Ditinggal Ayah
oleh: anandastoon
Ayahku sudah pergi jauh meninggalkanku. Ibuku sudah bercerai dan kawin lagi, sedangkan status ayahku masih seorang duda. Aku selalu berharap dapat bertemu kembali dengan ayahku. Tidak, ayahku masih hidup, semoga. Semenjak lima tahun lalu aku belum pernah lihat ayah lagi, pesan singkat yang kukirim pun hampir tidak pernah atau bahkan tidak pernah dibalas. Aku lupa kapan terakhir kali pesanku dibalas oleh ayahku.
Lusa, ketika aku sedang membersihkan tempat tidurku, ada suara getar dari balik bantal. Apa itu? Suara telepon genggamku? Sebuah pesan singkat mendarat mulus padanya, di sana tertulis sebuah nama, ‘Ayah tercinta’.
“Sebentar, apakah ini mimpi?”
Dengan penuh degup jantung aku mulai membaca isi pesannya,
“Anakku, mungkin besok ayah akan menemuimu.”
Serasa seperti ada peluru kebahagiaan ditembakkan persis ke dalam lubuk hati. Aku berteriak dengan sangat gembira, mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin untuk menyambut kedatangannya.
Esoknya, aku melihat sosok yang kukenal dari kejauhan. Itu ayahku! Tidak salah lagi. Dia mendekat padaku dan aku seperti terkunci dan tidak dapat berbuat apa-apa melihatnya. Tidak seperti di film-film di mana kau berlari ke arah orang yang sudah lama kau tidak temui untuk melepas rindu. Namun aku kebalikannya, aku bahagia, namun aku justru tidak tahu bagaimana untuk melepas kebahagiaanku itu kepadanya.
Dia hanya berdiri di depan, sedangkan aku mulai menghampirinya sambil menangis.
“Ayah, aku ingin pulang. Aku sudah tidak tahan di sini, aku ingin bersama ayah.”
Namun ayahku justru semakin menjauh dan ruangku dibatasi jeruji. Wabah penyakit itu memang sudah mulai ganas, hidupku sepertinya tidak lama lagi.