalang oleh dinding atau lereng gunung sehingga mau tidak mau si angin harus mendaki gunung agar tetap berhembus tanpa menjebol gunung. Mirip seperti kendaraan kita yang otomatis ‘mendaki’ polisi tidur saat roda ‘menabrak’nya.
Nah, si angin ini juga membawa awan-awan yang ikut terhembus sehingga awan ikut ‘mendaki’ gunung. Ternyata di atas sudah banyak awan-awan lain yang juga terseret si angin ini. Karena awannya sudah bertumpuk-tumpuk dan menjadi obesitas, akhirnya si gerombolan awan mengeluarkan banyak air (hujan) di gunung tersebut.
Air hujan dari gunung akan berselancar turun lewat jalur-jalur yang bernama sungai. Nah, beberapa air sungai ini kemudian diserap lagi oleh pepohonan di sekelilingnya guna melakukan proses evapotranspirasi lagi dan uap airnya membuat awan yang kemudian awan-awan tersebut naik ke atas gunung lalu hujan lagi.
Banyak dari kita yang mungkin senang berwisata mengunjung air terjun. Melihat segerombolan air yang jatuh bebas itu benar-benar membangkitkan mood atau suasana hati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pemicu motivasi kerja dan hobi.
Pertanyaannya, bagaimana bisa pohon dapat menjaga air terjun tetap mengalir lebih lama?
Kembali kepada bagian sebelumnya yang membahas bagaimana pohon menjadi nutrisi bagi sungai. Dan perlu diketahui, jalur yang menjadi sungai dari puncak gunung ke laut itu tidak melulu menurun rata seperti perosotan yang terlihat di taman kanak-kanak.
Jalur sungai itu terkadang menyempit, bergelombang, bahkan berundak-undak seperti tebing. Nah, inilah mengapa air sungai itu kemudian terjun menuruni tebing untuk sampai ke arena seluncuran berikutnya hingga akhirnya bertemu dengan garis finishnya di laut. Begitulah air terjun tercipta.
Air yang menjadi sumber air terjun ini di dapat dari tanah yang memiliki pohon di atasnya. Tanah yang memiliki pepohonan akan lebih subur karena dapat mengikat air lebih banyak.
Sekarang bayangkan sebuah batu dengan spons cuci piring. Taruhlah keduanya di atas meja dan kucurkanlah air satu gelas ke atasnya masing-masing. Saat air di gelas sudah habis, maka air yang dari spons masih terus keluar sedangkan tidak ada lagi air yang dikeluarkan dari batu.
Inilah mengapa air terjun terus mengalir meski sedang tidak ada hujan di mana pun. Dan tentu saja, dibantu oleh tanah yang subur oleh pepohonan. Jika pepohonan di sekitar sungai sudah menipis, maka air terjunnya akan cepat habis karena tanah di sepanjang jalur sungai sebelumnya sudah tandus alias tidak lagi dapat menyerap banyak air.
Saya pernah keluhkan hal ini di artikel piknik saya berikut.
Salah satu efek pemanasan global adalah mencairnya es-es di kutub dan di puncak-puncak gunung. Dampaknya apa?
Jika es di kutub mencair, permukaan air laut akan naik dan menjadi ancaman bagi masyarakat yang hidup di pesisir karena daerahnya rawan tenggelam.
Jika es di puncak gunung mencair, maka air hasil lelehan es di puncak gunung akan mengakibatkan banjir bandang bagi pemukiman yang ada di bawahnya.
Padahal beberapa es di gunung berfungsi sebagai nutrisi bagi sungai di sekitarnya karena es di puncak gunung dapat ‘menetes’ dan menjadi air untuk sungai. Sekarang bagaimana jika es gunung yang mencair itu justru melebihi volume yang wajar bahkan volume esnya hingga berkurang drastis?
Inilah mengapa pemanasan global itu sangat mengerikan, namun sayangnya belum banyak orang yang menyadari ini.
Pertanyaan lainnya muncul yang tak kalah menggelitik. Bagaimana pula pohon dapat mencegah dampak yang mengerikan ini?
