curug ciawitali

Baru saja istirahat dari Curug Orok kemarin, saya masih punya janji mengajak teman saya jalan-jalan ke sebuah tempat yang saya tahu itu tidak memiliki akses angkutan umum. Jadi saya bisa ‘memanfaatkan’ teman saya beserta kendaraannya dengan sebaik-baiknya. *ketawaJahat

Jam 7 pagi dia janji dan… batal. The End.

Teman saya kesiangan. Alasannya. Untung besoknya libur, jadi saya geserlah jadwalnya.

Esoknya… di dalam mimpi saya mendapatkan bunyi-bunyian indah, yang ternyata setelah saya tahu itu adalah getaran dari ponsel saya yang backgroundnya berubah jadi foto profil teman saya. Ahh!!! NO!!! Saya yang sekarang kesiangan! Saya lihat pukul 7.06, yang artinya telat 6 menit, belum ditambah lama mandi bak putrinya.

Tengkyu deh, temen saya yang miskol itu lebih membangunkan saya daripada dua buah alarm yang telah saya set berturut-turut. Aura positifnya mungkin menyebar terlalu kuat hingga saya pun jadi terbangun bhahah.


Lebar ke sempit

Perlu diketahui… hehe… jika saya mengajak teman saya jalan-jalan… mmm, bilangnya gimana ya, kebanyakan… karena daerah tujuan tidak tersedianya transportasi umum dalam radius 2km…

Jadi saya mohon maaf untuk para angkoters >.<
Tapi… tapi… saya sudah menyediakan artikel khusus untuk destinasi yang dapat diakses dengan angkutan umum dengan mengklik link berikut.

Untuk jalan utama, aksesnya sangat mudah, yaitu hanya mengikuti Jalan Raya Bogor hingga tiba di Bogornya. Kemudian ikuti jalan menuju Ciawi dan setelah itu ambil jalan menuju Sukabumi. Terakhir… silakan untuk mengandalkan Google Maps hehe…

Kami berbelok di jalan baru yang ada danau cantiknya (sayang tidak saya foto) yang menurut feeling saya itu bernama Danau Lido (soalnya di Google Maps jalannya bilang demikian sih). Jalan baru tersebut benar-benar apik dan membuat kami bahagia karena mulusnya dan serasa ingin mengebut happy…

Wait, jalannya tiba-tiba ditutup. “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya”. Begitu kira-kira bunyinya. Yah, padahal saya baru saja menikmati kemulusan jalan barunya. Kemana kami akan dialihkan? Oh, jalanan ‘perkampungan’. Keey Fiine! Jalannya tidak rusak, dan semoga terus beraspal mulus.

Tetapi jalanan perkampungan di sini benar-benar nyaman. Maksud saya, jalannya benar-benar tidak rusak, pemandangannya lebih banyak, dan pada akhirnya kami tiba ke sebuah tikugan dan turunan tajam menuju desa antah berantah. Serius, saya tidak tahu nama desanya. Tapi pemandangannya itu loh, terlalu sayang untuk dilewati.

curug ciawitali

Okay, okay… jalanannya tiba-tiba jadi seupil selepas ini. Mungkin hanya muat satu sepeda motor saja.


Bonus yang bukan bonus

Kemudian saya tiba di suatu tempat yang bernama Kampung Wisata Ciwaluh yang ternyata itu adalah akhir dari perjalanan kami. Wait a moment, kampung wisata itu definisinya seperti apa ya? Apa ada atraksi di sini? Sanggar seni atau semacamnya? Saya yang tidak melihat atau bahkan saya yang tidak tahu, maafkan. Intinya kami dikenakan biaya Rp5.000 begitu melewati area ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00.

Lokasi kami parkir pun tidak jelas, jadi saya harus turun dan bertanya ke penduduk setempat. Memang sih diberitahu dengan ramah, tapi… waktu kami parkir ternyata tidak ada orang sama sekali. Hanya ada himbauan kunci ganda dan biaya parkir Rp2.000,-. Apakah kendaraan kami aman? Semoga.

Di depan kami ada pesawahan, besar. Sepertinya tak berujung. Di sekelilingnya banyak bukit dan tebing-tebing, yang saya tebak dari sanalah air terjunnya berasal. Mungkin. Di belakang saya juga ada beberapa pengunjung lain yang juga ingin… ke curug? Saya tidak tahu, yang pasti saya persilakan mereka lewat terlebih dahulu karena saya ingin…

curug ciawitali

SELFIE!!! YAY!

Bohong! Langitnya tidak sebiru itu. Keadaan sedang berawan pekat dan saya tambahkan saturasi biru ke langitnya hehe… Ya sudah, ada seseorang yang meminta saya untuk membuat vlog. Saya turuti keinginannya, tapi justru ketika teman saya mulai merekam saya, saya yang tadinya banyak mulut menjadi diam seketika. Saya bahkan tidak tahu apa yang saya bahkan tidak tahu…

Oke, vlogging dianulir. Yang penting saya bisa happy lompat-lompat di areal pesawahannya.

Wait, kok belum selesai-selesai? Seperti kami sudah berjalan lebih dari 1km dan masih belum menemukan curugnya? Jalannya semakin aneh, maksudnya kami semakin masuk ke tempat yang agak… asing, yang tiba-tiba dikelilingi pohon-pohon.


Di-mak-si-mal-kan

Saya tidak tahu entah dari mana tiba-tiba di depan kami muncul terpal bambu. Eh, ada tulisannya. Apa itu? Oh info bahwa harga tiket Curug Ciawitali adalah Rp5.000,-. Tapi, mana penjaganya? Semua kosong, semua sepi. Bahkan mungkin teriakan orang yang baru saja ketiban kucing di ujung dunia sana bisa terdengar sampai sini karena sepinya.

Yowees, kami nyelonong.

Di dekat gerbang tiket ada WC umum berbayar, tapi hanya sebuah gubuk diberi terpal seadanya yang saya khawatir jika dicolek sedikit langsung rubuh. Apa ada airnya di dalam sana?

Oke curugnya… tunggu… kami disuruh belok kanan menjauhi sungai utama. Melewati jalur pesawahan yang lebih basah, sepertinya tidak ramah kaki jika sedang atau setelah turun hujan. Kemudian saya dengar sesuatu dari kejauhan… oh, suara yang saya kenal, yang kemudian saya dekati…

curug ciawitali

Tachaang!!! Eh, begini doang?

Ada fitur gubug gratis, bangku bambu dekat air terjunnya, tempat sampah, dan… tulisan, “ternyata Google tidak berhasil mencarikan jodohmu.”

Oh, come on, you’re just trying to be funny, aren’t ya?

Teman saya duduk, melihat saya yang mulai kesetanan melipir menuju curug. Untuk apa? Untuk foto-foto ini, tentu saja.

curug ciawitali curug ciawitali

Teman saya juga mau difoto melihat gaya memfoto saya yang mungkin lebih menyeramkan dari setan patah tulang. Akhirnya jadilah momen cekrek-cekrek di sana.


Say gutbai

Setelah itu apa? Saya minta pulang, dia juga minta pulang.

Di perjalanan pulang saya melihat banyak pengunjung yang pada mulai datang.

Di perjalanan pulang juga saya bersapa dan berramah-tamah dengan para petani sekitar.

Hujan terjadi setelahnya.

Okay, jam 4 sore-an saya pulang. Saya bertemu kamar 3×3 meter saya, dan menjerembab di atas kasur.

Tumben, postingan ini pendek, ya mungkin karena hanya seperti itu saja. What d’ya expect more?

Saya tebak postingan saya kali ini hanya memiliki durasi baca yang tidak lebih dari 4 menit. Tak masalah. C’aw…

EH, Sebentar!!! Teman saya belum mengirimkan video VLOGnya ke saya.


Galeri

curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali curug ciawitali

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Dramatis Sekebon: Garut, Curug Orok

    Berikutnya
    Nyaris Tewas: Lebak Banten, Curug Cihear


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas