Kompetisi

Tips Lebih Bahagia Ala Anandastoon #24

Kompetisi Sebagai Wahana Bermain

Saya bukanlah orang yang senang ikut serta kepada perlombaan, bahkan mungkin jika dapat dikatakan, saya itu agak fobia dengan perlombaan.

Masalahnya, sudah beberapa kali saya ikut lomba, namun ternyata beberapa juri justru hanya menilai secara subjektif.

Misalnya, dulu saya ikut lomba kaligrafi, saya mematangkan konsep kaligrafi seperti khat Naskhi, Tsuluts, hingga Kufi. Namun ternyata justru yang menang adalah mereka yang justru hanya menggabungkan dua spidol dengan warna yang sangat mencolok (norak) dan dengan garisan yang saya tidak tahu apa itu.

Itu baru salah satunya, dan pengalaman-pengalaman itu saya menjadi ogah jika dikandidatkan untuk ikut ke dalam perlombaan, apa pun.

Lalu apa kaitannya dengan tema artikel tips bahagia kali ini? Apa kompetisi yang saya maksud di sini?

Meskipun saya sendiri agak fobia dengan perlombaan, namun tidak menyangkal bahwa dunia ini adalah wahana kompetisi. Setiap orang berlomba untuk meraih sesuatu dalam hidupnya, masing-masing ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang lainnya.

Beberapa orang takut untuk gagal, beberapa orang takut untuk berubah, beberapa orang bahkan takut untuk melakukan kompetisi ini meski sebenarnya mereka bernafsu.

Saat ada seseorang mendapatkan sesuatu yang menurut kita wah, kebanyakan dari kita akan terpacu dan ikut berambisi untuk mendapatkan hal yang sama, atau lebih baik.

Tetapi di sinilah masalahnya. Ambisi yang tidak terkontrol dapat menjadi bencana bagi kehidupan sosial bermasyarakat itu sendiri.

Rasa tidak aman dan hilangnya kepercayaan sesama anggota masyarakat akan luntur karena kompetisi-kompetisi remeh-temeh. Setiap orang akan sikut-sikutan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, meskipun itu hanya hal yang sangat sepele.

Bukan sekali dua kali saya bertemu pengendara di jalanan yang masing-masing terpacu untuk menjadi yang paling depan dan paling cepat, pengendara lain mereka klakson agar menepi dan memberi mereka jalan seakan mereka adalah orang penting.

Beberapa pengendara lain yang terpancing ikut panas dan berlomba-lomba untuk menyalip satu dengan yang lainnya.

Pertanyaannya, mengapa orang-orang begitu bernafsu untuk berkompetisi untuk hal-hal yang sangat sepele dan cenderung mengganggu seperti itu?

Emosi dan rasa lelah yang seseorang dapatkan dari masyarakat karena kompetisi sepele yang tak kunjung ia menangkan akan menumbuhkan rasa agresifnya untuk terus bertanding dan membalas dendam.

Mungkin kalimat di atas seakan terdengar positif, tetapi kenyataannya sangat banyak yang dapat menyebabkan tragedi sosial.

Manusia pada dasarnya memiliki gengsi dan keinginan mendapatkan pengakuan orang lain. Jika hak pengakuan tidak ia dapatkan, itu dapat menyebabkan ambisinya menumpuk dan meledak jika tidak berhasil ia tahan.

Terkadang saya temukan orang yang terlalu berbangga saat ia berhasil membalap kendaraan lain. Kemudian saya mengetahui bahwa tidak ada lagi dari orang itu yang dapat ia banggakan kecuali prestasi menyalipnya itu.

Atau, saya pernah menemukan para petualang yang mengejek para pendaki pemula karena cepat lelah. Para petualang tersebut bahkan menyinggung pekerjaan para pendaki pemula yang terlalu nyaman berada di dalam ruangan ber-AC sehingga mengakibatkan mereka menjadi lemah.

Saya sendiri yang pernah terbiasa mendaki untuk melihat banyak air terjun, sangat menyayangkan kejadian itu.

Pada akhirnya saya menghibur para pendaki pemula tersebut bahwa itu tidak mengapa dan agar dijadikan pengalaman. Kemungkinan besar para petualang senior tersebut tidak memiliki prestasi atau manfaat apa pun dalam hidupnya selain kemampuan mendakinya.

Padahal jika seseorang sudah memiliki banyak prestasi atau manfaat yang mereka tebar, mereka justru akan melihat kompetisi sebagai wahana bermain mereka, bukan sebagai hukum rimba yang harus menjatuhkan satu sama lain.

Maksudnya wahana bermain di sini adalah benar-benar wahana untuk murni bersenang-senang. Betul bahwa orang-orang bermanfaat memiliki ambisi untuk menang namun mereka tidak terlalu bernafsu untuk itu.

Jika suatu saat mereka memang kalah lalu memangnya kenapa? Toh, masih sangat banyak sesuatu yang dapat mereka banggakan?

Masyarakat akan masih memandang mereka sebagai orang penting yang bermanfaat, citranya tidak akan luntur hanya karena kalah lomba.

Di beberapa kasus bahkan orang-orang berprestasi tersebut memang sengaja untuk kalah. Mereka ikut lomba untuk beristirahat dari kompetisi hidup yang tengah mereka jalani. Mereka sesekali berbuat hal konyol dalam lomba yang memang sengaja untuk kalah namun demi menghibur para penontonnya.

Contohnya, saya pernah melihat sebuah Game Show di Jepang yang pesertanya tidak bernafsu untuk berkompetisi meskipun tema utamanya sudah jelas adalah perlombaan. Tidak jarang saya melihat mereka berbuat sesuatu yang lucu dan sengaja kalah dalam lomba demi membuat penontonnya tertawa.

Sehinggaย mereka benar-benar membuat Game Show di sini adalah acara yang murni untuk hiburan, bukan acara yang penuh dengan stres dan ketegangan.

Dengan aksi sengaja untuk kalah yang menghibur tersebut seakan mereka mengajarkan agar para penonton dapat memandang kekalahan dari sisi yang menyenangkan dan sama sekali bukanlah aib.

Karena jika seseorang telah ahli di bidangnya, tanpa terlalu bernafsu untuk menang sekali pun, persentase untuk menjadi pemenang pun sudah sangat tinggi.

Seseorang yang sudah ahli, ia berlatih bukan karena tekanan untuk menjadi pemenang, melainkan karena ia memang dengan sendirinya terpacu untuk itu. Menang syukur, tidak menang pun so what?

Beberapa orang lupa bahwa perlombaan diadakan karena adanya partisipan yang ikut memeriahkan. Pastinya para partisipan tersebut sadar jika kemungkinan mereka tidak berada di posisi pertama itu sangat tinggi.

Meski hidup ini adalah kompetisi, orang-orang yang telah banyak menebar manfaat hanya memandang bahwa kompetisi kehidupan adalah hal yang menyenangkan.

Orang-orang berprestasi tidak menargetkan diri mereka untuk menang sebagai tujuan utama. Mereka menargetkan diri mereka untuk memberi kebahagiaan bagi sesama. Itulah resep menjadi pemenang sejati.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
๐Ÿค— Selesai! ๐Ÿค—
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. ๐Ÿ’—

  • Sebelumnya
    5 Fakta UX yang Menangkal Mitos Tentangnya

    Berikutnya
    Tips Lebih Bahagia 25: Satu vs Seribu Dolar


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. ๐Ÿ˜‰

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. ๐Ÿ˜Š


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. ๐Ÿ˜‰

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. ๐Ÿค—

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. ๐Ÿค—

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll ๐Ÿ‘‡

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. ๐Ÿ”ฎ

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? ๐Ÿ˜ฑ Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.