Nostalgia memang selalu menjadi salah satu bahan yang menarik untuk menjadi topik obrolan.
Saya pernah menulis alasan-alasan manusia senang bernostalgia. Bahkan dalam porsi yang sangat banyak, nostalgia dapat menjadi salah satu jenis depresi tersendiri.
Saat berbicara nostalgia, yang ada di pikiran kebanyakan orang adalah masa-masa kecil. Meskipun itu tidak salah, namun sebenarnya sebuah masa dapat menjadi nostalgia jika ada faktor pemicu.
Benar, kejadian di tahun lalu pun dapat menjadi nostalgia, selagi ada yang memicunya.
Contohnya saat awal pandemi Covid di 2020, beberapa orang telah menjadikan keindahan berkumpul bersama di tahun 2019 hampir menjadi sebuah nostalgia.
Lalu apa bedanya nostalgia dengan kerinduan? Bukannya sama-sama perasaan sentimentil terhadap masa lalu? Atau sama saja?
Nostalgia tidaklah sama dengan sekedar rindu. Nostalgia itu lebih dari sekedar rasa rindu, jauh lebih dalam lagi.
Singkatnya, jika rasa rindu itu membuat kita ingin mengulangi kegiatan yang menjadi sumber rasa rindu kita, nostalgia lebih dari itu.
Nostalgia itu bukan hanya membuat kita ingin mengulangi kegiatannya saja, namun kita juga ingin seluruh atmosfernya ikut dalam kegiatan tersebut.
Baru saja saya sebutkan bahwa sebuah nostalgia memiliki pemicu. Saya akan mencoba jabarkan semampu saya karena ini hanyalah berdasarkan opini saja.
Saya mendapatkan lima hal yang dapat menjadi pemicu nostalgia.
Jika sebuah zaman telah berubah, apalagi jika lebih condong berubah ke arah yang tidak menyenangkan, sebuah nostalgia bisa mulai berkecambah dari titik tersebut.
Bagaimana sebuah zaman bisa lebih buruk dari zaman sebelumnya? Bukankah semakin kesini zaman sudah semakin canggih dan mudah? Untuk topik apakah zaman kian memburuk atau tidak sudah pernah saya bahas di postingan saya yang lain.
Setiap orang memiliki instingnya masing-masing untuk mendeteksi perubahan zaman, apakah ia semakin baik atau sebaliknya.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, nostalgia dapat lahir jika seseorang merasa masa lalu lebih baik daripada masanya sekarang ini.
Berbeda dengan seseorang yang memiliki masa lalu yang kelam dan tidak nyaman untuk ia ingat kembali. Jika masa ia kini ternyata jauh lebih baik daripada masanya yang kemarin, sangat kecil kemungkinan nostalgia akan menghampiri orang tersebut.
Rasa cinta yang dihasilkan oleh seseorang memiliki pengaruh positif yang sangat dahsyat. Bahkan saya sendiri memiliki postingan khusus yang membahas pengaruh dahsyat dari sebuah rasa cinta.
Cinta yang saya maksud di sini tidak sebatas hubungan asmara seseorang.
Apabila “cinta” hanya kita kaitkan sebatas hubungan asmara antar pasangan, maka itu adalah definisi yang sangat sempit sekali.
Pengerahan cinta dapat menuju kepada segala sesuatu. Saat seseorang bekerja dengan cinta dan sepenuh hati, maka yang ia hasilkan bukan hanya pekerjaan yang sekedar selesai, namun setiap orang dapat merasakan manfaat ekstra dari buah tangannya itu.
Inilah mengapa rasa masakan dari orang yang mencintai kita terasa jauh lebih enak daripada masakan orang lain. Rasa cinta dari mereka telah menjadikan mereka menghabiskan waktu, harta, dan tenaga ekstra dalam menyelesaikan sebuah tugas.
Saat kita merasakan nostalgia dengan sebuah hasil karya, seperti kita merasa bernostalgia dengan sebuah video game, musik, atau acara televisi, artinya video game, musik, atau acara televisi tersebut benar-benar dibuat dengan cinta dan sepenuh hati oleh kreatornya.
Maka dari itu tidak heran jika seniman atau artis berhasil menciptakan karya yang dapat memicu nostalgia, mereka dapat disebut dengan legendaris. Para seniman dan kreator modern tidak segan untuk membuat karya remake dan rebornnya.
Saya coba menyalin pernyataan yang saya tuliskan di awal:
Nostalgia itu bukan hanya membuat kita ingin mengulangi kegiatannya saja, namun kita juga ingin seluruh atmosfernya ikut dalam kegiatan tersebut.
Jika dahulu kita mungkin senang pergi ke kebun untuk menikmati cahaya kunang-kunang, bukan berarti sekarang tidak bisa lagi.
Maksud saya, meskipun kunang-kunang semakin sulit kita temukan karena terkubur polusi cahaya, tetapi masih memungkinkan jika kita mengulangi kegiatan berburu pemandangan kunang-kunang tersebut.
Tetapi, tentu saja kini atmosfernya sudah jauh berbeda daripada menikmati kunang-kunang di masa lalu. Istilahnya “kurang mengena”.
Sebuah kegiatan positif yang kita lakukan di masa lalu, apalagi jika sampai membuat kita terkesan, maka sebenarnya kita sedang menebar benih-benih nostalgia pada saat itu.
Orang yang memiliki kegiatan berkesan akan memiliki kemungkinan bernostalgia lebih besar di masa selanjutnya daripada orang yang tidak banyak melakukan apa-apa.
Sebab sejarah hanya mencatat orang-orang yang gigih dan ekstra dalam melakukan sebuah aktivitas.
Pemicu nostalgia berikutnya adalah waktu yang berkah, atau waktu yang banyak kita dapatkan untuk melakukan hal-hal yang baik.
Masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya, keberkahan waktu ini bukan hanya saat kita melakukan kegiatan positif aktif, namun juga pasif.
Kegiatan pasif ini salah satunya seperti saat kita menonton televisi.
Perlu kita ketahui, saat kita menonton televisi, kita tidak banyak melakukan sesuatu kecuali hanya berdiam di depan layar televisi. Namun jika acara televisi yang kita tonton memiliki segudang acara menarik yang kita tunggu, itu bisa jadi pemicu nostalgia.
Atau hal lainnya, jika ada orang yang kita cintai masih sering mengunjungi kita. Maka saat mereka tidak lagi mengunjungi kita, nostalgia yang sudah tertanam akan mulai berbuah.
Semakin banyak waktu yang berisi kegiatan positif baik aktif maupun pasif, di sana banyak pasukan nostalgia yang sudah siap ‘menyerang’ kita di masa berikutnya.
Nostalgia itu adalah hal yang sangat baik, selagi kita ingin belajar apa yang baik dari nostalgia tersebut.
Terakhir sebagai pemicu nostalgia adalah kemistri kita dengan lingkungan sekitar.
Pernah saya sebutkan bahwa dahulu saya senang mandi di sungai yang masih jernih dan ada air terjun kecil di ujungnya. Sekarang sungainya sudah keruh dan air terjunnya sudah tiada.
Melihat kondisi lingkungan yang menurut kita sudah ‘tidak senyaman’ dahulu, itu juga dapat mengundang nostalgia untuk mencengkeram batin kita.
Mungkin beberapa dari kita merindukan bermain sepak bola di lapangan yang kini sudah berubah menjadi apartemen. Atau beberapa dari kita merindukan menjelajah hutan yang kini sudah menjadi lahan privat orang lain.
Atau beberapa dari kita mungkin merindukan tetangga atau kerabat di rumah kita dahulu sebelum pindah.
Belum lagi jika kini orang-orang yang begitu melekat dengan kita, satu per satu sudah tiada. Entah sudah menjadi mendiang, atau telah hilang kontak.
Hikmahnya kita dapat menjadi lebih sadar dalam menjaga koneksi kita dengan lingkungan sekitar kita sebelum akhirnya mereka berubah menjadi nostalgia.