Sebenarnya tidak semua orang mengalami masalah ini. Mereka yang terlibat adalah orang-orang yang mau membuat sebuah karya di mana memiliki target penikmat dalam jangkauan yang cukup luas. Biasanya berupa karya terapan seperti tulisan, desain, musik, program, bahkan permainan.
Namun tidak sedikit bagi para pemula maupun yang telah mahir sekalipun justru banyak yang menerima disapresiasi dan komentar-komentar kejam atas karyanya yang telah mereka buat dengan susah payah juga dengan pengorbanan waktu dan tenaga, sejujurnya, termasuk saya. Akibatnya, di antara mereka banyak yang terdemotivasi atau kehilangan semangat, bahkan melakukan hal-hal yang ekstrim, mungkin hingga bunuh diri. Saya pun demikian, tajamnya komentar-komentar yang diberikan atas sebuah karya yang telah saya buat berbulan-bulan membuat saya kaku untuk beberapa saat, mengalami kesedihan yang mungkin beberapa orang lain tidak mengerti akannya. Saya tidak bisa bangkit pada saat itu, perasaan pun kacau balau. Padahal tadinya di forum terkait mereka semuanya fine dan bersifat baik-baik saja atas apa yang telah saya buat. Saya hanya tak menduga jika apa yang saya dapat justru bertolak belakang dari apa yang saya dapatkan di komunitas setelah saya publish karya saya ke dalam ranah umum.
Akhirnya setelah banyak perhitungan serta pemikiran, saya membuatkan sedikit ‘obat’ bagi diri saya sendiri khususnya, dan mungkin dapat berguna juga bagi para pembaca.
Mengapa demikian? Bukankah ada pepatah, “Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan.”? Sesungguhnya, itu lain cerita. Bagaimana caranya mengetahui atas siapa yang berkomentar? Kamu bisa lihat dari profilnya jika mereka memiliki identitas seperti username yang dapat diklik kemudian dilihat bagaimana attitudenya sepanjang beranda profilnya. Atau jika tidak ada celah untuk mengetahui siapa yang berkomentar, maka dapat dilihat dari bagaimana ia berbahasa.
Apakah yang memberikan kamu komentar-komentar tajam tersebut adalah professional? Jika ya, maka kamu harus mendengarkannya sesakit apapun komentar itu. Karena mereka lebih tahu mengenai bidang terkait, meskipun mungkin mereka kurang baik dalam menyampaikannya. Setidaknya, dari sana kamu dapat belajar bagaimana etika memberi komentar yang baik kepada orang lain serta apa pencegahan dalam pemberian komentar di mana orang lain mungkin akan sangat tidak suka komentarmu.
Bagaimana jika orang yang memberikan komentar tersebut adalah orang yang tidak professional? Artinya mereka hanya menilai berdasarkan selera mereka atau secara subjektif. Orang-orang seperti itu cukup diacuhkan saja karena penyesuaian selera itu memang tidak akan pernah bisa. Sedihnya, banyak karya yang biasa-biasa saja dan menengah ke bawah justru mendapat komentar-komentar yang sangat baik. Lagi-lagi itu hanya masalah selera, selama para professional tidak berkomentar, lebih baik orang-orang subjektif yang menilai hanya sebatas selera tersebut diacuhkan saja. Mereka tidak membawa manfaat bagi kita, dan kita tidak dirugikan oleh mereka selain rusaknya motivasi.
Banyak orang yang justru hanya memberikan komentar sebatas “jelek”, “b*doh”, “sampah”, “buta”, atau beberapa ungkapan menusuk lainnya. Adakalanya baik untuk meminta kejelasan dari apa yang membuat mereka berkata seperti itu. Jawaban mereka kadang menentukan kualitas karyamu di masa berikutnya atau dalam pembaharuan (update) berikutnya. Jika jawaban mereka hanya meneruskan ungkapan-ungkapan kebencian mereka atas karya kita tanpa suatu penjelasan yang dapat dimengerti, maka komentar orang tersebut tidak layak untuk didengarkan. Namun jika mereka tidak menjawab, maka tidak perlu dipedulikan.
