Cerita Dari: Aurora

Desa Lestihrjo merupakan desa kecil yg tak berpenghuni banyak letaknya yg terpencil membuat angkutan umum pun malas mendatanginya. Aku tak mungkin kesana bila bukan atas undangan paman. Suara paman di telepon mengisyaratkan bahwa ada sesuatu hal penting yg hanya bisa dia bahas dengan bertatap muka. Masalah yang menyangkut eyang. Aku sampai di desa Lestiharjo ketika matahari sudah berada tepat di atas kepala, namun udaranya sejuk sehingga aku memilih untuk berjalan kaki ke rumah paman. Suasananya tenang, bahkan menurutku terlalu tenang. Pepohonan yang rindang dan angin semilir jelas bebeda dengan suasana kota.

Tidak banyak yang kuketahui tentang desa ini, selain bahwa ini desa kelahiran ayahku yg telah puluhan tahun tidak kukunjungi. Rumah paman mulai terlihat setelah aku berjalan 15 menit. rasa rindu tiba – tiba menyergapku, aku pun mempercepat langkahku terlebih karena rasa penasaran. Paman menyambutku di muka rumah, ia langsung mengajakku masuk. Seperti biasanya, tanpa basa-basi paman langsung menceritakan masalah eyang. Rupanya eyang ingin membicarakan tentang warisan sebelum ia meninggal. Setelah aku tau duduk permasalahannya aku pun melewatkan hari dengan lebih tenang.

Tiba-tiba rasa lelah membuatku ingin beristirahat barang sejenak. Aku pun tidur. Saat terbangun matahari rupanya sudah redup cahayanya, pukul 6 sore. Entah mengapa suasana hati ku jadi sangat tidak nyaman. seakan-akan ada sesuatu yg ingin kuketahui tapi aku tak tau apa. Segera saja aku mencari keluarga besarku dan bergabung bersama mereka. Makan malam sudah tersedia dan begitu melihatku, bibi mengajakku makan. Setelah makan malam selesai aku pun berinisiatif untuk mengunjungi kerabatku yang rumahnya tak jauh dari situ. Karena bulan bersinar dengan terangnya dan rumahnya tak begitu jauh, aku memutuskan untuk berjalan kaki sendiri. Walau sudah dilarang aku tetap melakukan rencana.

Rupanya jembatan yg biasa dilewati putus dan aku harus melewati jalan lain, menembus perkebunan yg gelap dan sepi. Aku bukan orang yang mudah takut, tetapi malam itu terasa sangat berbeda. terlebih ketika aku mulai melangkahkan kaki di perkebunan. Ditengah jalan tiba-tiba mataku menangkap suatu sosok yang aneh. Kura-kura di tengah kebun. Kebetulan sekali, aku suka kura-kura. aku pun mengangkatnya untuk kupelihara di rumah. Karena gelapnya malam dan bulan yg tertutup awan, kudekatkan kura-kura itu ke mukaku, agar bisa melihat dengan jelas. tiba-tiba petir menyambar, memberikan cahaya yg cukup terang bagi aku untuk mengamati benda yg kupegang.

Tapi….. benda yang kusangka kura-kura tadi ternyata adalah sebuah kepala pria. Rambutnya yg pendek dan tebal terasa lengket diantara jari-jari ku. aku tak mampu bergerak atau sekedar berteriak, terlebih melihat seringai di wajahnya dan matanya yg merah. Semuanya pun gelap. Hal berikutnya yang aku tau, aku sudah kembali berbaring di sofa ruang tamu rumah paman. Matahari telah kembali bersinar, sepertinya semalam aku pingsan dan sampai saat ini aku belum mengunjungi desa Lestiharjo lagi……

Dari : Aurora

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya cerita seram? Yuk di-share ke Anandastoon.
Klik di sini untuk panduannya. 👍

  • Sebelumnya
    Cerita dari Primbon #34: Hantu Di Sekolah

    Berikutnya
    Pengalaman Horor Teman Terbaik #6 : Kontrakan Mahasiswa


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor