Solo Travelling

Jika kalian lihat di menu Tamasya (atau sebelumnya Piknik), kalian akan melihat banyak artikel jalan-jalan yang telah dilakukan oleh saya sendiri.

Biasanya dari tahun 2016 hingga 2019, saya melakukan piknik sendirian menggunakan angkutan umum. Jika saya berdua dengan teman saya sekali pun, itu karena saya di tahun-tahun itu tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Jadi… saya menumpang hehe…

Sedangkan dari tahun 2020 hingga sekarang, saya melakukan piknik dengan sepeda motor saya yang saya namai dengan Pirikidil.

Saat saya iseng-iseng menotalkan seluruh perjalanan saya, saya cukup terkejut karena sudah lebih dari 10 ribu kilometer saya melanglangbuana.

Kalian bisa lihat di gambar berikut untuk rinciannya:

Benar, masing-masing mode transportasi sudah memiliki total jarak lebih dari lima ribu kilometer.

Yup, kebanyakan dilakukan oleh saya sendiri, seorang solo traveller.

Padahal dulunya, saya adalah orang rumahan. Tidak pernah berjalan-jalan bahkan cenderung takut untuk melakukan piknik.

Karena pernah ada yang bertanya mengapa saya tiba-tiba jadi ‘berani’ begini, saya mungkin akan sedikit menceritakan perjalanan saya dari ‘orang kuper’ hingga menjadi ‘orang bandel bener’.


Bermula dari tetangga indekos

Seorang tetangga indekos saya yang sudah almarhum, pertama kali tiba-tiba mengajak saya ke Bogor.

Saya yang sedang tidak melakukan apa-apa pada saat itu tentu ‘manut’ saja. Dia menuntun saya seperti seorang anak yang menemani orang tuanya belanja.

Dari mulai menggunakan KRL, kemudian transfer ke angkot di Kota Bogornya, lalu transfer angkot lagi untuk tiba di tujuan yang ia mau tuju.

Saat turun dari angkot, saya melihat Gunung Salak sudah terbentang mewah di depan mata saya. Benar-benar pemandangan yang surealistis pada saat itu.

Secara, terakhir kali saya melihat gunung sebesar itu adalah sewaktu saya masih berada di kampung almarhumah nenek saya di Majalengka.

Pemandangan yang sejuk menyapa wajah saya pertama kali setelah sekian lama. Kemudian tetangga saya itu mengajak saya makan di sebuah warung yang langsung berhadapan dengan Gunung Salaknya.

Subhanallahi Wa Bihamdih.

Setelah itu, saya mengikutinya berjalan sejauh satu kilometer, namun tidak terasa sama sekali sebab di sekeliling saya tersaji pemandangan yang tidak pernah saya lihat sehari-hari di Jakarta.

Solo Travelling

Tak lama kemudian saya tiba di sebuah gerbang tiket, ditagih dua kali, membayar sejumlah uang yang ditanggung dahulu oleh tetangga saya itu.

Kemudian saya memasuki perkebunan pinus, lalu saya diajaknya mendaki tangga.

Apa yang ada dihadapan saya kini bak negeri fantasi yang sering saya lihat di film-film Disney.

Ternyata saya pada saat itu mengunjungi Curug Nangka.

Solo Travelling

Jika dikatakan saya pernah mengunjungi air terjun dengan sebenar-benarnya, maka inilah pertama kali saya merasakan pengalaman di air terjun.

Saya pernah mengunjungi air terjun sewaktu saya masih SMP, namun itu sangat tidak berkesan dan cenderung lebih fokus ke acara perpisahan pramuka.

Dari sini saya merasa mengunjungi tempat wisata dengan angkot tidak seseram anggapan saya kemarin-kemarin.

Dari sini saya tertarik untuk browsing, menjelajah Google tentang apa saja tempat-tempat wisata yang dapat saya jamah dengan angkot.

Beberapa minggu kemudian, saya mencoba untuk sendiri berpetualang, waktu itu kalau tidak salah ke Taman Bunga Nusantara pada akhir tahun 2016. Dan lagi-lagi saya terkesan.

Saya benar-benar menikmati pemandangannya dan bebas berkelana seorang diri ke tempat apa pun yang saya inginkan.

