Setiap dari kita terkena masalah. Banyak dari kita pernah mengalami rasa sedih yang perlu kita keluarkan. Hanya saja, tidak setiap orang bisa kita jadikan tempat berkeluh kesah.
Yang paling menyedihkan, ternyata orang terdekat yang kita harapkan justru tidak dapat memberikan sandaran hingga ikut memberikan penilaian sepihak yang tidak kita inginkan.
Sebenarnya, rasa sedih yang kita alami bisa sedikit berkurang apabila kita mengetahui ada seseorang yang mengalami hal yang serupa. Saling bertukar pikiran sebenarnya bisa menjadi metode healing tersendiri.
Namun sayang beribu sayang, beberapa orang khawatir jika mereka mengeluarkan isi hati, mereka hanya mendapatkan ceramah yang tidak perlu.
Pada akhirnya, karena beberapa orang tidak menemukan orang yang dapat mereka ajak berdiskusi, mereka berusaha tegar dan mencoba menihilkan emosi negatif mereka.
Sebagian orang yang terkena masalah dan selalu mencoba menihilkan emosi negatif mereka, perlahan akan menjadi orang-orang yang mereka tuduh senang menilai orang lain.
Menjadi sok tegar itu tidak keren dan tidak bijak. Justru mereka yang gemar menihilkan perasaan mengakibatkan orang lain akan mengurangi rasa hormat kepada mereka.
Mungkin kita pernah mendengar saat kita berdiskusi hal yang kita harap dapat membuat masalah kita lebih baik, lawan diskusi kita akan membalas salah satu dari berikut,
“Ah kalo saya sih biasa aja tuh!”
“Bawa santai aja kayak saya.”
“Udah, jangan dipikirin! Saya aja nggak pernah dipikirin kalo ada masalah!”
“Banyakin ibadah aja. Alhamdulillah saya belum pernah tuh dapet masalah sampe sebegitunya.”
Selalu ‘aku, aku, dan aku’ yang kita dengar dari lawan bicara seakan mereka adalah orang tegar yang tidak pernah terkena masalah sedikit pun.
Banyak yang mendatangi saya untuk curhat dan mereka semuanya biasanya mengaku tidak dapat menyampaikan keluh kesah mereka kepada orang lain sebab itu yang mereka dapatkan dari lawan bicara mereka.
Saya sendiri sejauh ini alhamdulillah jarang melontarkan perkataan penuh ego seperti itu kepada orang lain meski saya pribadi belum pernah merasakan masalah mereka.
Saya sampai agak terharu saat beberapa orang yang melontarkan isi hati mereka kepada saya, memandang saya tidak pernah memberikan penilaian sepihak. Meski, bagi saya, kebanyakan masalah mereka justru bukanlah masalah bagi diri saya sama sekali.
Hal yang sulit dari mendengarkan adalah menahan diri untuk tidak melawan dengan argumen pandangan sendiri.
Saya sangat memahami orang-orang yang bingung menyampaikan isi hati mereka sampai hati mereka begitu beku dan pada akhirnya mengikuti orang-orang yang juga menihilkan perasaan mereka.
Orang-orang yang hatinya sudah begitu beku karena kerap dihujam rasa sedih yang tidak dapat mereka keluarkan, akan berusaha menjadi tegar dan menihilkan masalah orang lain juga.
Jika seseorang sudah menihilkan emosi negatifnya dan menjadi sok tegar, saya kemungkinan besar tidak akan pernah mau mendengarkan masalahnya lagi. Perilaku seperti itu menular dan bisa merusak orang-orang di sekitarnya juga.
Maka dari itu, biasanya saya membuka forum-forum seperti Reddit, Medium, dan Quora untuk menjelajah kondisi mental orang-orang. Baik kondisi yang tengah saya alami, maupun yang tidak sama sekali dan bukan masalah saya.
Yang membuat saya cukup terkejut, ternyata jumlah orang yang menyampaikan masalah mereka sangatlah banyak dari belahan dunia dan problematika mereka bahkan belum pernah saya dengar sama sekali di dunia nyata.
Selama ini kita tidak pernah tahu keberadaan orang-orang yang terkena masalah yang sama persis seperti kita karena mereka takut untuk mengeluarkannya langsung.
Forum internasional ternyata telah menjadi tempat tersendiri bagi orang-orang yang terkena masalah yang selama ini mereka pikir hanya mereka saja yang mengalami. Mereka berkumpul dari seluruh penjuru dunia, bertukar pikiran tanpa khawatir mendapat penilaian sepihak dan itu cukup menghibur dan menghangatkan hati.
Meskipun keberadaan mereka satu sama lain sangatlah jauh di dunia nyata, namun di dunia maya mereka sudah seperti keluarga yang saling menopang satu sama lain.
Beberapa dari orang-orang itu saling bertukar link atau akun media sosial yang dapat membuat mereka menjadi lebih tenang.
Sementara itu, orang-orang yang selalu berpura-pura tegar dan kerap menihilkan emosi negatif dirinya dan orang lain, pada akhirnya bertemu dengan sebuah titik terendah mereka dan tidak akan ada orang yang akan mendengarkan keluh kesah mereka.
Bahkan orang yang kerap menihilkan emosi negatif, akan menjadi bulan-bulanan orang lain saat ia ternyata tidak sanggup lagi menopang kegundahannya yang selama ini ia pendam.
“Mana yang katanya kemarin suruh dibawa santai aja?”
Menyeramkan.
Sedangkan orang-orang yang blak-blakan di forum internasional tersebut tengah bahu-membahu untuk memperbaiki kehidupan sesamanya.
Mengutarakan emosi bukanlah sifat lemah apalagi cengeng. Bahkan pria dewasa yang kekar sekali pun suatu saat akan berada pada posisi mental terrendahnya.
Yang membedakan cengeng atau tidak, adalah bagaimana cara mengungkapkannya. Pastinya anak yang merengek meminta dibelikan mainan dengan orang dewasa yang mengutarakan keluh kesahnya, bisa kita bedakan mana yang cengeng dengan mana yang bersifat manusiawi.