Menjadi Gay

Dulu sewaktu saya membuat lagi akun Facebook saya karena yang lama terblokir akibat kebodohan saya sendiri mengklik link yang tidak-tidak, saya harus menambah lagi teman baru untuk ‘mengisi’ akun Facebook baru saya tersebut.

Saya lalu menambahkan teman-teman yang saya kenal plus menambahkan apa yang direkomendasikan Facebook. Hingga akhirnya karena terlalu banyak mengklik tombol tambah pertemanan, saya entah kenapa memasuki ‘sisi gelap’ Facebook, berada di lingkaran pertemanan akun-akun gay.

Saya hanya ‘ew, ew, ew’ melihat kelakuan mereka yang memposting foto telanjang sesama pria yang melakukan berbagai aktivitas yang merangsang seksual dengan percaya dirinya dan tanpa sensor. Bahkan saya baru tahu jika masing-masing gay tergabung dalam beberapa grup yang jumlahnya ternyata ribuan. 😳

Artikel ini sebenarnya lebih terfokus dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, & Transgender), namun karena gay atau homoseksual sebenarnya lebih mewakili keempat tersebut, jadi cukup saya bahas mengenai gay saja, dan yang menjadi penyebabnya.

Homoseksual (berasal dari homos: sama (bukan Homo yang berarti manusia) dan seksual) yang berarti penggemar seks atau pecinta sesama jenis. Gay dan lesbian masuk ke dalam kategori ini.

Tetapi karena di Amerika Serikat lesbian terkadang disebut gay juga untuk sekedar generalisasi, inilah mengapa yang saya maksud gay di sini juga mencakup lesbian, atau LGBT secara umum.

Di satu sisi, pemandangan dari pria yang gay akan lebih mencolok di mata kita daripada pemandangan wanita yang gay (lesbian) atau orang yang biseksual.

Gay itu sendiri dapat disebut dengan kelainan seksual yang sebenarnya wajib disembuhkan. Sebab Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan.

Jika orang tua para gay itu juga gay, maka para gay itu pastinya tidak akan terlahir ke dunia ini. Atau bahkan jika gay itu mengadopsi seorang anak, maka perlu diketahui bahwa anak yang mereka adopsi adalah hasil dari hubungan seksual orang normal.

Namun sekarang saya tidak ingin membahas itu. Sesuai judul artikel, saya lebih akan membahas mengapa seseorang dapat menjadi gay, yang padahal saya yakin semua manusia saat dilahirkan memiliki kodrat hubungan seksual yang normal.

Barangkali kita yang normal dapat memberi pendekatan kepada para gay tersebut untuk lebih memikirkan tindak-tanduk dari perbuatannya, daripada langsung menghakimi mereka yang membuat komunitas gay justru lebih kuat dan solid.

Saya hanya dapat menyimpulkan tiga saja, dari apa yang saya perhatikan dari mereka.


1. Memang sudah kelainan

Percaya atau tidak, ada beberapa orang yang memang sudah mengalami kelainan seksual dari masa kecilnya. Saya tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya padanya hingga ia dapat menjadi seperti itu.

Ada beberapa pria atau wanita yang terangsang saat melihat sesama jenisnya tampan atau cantik, mereka begitu tergugah hingga bahkan terus menguntit seseorang yang telah membuatnya terangsang.

Apalagi saat orang itu memiliki postur tubuh yang sangat ideal, lekuk-lekuk tubuh terlihat. Baik pria atau pun wanita. Dan akan memperparah rangsangan seksual para gay saat orang itu membuka pakaiannya.

Inilah mengapa agama memperkenalkan prinsip aurat minimal yang tidak boleh dibiarkan terbuka secara publik oleh pemeluknya.

Dan itu hanya aurat yang paling minimal, jika ternyata anggota tubuh yang bukan aurat ternyata juga merangsang seseorang, kemungkinan besar itu juga akan menjadi aurat.

Tidak heran jika para gay memilih tempat-tempat seperti gym atau kolam renang untuk lebih ‘menikmati’ pemandangan dimana para sesama jenisnya tampak lekukan tubuhnya meski itu hanya lekukan otot.

Bahkan orang-orang gay di Facebook yang saya lihat, mereka kerap mengoleksi foto sesama jenis di beranda atau galeri foto mereka dari berbagai akun orang normal yang menurut mereka ‘seksi’ dan ‘merangsang’.

Orang-orang yang memiliki kelainan seksual seperti ini jumlahnya memang hanya sedikit, namun tetap orang-orang seperti itu harus diwaspadai sebab aktivitas gay dapat mempengaruhi lingkungan di sekelilingnya.