Solo Travelling
Mungkin dari sini saya merasa jika solo travelling ini sudah seperti zat adiktif yang menjadi candu saya.

Saya mulai berani travelling dengan angkot sendirian hanya bermodal Google saja.

Kemudian dari sinilah saya merasa jika ada beberapa orang yang mungkin juga sama seperti saya dulu, ingin bertamasya namun mereka tidak dapat atau tidak ingin menggunakan kendaraan pribadi, entah karena takut atau khawatir.

Maka dari itulah, kategori Tamasya di situs Anandastoon ini lahir. Khusus untuk kalian para penglaju ibukota yang ingin piknik namun have no idea.

Yah kurang lebih seperti saya dulu.

Bahkan saya sampai mengekspansi solo travelling saya dengan angkot hingga ke Garut, Tasikmalaya, bahkan hingga Purwokerto dan Jogjakarta.

Itu saya lakukan semuanya hanya saat weekend atau libur nasional saja.

Solo Travelling


Menggunakan sepeda motor

Saat pandemi di awal 2020 menyambar, otomatis saya tidak dapat mengendarai kendaraan umum lagi. Kebetulan, saya sudah pindah dan indekos yang sekarang ini memiliki garasi.

Maka dari itu saya mencoba membeli sepeda motor dan meminta teman saya untuk mengajari saya.

Drama saya dalam belajar mengendarai sepeda motor dapat kalian saksikan berjulid-julid di mari.

Dan alhamdulillahnya, hikmah pandemi membuat jalanan menjadi sepi, dan membuat saya nekat mengendarai sepeda motor hingga ke Puncak Bogor sendirian.

Kemudian setelahnya, saya melakukan sesuatu yang super gila bagi diri saya sendiri. Yakni ke Majalengka, mengendarai sepeda motor sendirian. Saya tidak tahu apa yang merasuki saya pada saat itu.

Untungnya saya ada rumah di Majalengka jadi saya bisa menetap di sana sambil ‘isolasi’ pandemi mandiri hehe.

Ya sudah, saya dengan si Pirikidil ini mencoba berkeliling.

Solo Travelling

Padahal saya waktu itu belum punya SIM. 😰

Lalu setelah itu saya semakin mengganas bahkan hampir setiap minggu saya selalu mengunjungi tempat-tempat wisata yang tidak terjamah angkutan umum seperti di pinggir Bogor, hingga Sukabumi atau Cianjur.

Saya sampai mengajak karyawan saya turing hingga ke Ciletuh. Tentu saja mereka kaget karena si bos mereka ini tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Turing ke Ciletuh sukses besar dengan saya yang langsung menjadi pemimpin tur. Jika ada turunan dan tanjakan curam, saya selalu menunjuk ke arah rambu jadi para karyawan saya dapat mempersiapkan kendaraan mereka. Terutama di Cikidang.

Bahkan lebih parah lagi, saya hingga menyebrang pulau dan merasakan pertama kali naik feri.

Yup, ke Lampung.

Solo Travelling


Kesimpulan

Sangat disayangkan, banyak orang yang sering mengungkapkan bahwa Indonesia itu indah namun banyak dari kita yang sama sekali tidak mengetahui tempat indah mana di Indonesia yang ingin kita sambangi.

Kebanyakan pada akhirnya hanya menikmati foto piknik dari ‘orang-orang beruntung’ dan kemudian kembali ke masalah pribadi masing-masing.

Saya hanya tidak ingin seperti itu.

Maka dari itu saya mencoba membagikan pengalaman saya secara mendetail agar banyak pembaca setidaknya dapat memiliki bayangan hingga bucketlist tempat indah mana saja yang berada di dekatnya untuk mereka sambangi, terkhusus untuk para penduduk ibukota.

Sebab saya tahu, banyak orang yang bosan karena tujuan wisata yang mereka tahu hanya Puncak dan Puncak lagi. Padahal Bogor Barat memiliki beragam tempat indah.

Namun sekali lagi, Bogor Barat memiliki kendala macet yang sangat parah juga di hari libur hingga jalanan yang sangat rusak dan berlubang.

Yah… Indonesia itu indah… *helanafas

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Menyendiri Ekstra: Bogor Hambalang, Taman Fathan

    Berikutnya
    Episode Piknik Terabaikan #1: Gunung Prau


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas