Sebenarnya lebih dari lima kali Allah Ta’ala mengabulkan doa saya. Saya hanya ingin membagikan pengalamannya cukup lima saja dengan harapan bisa memberikan motivasi bagi pembaca.
Mungkin banyak dari kita yang hampir putus asa menunggu kapan Allah Ta’ala akan mengabulkan doa kita. Ada juga yang merasa hampir mustahil keinginannya akan terwujud.
Saya pun pernah menjadi salah satunya yang hampir berputus asa. Pernah hingga Tahajjud berbulan-bulan, sedekah rutin, hanya karena ingin Allah Ta’ala segera mengabulkan doa saya.
Tapi apakah doa saya terkabul? Alhamdulillah ada yang terkabul dan ada yang masih menunggu.
Untuk yang terkabul, saya coba bagikan lima saja yang paling signifikan dampaknya bagi saya.
Saya pernah menjadi orang yang sangat sulit semasa SMA. Untuk makan saja kami sampai tidak memiliki lauk kecuali air rebusan ketimun yang sudah mengendap lama di kulkas.
Di sekolah, saya seringnya berpuasa. Uang jajan yang seadanya justru saya alokasikan untuk ke warnet.
Lho, kok justru saya pakai untuk ke warnet di tengah sulitnya ekonomi keluarga saya?
Saya waktu itu ingin membuat game, dan saya tidak punya laptop. Jadilah saya otodidak belajar di warnet.
Sampai akhirnya pada satu titik di mana saya khawatir jika kegiatan saya ‘membuang’ uang di warnet untuk belajar membuat game ini tidak akan berujung membuahkan manfaat.
Saya akhirnya berdoa, di doa tersebut saya sisipkan, “Ya Allah, jangan jadikan usaha hambaMu sia-sia.”
Hingga akhirnya saya lulus SMA dan ingin melanjutkan kuliah, ayah saya justru meninggal dunia. Semakin pupuslah harapan saya untuk menempuh pendidikan lanjut.
Sebulan kemudian, paman saya memanggil saya untuk bertemu dengan temannya. Katanya ingin melihat game yang saya buat di warnet itu.
Teman paman saya itu kagum, dan nyatanya kantornya sedang kesulitan mencari programmer untuk game 3D. Jadilah ia merekrut saya dan atasannya langsung menginterview saya esoknya.
Tiba-tiba saya sudah berpisah dengan ibu saya di Tangerang untuk bekerja seorang diri di Jakarta. Pada saat itu usia saya masih 17 tahun.
Gaji yang saya terima pada saat itu adalah lima juta rupiah, dengan UMR masih dua juta.
Alasan saya langsung diterima kerja? Karena game yang saya pernah buat di warnet, dan saya berdoa agar Allah Ta’ala tidak membuat usaha buat game saya berujung sia-sia. Komisaris perusahaan senang dengan portfolio game saya itu.
Ini sudah pernah saya jelaskan di postingan keajaiban shalat hajat beberapa tahun lalu.
Awal-awal saya membangun usaha, keuangan saya benar-benar tipis pada saat itu. Jangankan untuk membayar indekos, untuk makan malam saja seringkali saya hanya mengandalkan mie dari warkop dekat indekos.
Saya sedang kuliah pada saat itu dan membutuhkan biaya tiga setengah juta rupiah untuk dapat melanjutkan semester.
Kemudian saya diberitahu oleh seseorang agar saya shalat hajat. Pada saat itu saya rutin setiap hari menunaikan shalat hajat selepas shalat isya sebanyak 6 rakaat yang saya bagi menjadi 3 kali salam.
Isi doanya tentu agar Allah Ta’ala melunaskan biaya kuliah saya.
Pada hari ke sebelas, teman jauh saya tiba-tiba menelpon kalau ada yang ingin buat website. Proyek anak SMA yang di batin saya mungkin hanya satu setengah juta rupiah.
Namun ya… saya ambil saja.
Pada saat saya tanya berapa harga websitenya, teman saya memberitahu saya bahwa sang klien ini adalah anak seorang pengusaha kaya-raya. Alhasil teman saya telah men-deal-kan proyek tersebut senilai 10 juta rupiah.
Subhanallahi wa bihamdih.
Sewaktu SMA, saya ada rasa iri saat hampir seluruh teman-teman saya menggunakan sepeda motor ke kampusnya. Bahkan mereka yang naik angkutan umum saja, rata-rata sudah mahir mengendarai sepeda motor.
Jujur, saya cukup minder. Tetapi karena saya termasuk yang berprestasi, jadi teman-teman saya tidak pernah menyinggung saya yang tidak bisa mengendarai sepeda motor itu.
Saya menghabiskan waktu hingga 8 tahun bersabar tidak dapat mengendarai sepeda motor. Meski memang rintangannya tidak mudah karena banyak yang mencibir, tetapi saya terus fokus berdoa saja.
Saya hanya berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hambaMu memiliki sepeda motor dan lancarkanlah hamba saat mengendarainya.”
Di luar itu, saya tetap mencari sisi positif atau hikmah di balik saya yang tidak dapat mengendarai sepeda motor.
Hingga usia 25, rekan saya tiba-tiba ‘memaksa’ saya untuk pindah indekos yang lebih baik dengan tambahan subsidi satu juta rupiah. Proses pindahan sangat lancar karena teman dan karyawan saya semua yang mengatur pindahan.
Saya hanya duduk manis dan kini sudah berada di tempat tinggal yang jauh lebih baik, plus garasi.
Saya mulai memikirkan untuk memiliki sepeda motor, dan teman saya siap mengajarkan saya.
Alhamdulillahnya, pada saat itu sedang pandemi Covid jadi jalanan benar-benar sepi saat saya belajar sepeda motor. Hanya dalam waktu sehari dua hari, saya sudah dapat mengendarai bahkan sampai ke Majalengka.
Allah Ta’ala bukan hanya memberikan saya waktu yang sangat tepat untuk memiliki dan belajar sepeda motor, melainkan juga memberikan hikmah yang luar biasa selama saya tidak dapat mengendarai sepeda motor.
Saya menjadi banyak follower Instagram hanya karena saya berhasil ke tempat wisata menggunakan angkot. Mereka yang tidak ingin menggunakan kendaraan pribadi ke tempat wisata, merasa sangat terbantu. Ini mungkin tidak akan terjadi jika saya telah mendapatkan sepeda motor dari awal.
Benar-benar tidak saya sangka bagaimana cara Allah Ta’ala dalam memberikan saya sepeda motor dan menjadikan saya lancar mengendarainya tersebut.
Pernah suatu ketika, saya ingin memperbarui laptop saya dengan yang lebih canggih.
Saya ingin belajar modelling 3D, atau membuat aplikasi yang memerlukan spesifikasi laptop yang tinggi, seperti laptop gaming.
Saya ingat waktu itu, selepas saya shalat isya, saya mengangkat tangan dan memohon kepada Allah Ta’ala agar memberi saya laptop gaming canggih yang saya inginkan.
Entah dari mana, ada yang berbicara kepada saya, “Mana katanya yang mau belajar rendering 3D? Buktikan dulu di laptop yang sekarang sebelum dapat laptop baru.”
Maksudnya yang saya tangkap, bagaimana Allah akan memberikan saya laptop canggih untuk belajar sedangkan belum tentu saya akan lakukan itu saat saya sudah mendapatkan laptopnya.
Saya akhirnya langsung belajar modelling dan rendering 3D di laptop saya pada saat itu, tidak harus menunggu laptop yang baru. Itu saya lakukan untuk memvalidasi doa saya bahwa saya layak mendapatkan laptop gaming yang canggih.
Beberapa minggu kemudian, saya bertamasya ke Banten bagian selatan. Jaraknya 160KM dari Jakarta. Di tengah jalan, saya bertabrakan hebat dengan truk kontainer hingga saya terguling 100 meter.
Anehnya, saya tidak berdarah kecuali sedikit, dan laptop saya hanya retak sedikit. Sepeda motor saya menjadi miring stangnya dan alhamdulillah saya hanya habis sekitar Rp100 ribu untuk service. Padahal tadinya biaya servicenya mungkin bisa sampai satu juta.
Saat saya masuk kerja kembali, rekan saya melihat laptop saya yang retak tersebut dan memandang bahwa itu sudah tidak layak saya pakai bekerja.
Beberapa hari kemudian, rekan saya mengkreditkan laptop gaming canggih untuk saya, tanpa saya keluar sepeser pun. Allahu akbar.
Terakhir ini adalah yang paling hangat karena belum satu tahun saat saya tulis artikel ini.
Saya pernah depresi hingga sulit untuk berangkat kerja. Air mata saya lebih mudah keluar pada saat itu. Saya tidak tahu, itu mungkin masa-masa paling gelap yang saya rasakan.
Bayangkan, itu sampai membuat saya berhasil shalat tahajjud empat bulan berturut-turut tanpa henti.
Alasannya karena kantor saya dahulu sudah tidak layak untuk saya pakai kerja. Entah atmosfernya, ruangannya, bahkan tenan tetangga. Orang-orangnya tidak menyenangkan dan mengganggu, penghuni yang baik justru sudah banyak keluar.
Saya benci jika produktivitas saya terganggu.
Sedangkan saya tidak tahu di mana jika harus mendapatkan kantor baru di Kuningan Jakarta Selatan. Perusahaan saya bukanlah perusahaan yang besar dan menyewa kantor lain pastinya sangat mahal dan mustahil.
Tetapi saya tetap tergerak untuk tahajjud selama 4 bulan tersebut.
Sampai akhirnya rekan kerja saya menelpon saya bahwa Senin besok akan dilakukan pindahan kantor ke tempat yang baru.
Ruangannya berada di gedung tinggi, jauh lebih dekat ke transportasi umum Transjakarta dan LRT, di samping mall, bisa bekerja sampai malam, lebih nyaman, lebih besar, dekat sarana olahraga, banyak pilihan makanan, bahkan toiletnya saja jauh lebih bergengsi.
Ternyata, harga sewanya berhasil ditawar oleh rekan kerja saya yang lain sehingga hampir sebanding dengan harga sewa kantor yang lama.
Sebuah hal yang tadinya saya kira mustahil terjadi.
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
QS. Ali Imran: 191