Seperti yang telah dibahas juga, pohon dapat menurunkan suhu kota dari uap airnya beserta bayangannya.
Mengapa bayangan pohon dapat membantu mengurangi pemanasan global? Karena tentu saja, sinar matahari yang jatuh di aspal atau di dinding bangunan akan kembali terpantul ke angkasa, yang mana panas dari mataharinya juga ikut terpantul.
Akibatnya, atmosfer menjadi lebih panas dan efeknya bisa menyebar dengan sangat luas bahkan hingga dapat menyentuh puncak gunung yang bersalju dan es di kutub.
Sekarang bayangkan ujung panci yang dipanaskan. Panas dari ujung panci bisa mencapai ujung panci yang lain akibat konduksi dan udara di sekitarnya alhasil ikut menjadi panas juga. Itulah yang terjadi di atmosfer kita sekarang. Efek pemanasan ini benar-benar dialami seluruh dunia. Dari sinilah istilah “pemanasan global/global warming” tercipta.
Belum lagi, polusi dan karbon dioksida juga ikut menghiasi atmosfer yang menambah panas sehingga panas yang terpantul kembali ke atmosfer disebut efek rumah kaca.
Oksigen dan uap air murni yang dikeluarkan pohon bukan hanya menyejukkan namun tentu saja dapat menyegarkan. Belum lagi asap polusi dan zat-zat yang tidak diinginkan ternyata dapat menjadi makanan ‘lezat’ bagi pohon dan menukarnya dengan zat yang menguntungkan bagi manusia.
Jika pepohonan sudah banyak yang hilang, polusi akan terperangkap di atmosfer sehingga pemandangan dari atas pesawat dan puncak gunung seakan berkabut padahal itu bukan kabut melainkan tingginya konsentrasi polusi yang terperangkap di ujung atmosfer.
Atmosfer yang dipenuhi polusi ternyata bukan hanya mengganggu pernapasan, melainkan juga mengganggu pemandangan.
Bisa jadi yang kita lihat sebagai kabut tipis yang menyelimuti gunung itu bukan awan hasil penguapan/evaporasi, melainkan polusi dari knalpot dan corong pabrik. Akibatnya, peluang orang untuk terkena asma atau bengek bisa jauh lebih besar.
Apalagi di masa pandemi ini, penderita covid benar-benar banyak yang kekurangan oksigen. Jangan sampai sedikitnya pohon dan tingginya polusi memperparah keadaan ya say. π
Kita sudah tahu bahwa pohon dapat memiliki segudang manfaat cantik selain dari warna hijaunya yang menyenangkan mata. Setelah ini, yuk kita memesan pot beserta media tanamnya dari toko online dan mencari biji yang dapat ditanam. Bebas ingin biji apa pun tapinya googling dulu ya apakah cocok ditanam di pot atau tidak.
Jangan sampai biji pohon beringin atau pohon kelapa yang kita tanam di pot. π€
Saya sarankan biji dari cabai sangat saya rekomendasikan untuk ditanam, atau biji tanaman hias, atau dari buah-buahan bisa pakai biji jeruk nipis.
Untuk masalah pupuk jangan khawatir, ada pupuk cair banyak bergentayangan di toko-toko online. Jadi anak kos dapat dengan mudah memiliki tanaman sendiri khususnya kamar yang minim ventilasi dan kerap bikin gerah.
Saya sudah berhasil menumbuhkan 10 tanaman cabai merah, kalian kapan? π
Dan sebagai penutup, penggundulan hutan untuk kepentingan pribadi dan golongan sudah sangat marak. Kalau kalian pernah lewat kebun atau hutan saat berwisata atau bertualang, dan kalian junpai ada bagian yang gundul dan masih ada bekas ‘gosong’ kehitaman di bawahnya artinya daerah itu baru saja dibuka, entah legal atau ilegal.
Artinya, jumlah pohon di bumi ini semakin sedikit. Berikut perbandingan hutan Amazon, eh tidak perlu hutan Amazon deh, hutan di Kalimantan saja yang masih dalam negara kita ini, dulu dan sekarang.