2. Pengaruh lingkungan

Lanjutan paragraf sebelumnya, orang-orang gay memiliki pengaruh terhadap orang-orang di sekelilingnya. Sebab memiliki jumlah yang sedikit, orang-orang gay akan senantiasa mencari ‘mangsa’ untuk bergabung ke solidaritasnya.

Para gay akan terus berusaha menularkan sifat gaynya kepada orang-orang agar mereka dapat memperkuat solidaritasnya. Biasanya yang mereka cari adalah orang-orang yang depresi dan perlu teman hidup.

Banyak orang menganggap remeh masalah orang lain hanya karena itu bukan bagian dari masalah hidupnya. Kelengahan seperti ini dimanfaatkan para gay untuk menjaring ‘anggota baru’.

Para gay terus-menerus memberikan pendekatan kepada orang-orang yang sedang membutuhkan teman mengobrol hingga mereka temukan celah apakah orang tersebut berpotensi menjadi gay juga atau tidak.

Saya menelusuri halaman-halaman ‘gelap’ Facebook yang berisikan para anggota gay dan kebanyakan para gay tersebut entah hidupnya memiliki masalah pelik atau mereka bukan berasal dari kalangan mampu (yang maksudnya rawan terjerat masalah ekonomi).

Sangat disayangkan jika solidaritas para gay ternyata jauh lebih solid dan kuat daripada solidaritas orang-orang normal.


3. Trauma dengan pasangan

Seorang gay di Facebook dengan bangganya memproklamirkan diri sebagai gay dan ia senang karena sudah ‘merdeka’ dari kehidupan orang-orang normal.

Sejujurnya saya tertarik untuk menggali latar belakangnya lebih jauh. Saya tahu ia terkadang kerap memposting story di Facebook dan saya berusaha untuk tidak melewatkan storynya.

Dia bekerja seperti orang normal pada umumnya, menjadi petugas pada salah satu layanan publik.

Setelah berbagai story saya baca, pada akhirnya saya tahu jika ia dulunya kerap dikecewakan dengan para lawan jenisnya saat berpacaran. Sampai akhirnya ia mulai mengunjungi tempat gym untuk berolahraga agar membantunya melupakan masa lalunya.

Apesnya, ia bertemu dengan seorang gay di tempat gym tersebut dan mulai terjalin persahabatan yang baik. Si gay tersebut berusaha untuk memberikan perhatian dan pengertian padanya seakan ia adalah lawan jenisnya.

Hingga akhirnya, ia merasa si gay telah memperlakukannya lebih baik daripada seluruh pacarnya selama ini, dan ia memutuskan untuk menjadi gay.

Setelah itu, si gay kemudian memperkenalkannya dengan solidaritas gaynya yang selama ini tidak ia ketahui, ia disambut dan dijadikan sebagai bagian dari anggota keluarga.

Maka dari itu, prinsip gaynya kemudian telah menjadi sangat kuat hanya karena ia diperlakukan dengan lebih baik di lingkungan gaynya. Sedangkan di lingkungan normalnya ia kerap disembarangi dan diceramahi tanpa pernah dimengerti.


Penutup

Itulah mengapa sudah begitu sulit untuk ‘menyadarkan’ para gay agar mereka kembali ke jalan yang benar. Satu-satunya jalan untuk mengajaknya kembali normal adalah memberikan pendekatan mendalam dan menurunkan ego kita saat kita ‘bergaul’ dengan mereka.

Jangan tiba-tiba langsung diberikan ancaman berupa azab atau akibat yang tidak menyenangkan lainnya jika seseorang menjadi gay.

Kecuali jika seorang gay sudah membatu dan tidak dapat lagi diberi masukan, kita lebih baik cukup menjauhinya dan melindungi rekan kita yang lain agar tidak mengikuti jalan mereka.

Karena sebelum menjadi gay pun, para gay sudah mendapatkan berbagai ceramah serupa yang bahkan cenderung arogan. Namun saat sebelum mereka menjadi gay, hampir tidak ada orang yang berusaha untuk menjadi teman bicara mereka.

Para gay tersebut kemudian kehilangan kepercayaan dengan orang normal, sesaat sebelum akhirnya mereka memutuskan menjadi gay.

Pada akhirnya kita tahu pentingnya memahami masalah orang lain meski diri kita sendiri juga sedang dirundung berbagai masalah pribadi.

Sebagian gay adalah hasil dari ketidakpedulian sebagian dari kita dengan sebagian yang lain.

Saat kita ada masalah, kita ingin orang lain mengerti kita, namun saat orang lain terkena masalah, kita justru hanya menganggap itu bukan bagian dari masalah kita.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    3 Alasan Saya Tidak Setuju Ujian Nasional Dihapus

    Berikutnya
    Alasan Singapura Menjadi Tujuan Wisata Padahal Minim SDA


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas