Ini adalah pengalaman tetangga indekos saya yang bernama Arif yang kini sudah almarhum. Kisah horor dan thrillnya dapat dikatakan sangat, sangat banyak. Setidaknya saya merangkumnya dari yang paling ringan dahulu, yaitu cerita ini.
Adalah Arif, yang waktu itu masih menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Karena dia adalah perantauan dengan beberapa temannya yang lain, sepakat mereka ingin mengontrak sebuah rumah sebagai tempat tinggal. Saya lupa di mana lokasi tepatnya karena ceritanya sudah begitu lama.
Akhirnya ditemukan sebuah rumah yang sedang dikontrakkan, dan pemiliknya memberi harga yang sangat tidak wajar, karena dianggapnya terlalu murah. Bayangkan, pada saat itu sebuah rumah dikontrakkan dengan harga Rp300.000 per bulan di mana pada masanya sebuah rumah dikontrakkan minimal seharga Rp500.000 per bulan.
Pemilik kontrakkan pun terlihat dingin dan tidak begitu bersahabat. Namun mau bagaimana lagi, mendapat kontrakkan murah untuk berramai-ramai (hanya tiga orang sebenarnya) merupakan suatu hal yang sangat baik. Langsung saja pada saat itu Arif dan teman-temannya menempati kontrakan tersebut.
Kontrakannya standar, seperti rumah warga biasa dengan satu tingkat. Kamarnya hanya satu dan ada dapur serta kamar mandi. Mulailah Arif dan teman-temannya mengerjakan tugas-tugas mereka di rumah itu.
Sorenya, salah seorang dari temannya ingin ke kamar mandi, namun ia melihat seorang wanita sedang berdiri di dapur dengan membelakanginya. Tak begitu dipedulikan, ia tetap masuk ke kamar mandi. Setelah dari sana, teman Arif tersebut bercerita bahwa dia melihat seorang wanita di dapur. Mendengar hal itu Arif dan teman lainnya keluar menuju dapur namun mereka tidak menemukan apa-apa.
“Salah lihat kali…” Sahut teman-temannya. Mereka akhirnya masuk kembali ke kamar.
Mulai dari sana terdengar suara piring yang jatuh dan orang yang sedang memasak. Arif dan teman-temannya jelas heran. Di dapur memang tidak ada siapa-siapa.
Setelah Maghrib, segala sesuatunya menjadi lebih mencekam. Terdengar suara tertawa dan tangisan seorang wanita dari luar kamar. Arif dan teman-temannya tidak dapat berbuat apa-apa di tengah ketakutannya. Arif yang marah, menghardik makhluk itu agar tidak mengganggunya. Namun perkataannya berbalas adalah suara benda besar yang disambit ke arah pintu dan menghasilkan suara yang amat keras.
Suara tangisan dan perkataan-perkataan tidak jelas kembali terdengar dari luar. Dan kini seseorang terdengar seperti menggaruk-garuk pintu. Suara benda-benda jatuh pun bersahutan dari luar kamar. Ayat-ayat suci dibacakan, namun dibalas dengan suara tawa dari luar kamar. Sosok itupun sepertinya mondar-mandir di sekeliling rumah dan membuat gaduh.
Bahkan sepanjang malam, gangguan-gangguan itu kembali muncul sehingga tidak ada yang berani keluar. Sampai-sampai, salah satu teman Arif lebih memilih untuk mengompol daripada mempertaruhkan nyalinya keluar kamar.
Paginya, Arif dan teman-temannya memutuskan untuk keluar dari jendela. Seorang warga yang curiga sempat meneriaki mereka maling. Namun kemudian dijelaskan mengapa mereka melakukan hal itu. Pemilik kontrakan kemudian dipanggil dan diajak untuk berdiskusi. Barulah kemudian ia cerita mengenai kejadian sebenarnya.
Mengapa ia mengontrakkan dengan harga yang sangat murah, karena dulunya ada seorang mahasiswi yang juga mengontrak di kontrakannya. Tidak pernah ada kabar darinya lagi setelah beberapa lama, pemilik kontrakan masuk dan menemukan jasadnya sudah terbujur kaku di kamarnya dengan perut yang telah membesar. Diduga ia hamil kemudian bunuh diri. Mengingat konsekuensinya, pemilik kontrakan terpaksa menurunkan harga agar kontrakannya tetap mendapatkan penghuni-penghuni baru.