Saya tahu mungkin judul kali ini mungkin agak klise. Setiap orang saya yakin sudah paham jika bersyukur dapat menambah rasa bahagia pada dirinya. Namun saya hanya ingin memberikan sedikit penekanan dari esensi rasa syukur di sini.
Mungkin saat kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, sebagian kita langsung mengucap syukur atau saya sebagai muslim langsung berkata “alhamdulillah”. Sekarang pertanyaannya, apa kemudian hanya sampai itu saja bentuk rasa syukur kita?
Say, beberapa orang heran mengapa saya begitu ‘taat’ dengan rambu lalu lintas saat saat berkendara dengan sepeda motor saya. Seperti misalnya, saya benar-benar berhenti saat lampu merah meski itu hanya lampu merah di area putar balik atau bahkan hanya lampu merah zebra cross (pedestrian crossing), di waktu malam yang sepi.
Saya hanya menjawab, “Dulu waktu saya masih tidak memiliki kendaraan apa pun, saya selalu kemana-mana menggunakan angkutan umum.”
Saya melanjutkan, “Sekarang dengan sepeda motor saya ini, perjalanan saya tentunya jauh lebih cepat dan lebih bebas daripada saya menggunakan bus. Kemudian mengapa dengan kenikmatan ini saya masih harus melanggar lampu lalu lintas?”
Saat saya berhenti di lampu merah pun, menggunakan sepeda motor masih lebih cepat daripada menggunakan bus. Mengapa saya masih harus melanggar? Apakah saya akan menjadi hamba yang paling tidak bersyukur?
Contoh lainnya, saat dulu saya memiliki laptop yang spesifikasinya minim, sedangkan saya memiliki impian ingin mencoba untuk bereksperimen dengan desain-desain yang memerlukan RAM yang jauh lebih besar.
Saat saya mendapatkan laptop yang lebih baik, tentunya saya memiliki tanggungjawab untuk memenuhi impian saya waktu itu dengan laptop yang sudah lebih baik. Semoga penerapan dari impian saya tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk rasa syukur.
Dear, saya pernah melihat ada warga negara maju komplain dan melaporkan gundukan aspal yang tidak rata. Yang ia adukan bukanlah jalan aspal rusak, bukan juga jalan aspal berlubang, melainkan jalan aspal yang sedikit bergelombang.
Kemudian ada warga negara berkembang yang ‘gerah’ dengan kelakuan warga negara maju tersebut kemudian memencak, “Dasar manja! Kau harusnya bersyukur jalanan di negaramu sudah hampir semuanya aspal mulus! Di negara kami, sebagian besar jalannya bahkan masih tanah merah!”
Namun secara mengejutkan, warga negara maju tersebut justru membalas, “Itu adalah masalahmu! Kami justru sangat bersyukur karena negara kami punya pemerintah yang kompeten dan kami hanya ingin mempertahankannya. Jangan seret negara kami untuk menjadi seperti negaramu! Kau yang harusnya membina generasimu sendiri agar menjadi seperti negara kami, bukan sebaliknya!”
Yang menyedihkan, masih banyak warga negara berkembang yang mengerjakan sesuatu untuk keperluan orang banyak secara tidak tuntas dan cenderung setengah-setengah, namun saat dikomplain mereka justru balik berkata, “Masih mending dikerjain, nggak bersyukur banget sih!“
My dear, itu BUKAN cara untuk bersyukur.
Jangan menjadikan rasa syukur sebagai alasan untuk menoleransi kemalasan atau ketidakbecusan orang lain.
Padahal di negara yang sebagian besar muslim ini, kita pastinya tahu ada ayat AlQuran yang secara jelas mengisyaratkan bahwa Allah Ta’ala akan menambah nikmatNya jika hambanya bersyukur kepadaNya. Namun yang beberapa terjadi di lapangan, banyak orang yang berucap ‘alhamdulillah’ tetapi keluhannya justru menjadi merajalela dari hari ke hari.
Sekarang perlu kita cek kembali apakah cara bersyukur kita sudah kita lakukan dengan benar?
Cobalah mulai dari hal yang sepele seperti, lihatlah gadget kalian, mungkin ada aplikasi yang, misalnya saya ambil contoh, bernama Google Maps. Dengan peta digital tersebut berapa orang yang mendapatkan informasi tentang tempat yang ingin mereka tuju? Bagaimana reviewnya, bagaimana aksesnya, kapan jam bukanya, dan lain sebagainya.
Mungkin saya akui Google Maps terkadang masih memberikan rute yang agak berantakan apalagi jika menggunakan mode sepeda motor. Tapi saya akui, semakin ke sini Google Maps semakin memperbarui dan memperbaiki algoritma pencarian rutenya, saya sendiri merasakan itu.
Belum lagi, Google mengorbankan server dan programmer yang dahsyat serta upaya yang besar dalam membangun fitur Street View yang kita dapat nikmati gratis langsung dalam genggaman.
Pertanyaannya, sudahkah kita berterima kasih kepada teknologi tersebut? Padahal, muslim seharusnya tahu jika Nabinya (SAW) pernah bersabda, βTidak bersyukur kepada Allah seorang yang tidak bersyukur kepada manusia.β (HR. Abu Daud)