Disclaimer : Untuk kebenaran cerita ini masih abu-abu, terdengar desas-desus nama sang dosen tidak ingin diberitakan karena khawatir akan terjadi hal riya. Namun diluar hal itu, ini adalah kisah yang luar biasa hebatnya. Masya Allah! Selamat membaca. 🙂
Seorang Dosen UIN SGD Bandung, berusia 40 tahunan, masuk ke lokasi prostitusi di daerah Bekasi dan mem-booking 8 PSK sekaligus, lalu diboyong ke satu kamar. Sekuriti berbadan besar oknum TNI menguntitnya. Menyewa 8 orang sekaligus tentu tidak wajar dan mencurigakan. “Dia punya kekuatan seks seperti apa?” Pikirnya. Tahu ada yang menguntit, sang dosen merasa terganggu, terjadilah adu mulut antar keduanya.
Sang dosen merasa tidak ada yang salah dan memiliki alasan kuat. Karena toh sudah di-booking adalah hak dia untuk melakukan apa saja dengan 8 perempuan itu dalam kamar. Sang dosen bertanya, “Sebagai apa kamu disini?” Dia menjawab: “Saya keamanan Pak!” Mendengar jawaban itu, sontak sang dosen marah: “Keamanan apanya ..?? Pekerjaan kamu disini bukan mengamankan tapi membuat mereka tersiksa dan menderita. Kamu menjerumuskan dan mencelakakan mereka semua di dunia dan di akhirat. Keamanan apanya?” Sang centeng kaget oleh jawaban yang baru didengarnya itu dan tak bisa menjawab. Sekuriti itu pun disuruh pergi, dan bila tetap menganggu, ia ditantang duel: “Ayo kita satu lawan satu, mau dimana?” Tapi si oknum ini tidak berani apalagi saat diancam akan dilaporkan ke atasannya jadi centeng “neraka” seperti itu. Ia pun takut, segera pergi dan minta maaf. Di dalam kamar, ke 8 PSK itu merasakan lain. Ada hal aneh yang akan dilakukan tamunya ini mem-booking mereka banyakan.
Di dalam kamar, sang dosen meminta mereka semua duduk di atas kasur dan menyuruh seprai dari dua kasur dicabut: “Tolong cabut itu seprai dan tutup badan kalian semua dengan kain itu. Saya tidak mau melihatnya.” 8 PSK itu kemudian dinasehati panjang lebar tentang kelakuan buruknya, tentang uang haramnya, akibat kejiwaannya pada anak, durhakanya pada orang tua, alasan dustanya soal kebutuhan ekonomi, tentang bahaya penyakit kelamin, dan yang lainnya.
“Bayangkan kalau anak perempuanmu seperti kamu, mau nggak? Kalau anak-anakmu tahu kelakuanmu seperti ini, mau nggak? Kalau ibumu tahu, mau nggak? Bayangkan perasaan mereka, betapa malu dan sakit hatinya. Inikah balasan pada ibumu yang sudah susah payah melahirkan, membesarkan dan mendidikmu? Apakah dulu ibumu membesarkanmu dengan penuh pengorbanan dan mendidikmu siang malam dengan sangat lelah dan penuh penderitaan, lalu menyekolahkanmu untuk jadi sampah seperti ini? Saya benar-benar heran, betapa jahatnya kamu semua pada ibumu. Kamu sangat tega mengkhianati mereka, kamu mempersetankan pengorbanan mereka. Kamu tahu nggak, saat kamu sedang melakukan pekerjaan kotor ini dan dapat uang haram, ibumu sebenarnya sedang menjerit menangis di rumah, karena hubungan batin anak dengan ibu itu kuat. Lalu agama kamu dimana? Kamu sadar enggak, sekarang ini api neraka sedang menunggu kamu semua!”
Sekitar 2 jam dia bicara, di atas itu intinya saja. Ledakan tangisan 8 PSK itu meledak semua. Mereka menjerit menangis, semua menyadari dan menyesali, tobat seketika, janji akan keluar semuanya. Mereka merasakan, baru ada orang yang kekuatan bicaranya seperti itu, bagai halilintar yang mengoyak-ngoyak batin dan meremukkan hati mereka semua hingga menjadi luluh tidak berdaya. Setelah penyadaran, sang dosen meminta nomor hp mereka semua.
Di sela-sela kisah itu, saya sering tertegun. Tentu saja, kagum. Lalu sempat menanyakan beberapa hal: “Ngapain, awalnya masuk kesitu?” Dia menjawab: “Gak tahu, saya lagi lewat, tiba-tiba saja hati saya ingin masuk ke situ, awalnya saya juga gak tahu mau apa.” Saya nanya lagi, “PSK disitu kan pasti banyak, gimana waktu memilih yang 8 orang itu, harus yang ini yang itu?” Dia bilang: “Ya gak tahu juga. Waktu itu kelihatan aja dari aura wajahnya, si ini si itu yang tersiksa kerja disitu dan ingin keluar tapi gak berdaya, gak tahu caranya. Telunjuk saya aja yang milih si ini dan si itu.”
Beberapa hari kemudian, sang dosen, datang lagi mengecek. Benar, 8 nama itu sudah tidak ada di daftar, sudah keluar. Beberapa hari kemudian, sang dosen mengunjungi ke 8 orang itu ke kampungnya masing-masing, mengontrol dan membina, dan komunikasi terus berjalan setelah beberapa minggu dan bulan. 8 perempuan muda yang wajah-wajahnya aduhai itu, kini ada yang buka warung, buka kios, kerja di pabrik dll. Pada salah satu orang yang jualan gorengan, sang dosen ustadz itu berkata: “Naah… begitu doong… ini yang halal dan barokah. Rizki halal tidak susah asalkan dicari.” Mereka merasakan kebahagiaan yang sangat amat telah keluar dari jerat pekerjaaan kotornya.
Dari ke 8 PSK itu, 6 orang bersuami dan direstui oleh suaminya jadi PSK (asalnya daerahnya Subang, Indramayu, Sukabumi). Yang suaminya menerima dan sadar, suaminya juga dibina. Yang suaminya menolak dan marah karena kehilangan income dari istrinya yang cukup besar, sang dosen memberikan instruksi: “Kamu harus bercerai dengan suamimu, wajib, karena ia telah menjerumuskan dan merusakmu. Suami macam apa seperti itu, sekarang pun ia tidak terima kamu telah sadar. Sekarang cari suami yang baik, masih banyak. Insya Allah saya akan bantu.” Yang suaminya tidak terima, semuanya diceraikan. Satu orang yang dari Indramayu, bukan hanya tidak terima malah menteror mantan istrinya dan keluarganya.
Ketika sang dosen dilapori, tidak menunggu, ia langsung berangkat mencarinya sendiri rumah orang itu di Indramayu. Laki-laki itu kembali ke rumah orang tuanya. Sang dosen masuk dan menceramahi laki-laki itu. Bukannya berterima kasih dan bersyukur istrinya telah sadar dan kembali ke jalan yang benar, laki-laki itu malah tidak terima dan marah-marah. Ia bersungut-sungut menuduh laki-laki yang tak dikenalnya itu mengganggu kesenangannyalah, merusak rumah tangga oranglah, sok sucilah, dll. Sang dosen membantah: “Siapa yang merusak? Justru kamu yang merusak istri kamu dan kamu memerasnya. Suami macam apa kamu ini?”
Karena nasehat tidak akan masuk pada orang seperti ini, akhirnya sang dosen mengambil jalan akhir. “Sekarang gini aja, kamu ambil golok bawa keluar, ayo kita duel diluar tapi dengan catatan sampai mati dan harus disaksikan masyarakat, RT, RW dan Polisi. Siapa yang benar diantara kita.” Laki-laki itu hanya diam, sang dosen kesal, ia masuk ke dapur dan meminta golok pada keluarganya. Golok itu diberikan dan dipaksakannya agar laki-laki itu memegangnya dan dipersilahkan untuk menebas bagian mana saja dari tubuh sang sang dosen yang dia mau. Karena dia masih diam, sang dosen menggusur orang itu keluar rumah. Karena suasana ribut, tetangga pada keluar, nonton. Sekalian sang ustadz berteriak-teriak disitu menjelaskan betapa bodoh dan dungunya orang ini, istrinya disadarkan malah tidak terima berarti dia ini hakikatnya setan. Tetangga yang sudah menaruh curiga pada pekerjaan istri laki-laki itu membenarkan ucapan sang dosen. Mereka terus menonton.
Sampai ujungnya, laki-laki itu sadar, menangis, menyesali dan berjanji tidak akan mengganggu mantan istrinya lagi. Orang tuanya pun menyesalkan kebodohan anaknya itu. “Awas, mengganggu lagi mantan istrimu, dengan saya urusannya.”