Jika mereka berkata karyamu buruk, maka landasan ukur yang menguatkan argumen mereka apa? Atau jangan-jangan ini justru kembali lagi kepada masalah “selera”. Kadang saya menemui, seseorang yang ‘menampar’ saya dengan komentar-komentar tajamnya ternyata justru apa yang dia suka adalah sesuatu yang bahkan menurut sebagian orang termasuk saya adalah tidak layak dilihat.
Yakinlah bahwa setiap hasil dari buah tangan itu menerima kritik baik pedas maupun tidak, baik jelas maupun tidak, baik menyebalkan maupun tidak. Jangankan kamu, Tuhan saja masih dihina oleh orang-orang idi*t. Jadi, kamu tidak perlu terlalu risau, karena kamu tidak sendiri. Kamu dapat perhatikan dunia bagaimana karakter-karakter manusia pada umumnya. Kamu tidak bisa meyakinkan bahwa karyamu pasti akan disukai oleh setiap orang. Yang ada justru hanyalah ketidakmaksimalan dan angan-angan yang terlalu tinggi sehingga ketika jatuh nanti itu akan terasa sangat sakit. Kamu hanya cukup berusaha untuk melakukan yang terbaik menurut ukuranmu dengan setitik harapan semoga buah tangan yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Kamu dapat hitung berapa banyak perbandingan orang yang memberikan komentar negatif kepadamu dengan yang positifnya. Dari sanalah kamu mendapat sebuah kesimpulan, jangan-jangan memang benar karyamu yang kurang bagus. Jika benar iya, maka tidak perlu risau dan bersedih hati karena itu merupakan hal yang lumrah. Kamu dapat belajar dari apa yang telah kamu dapatkan meskipun hal tersebut tidak menyenangkan. Jika karyamu kompleks, dalam arti banyak hal yang kamu muat di dalamnya, dan kamu mendapat komentar negatif atas salah satunya, maka maafkanlah diri kamu, sebenarnya mereka juga menikmati, namun sayangnya mereka tidak memiliki etika berpikir sebelum berkomentar.
Jika kamu memutuskan untuk berhenti dari dunia yang kamu geluti saat ini, berpikirlah akan mereka yang menunggu karyamu berikutnya, berpikirlah mereka yang peduli akan apa yang kamu hasilkan, tidak peduli atas apapun kekurangannya. Mereka adalah salah satu sumber motivasi kamu, mereka melihat potensimu, bukan hasilnya. Jika di antara mereka ada yang berkata, “Jangan berhenti!” Maka dengarkanlah. Mereka juga yakin kamu dapat berkembang lebih baik dan lebih baik atas setiap buah tangan yang kamu hasilkan. Jika kamu masih muda, mungkin sekitar di bawah 20 tahun, wajarlah kamu mendapat komentar-komentar negatif dikarenakan kamu masih dalam proses belajar, dan setiap professional menghargai semuanya.
Mungkin agak sulit untuk melukis sebuah motivasi bilamana hati telah terluka dengan perkataan-perkataan tajam atas apa yang telah dibuat atas dasar pengorbanan. Tetapi tersenyumlah, di saat orang-orang di sekitarmu memiliki masalah yang hanya sebatas berhubungan dengan kekasih seperti diacuhkan pasangan, diputuskan hubungannya, atau hal-hal yang menghiasi anak muda pada umumnya yang memang tidak terlalu penting untuk diperbincangkan, kamu justru mendapatkan masalah yang kamu dapat penggemar dan apresiasi darinya.
Masalah kamu mahal, karena tidak semua orang dapat mengalaminya. Ketahuilah, yang merasakan manfaatnya adalah kamu, bukan mereka, apalagi yang memberikan komentar negatif. Sekurang-kurangnya kamu telah menyumbangkan namamu di hadapan mereka bahwa kamu bisa. Teruslah berkarya, bagaimanapun hasilnya. Jika kamu terus-menerus memikirkan orang yang menghujat karyamu, dan kamu memutuskan untuk berhenti, jangan-jangan ada setan yang terus memprovokasi kamu untuk melakukan hal yang demikian, mungkin dia tahu karya yang kamu buat dapat membawa kesejahteraan bagi kamu dan beberapa orang di suatu hari nanti karenanya dia terus menyuruhmu agar berhenti dari dunia karyamu. Karena tidak jarang orang berkomentar negatif hanya berlandaskan nada iri.
—ooOoo—