Galau dengan Hobi Baru

Akhir-akhir ini saya sering menemukan orang yang berpindah-pindah hobi karena mereka merasa hobi mereka tidak cocok dengan mereka.

Mereka hanya ingin mencari hobi yang dapat membawa manfaat bagi mereka dan seorang yang melegenda bilang bahwa sampai saat ini mereka masih mencari-cari hobi yang benar-benar dapat menguntungkan mereka seperti apa yang sering kita lihat di media-media masa tentang orang-orang yang menjadi masyhur karena mereka nyaman merutinkan hobi mereka.

Iseng-iseng saya buat polling di instagram yang ternyata hasilnya cukup mengejutkan. Sekitar hampir 80% dari pemirsa pernah atau bahkan sedang merasakan kegalauan karena merasa hobi mereka yang telah mereka ganti-ganti tersebut benar-benar tidak dapat membuat mereka sejahtera.

Ada yang hobi belajar bahasa-bahasa asing, namun sayangnya ia sampai ke titik di mana kegiatannya itu seakan tidak membawa manfaat bagi mereka. Ada yang hobi menulis, namun berapa banyak blog yang begitu cepat ditinggalkan oleh sang penulis karena mereka beranggapan bahwa menulis hanya membuang-buang waktu mereka.

Apa saya pernah menjadi seperti itu? Ya, saya akui, namun tidak lagi. Saya akan merangkum setidaknya 5 tips dengan harapan pembaca merasa lebih tenang dan lebih fokus dalam menentukan hobi yang akan menemani kehidupannya masing-masing.


Kenali rumus ikigai

Ikigai, berasal dari bahasa Jepang yang berarti “nilai kehidupan”. Singkat saja, komponennya terdiri dari Passion (kegemaran), Profession (profesi), Vocation (keahlian yang dibutuhkan), dan Mission (misi).

Komponen-komponen dibentuk dari empat pondasi dasar yaitu, apa yang kalian gemar lakukan, apa yang kalian cintai, apa yang dunia butuhkan, dan apa yang menghasilkan uang untuk kalian.

Dengan ikigai ini kalian bisa merumuskan bagaimana kaitan hobi yang sekarang kalian geluti. Apakah kalian dapat menguasai hobi tersebut? Apakah kalian benar-benar mencintai hobi tersebut? Apakah dunia memerlukan hobi tersebut? Dan apakah hobi tersebut dapat mendatangkan keuntungan duniawi bagi kalian? Keempat pertanyaan tersebut harus benar-benar memiliki jawaban “Ya” atau kalian harus siap-siap untuk berganti hobi.


Hormati setiap detiknya

Berapa banyak orang yang ingin menjadi kaya, bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat, menjadi produktif, menjadi lebih baik, namun mereka justru sedikit sekali mengalokasikan waktunya untuk menyelami hobi mereka. Waktu-waktu mereka hanya dipakai untuk bersosial media dan bermain game.

Padahal, saya berikan suatu gambaran, seorang binaragawan mengalokasikan waktunya sebanyak 200-300 menit setiap minggunya untuk latihan fisik. Itu belum termasuk jadwal yang ketat untuk mendapatkan makanan yang sehat dan tidur yang cukup. Itu pun mereka baru mendapatkan manfaatnya mungkin di bulan keenam bahkan hingga tahun berikutnya.

Seorang yang hobi programming, kebanyakan mereka baru mulai percaya diri menyebutkan diri mereka mahir di tahun ketiga bahkan bisa lebih dari itu. Padahal mungkin setiap harinya mereka hampir di depan komputer selama sehari penuh, bahkan hingga larut malam.

Bagaimana dengan alokasi waktu kalian? Ketika ikigai sudah dirumuskan, bagaimana selanjutnya kalian memperlakukan hobi kalian? Seorang yang sudah memiliki hobi, pastinya harus memiliki waktu untuk mengekspresikan hobi mereka sesibuk apa pun mereka.

Apa mungkin setidaknya tiga kali seminggu (dengan asumsi tidak ada aktivitas berat) kalian sama sekali tidak memiliki waktu dengan hobi kalian? Atau bahkan bagaimana kiat kalian dalam mengejar ketertinggalan waktu kalian?


Catat perkembangan

Sekarang bayangkan untuk kalian yang hobi bermain game, kalian pastinya akan melewati tahap-tahap dalam setiap tantangan permainan tersebut. Level 1 pastinya yang paling mudah, dan setelah itu bertambah sulit, sulit, dan semakin sulit. Begitu pula dengan hobi kalian, jangan pernah kalian kira bahwa sesuatu yang kalian sukai maka itu akan selamanya dengan mudah kalian lakukan.

Tidak sama sekali.

Justru kebanyakan orang-orang mengalami kegalauan dengan hobinya saat mereka mulai beranjak naik tingkat. Dari sana mereka menemui rintangan yang membuat mereka ragu apakah hobi tersebut bermanfaat bagi mereka. Tak jarang, mereka menyerah dan memutuskan untuk mengganti hobi, berkali-kali, berulang-ulang hingga mereka terjebak ke dalam lingkaran setan yang mereka ciptakan sendiri.

Bisakah kalian menakar sudah di tahap mana tingkat kesulitan kalian dalam menyelami hobi kalian? Catatlah perkembangannya. Sebagai contoh, jika kalian hobi bernyanyi, kalian mungkin akan dihadapkan dengan tantangan-tantangan seperti berganti oktaf, melakukan falsetto, vibrato, dan lain sebagainya.

Saya beri bocoran, banyak penyanyi yang sama sekali tidak dapat bervibrato kini sudah begitu lancar menaik-turunkan nada dengan cepat di tenggorokan mereka. Walaupun saya bukan penyanyi, namun saya bisa vibrato, padahal belum lama ini saya baru bisa.


Kurangi bersosial media

Kalian bisa jadi benar-benar akan dilanda kegalauan hebat jika kalian berhadapan dengan orang-orang yang sehobi dengan kalian, namun mereka semua sudah sehebat naga, sedangkan kalian masih dalam tahap cacing, dan itu pun kalian sepertinya pesimis untuk sampai ke tahap belut.

Sosial media penuh dengan kepalsuan. Saya pernah bahas mengenai hal itu di sini, di sini, dan di sini. Terkadang apa yang terlihat dapat membuat kalian tidak semangat lagi meneruskan hobi kalian.

Saya bahkan pernah memblokir beberapa orang yang menurut saya mereka ‘terlalu instan’ dalam mendapatkan timbal balik dari hobi yang mereka jalani. Mengapa dapat saya katakan begitu? Misalnya untuk karya desain dan fotografi, banyak hasil karya yang ‘katanya’ dibuat oleh seorang profesional, namun mereka mengaku hanya mengikuti tutorial atau bahkan hanya mengubah sedikit sekali template yang sudah tersedia sehingga membuat sebagian besar karya mereka selalu terlihat sama dengan yang lainnya. Singkatnya, kebanyakan mereka tidak memahami konsep dari hobi mereka sendiri.

Setiap dari kalian adalah unik, namun pertanyaannya adalah bagaimana kalian menyampaikan keunikan kalian kepada orang lain lewat hobi kalian?


Carilah inspirasi

Saya pernah terangkan mengenai perbedaan inspirasi dan motivasi pada postingan berikut, mungkin saja kalian memiliki motivasi untuk terus bergerak menggeluti hobi kalian, namun di tengah-tengah kalian memiliki semangat yang tinggi, kalian mendadak stuck, tidak tahu langkah apa yang harus kalian ambil berikutnya.

Di titik inilah bahan bakar yang bernama inspirasi harus segera diisi, karena motivasi saja ternyata memang tidak cukup.

Hobi yang dijalankan hanya karena sudah menjadi rutinitas, akan berujung bosan bahkan hingga kita kehabisan motivasi. Banyak cara untuk mendulang inspirasi, yang paling mudah adalah pergi keluar, karena lingkungan di luar rumah dapat menjadi tambang inspirasi bagi setiap orang.

Jangan lupa, dengarkanlah komplain orang lain, itu dapat menjadikan kalian semakin mengerti bagaimana kalian memperlakukan hobi kalian yang lebih baik. Hal ini dapat mengurangi kecemburuan kalian kepada orang lain dan mengurangi pertanyaan mengenai mengapa karya mereka selalu lebih unggul.


Tidak ada batasan usia untuk mendalami hobi, ketentuannya ada pada komitmen kalian hari ini.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Opini Pribadi: Indikator Negara Maju

    Berikutnya
    Salahkan Penganutnya, Jangan Salahkan Agamanya. Efektifkah?


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas