Jam 2 Malam

urban legend by : anandastoon

Jam 2 Malam

Aku baru saja menempati indekos baru, berharap di sini lebih nyaman dari indekos sebelumnya.

Aku seorang programmer di sebuah perusahaan IT. Aku selalu diandalkan perusahaan karena aku dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat di saat karyawan lain banyak yang buntu dengan algoritma kodingan yang ditugaskan. Ini bukan sebuah kelebihan menurutku karena perusahaan seperti ‘memanfaatkan’ku dengan permintaan yang macam-macam. Mereka sering meledekku dengan sebutan si ‘Jenius’ atau ‘Dewa’ atau ‘Master’. Antara bangga dan tidak aku dijuluki seperti itu.

Inilah mengapa aku kerap tidur larut karena harus terus belajar dan mencari inspirasi. Semoga lingkungan indekos yang baru ini cukup mendukung untuk membuatku tetap fokus.

Namun suatu malam… tepatnya jam dua dinihari.

Aku penasaran dengan keributan-keributan yang tiba-tiba terjadi. Aku lihat banyak warga yang berkumpul di kamar yang paling ujung, kamar nomer 4 tepatnya. Aku masuk ke kerumunan namun tidak terlihat apa pun hingga aku berjinjit untuk melihat apa yang terjadi. Salah satu tetanggaku memberitahuku dengan berita yang cukup menggemparkan.

Penghuni kamar 4 dimutilasi. Potongan tubuh dan organnya terserak di seluruh kamarnya yang dipenuhi genangan darah. Tidak diketahui siapa pelakunya, bahkan hingga polisi menyelidiki dan menginterogasi seluruhnya. Aku juga tidak mendengar seseorang berteriak, kemungkinan pelaku memutilasi korban saat ia sedang terlelap.

Aku dan tetanggaku hanya menatap satu sama lain.

Malam-malam berikutnya aku tetap terjaga, demi tugas kantor yang harus diselesaikan. Kalian sudah paham, programmer selalu tidur malam, setidaknya sebagian besar. Aku sudah anggap tragedi kemarin sudah masa lalu.

Minggu berikutnya, kegemparan terjadi. Kali ini dari kamar 3. Lagi-lagi, penghuninya telah termutilasi dan pelakunya kembali tidak tertangkap. Waktu menunjukkan pukul 2 malam lewat, hanya berbeda beberapa menit dengan kejadian minggu lalu. Aku akhirnya sebagai seorang ahli IT menyarankan untuk memeriksa CCTV namun pihak indekos menggeleng. Tidak ada CCTV di indekos ini karena memang sewa per kamarnya murah. Para warga juga menganggap itu merupakan kejadian paling aneh yang terjadi di kampung mereka.

Kini hanya aku dan tetanggaku saja yang tinggal. Indekos ini hanya punya empat kamar.

Beberapa hari kemudian kami berbincang mengenai kejadian waktu lalu. Ketika kami bandingkan, ternyata kami tahu bahwa kejadiannya sama-sama setiap malam Rabu, dan malam besok kebetulan adalah malam Rabu. Tetanggaku menganggap kejadian kemarin hanya kebetulan karena kedua tetangga tersebut memang masih punya hubungan saudara. Mungkin ada pihak yang tidak senang dan membunuh mereka berdua. Aku baru tahu.

Tetanggaku adalah orang yang paling lama menetap di sini, empat tahun lebih.

Esoknya, aku cukup berdebar di kantor mengingat malam ini adalah malam Rabu. Setidaknya aku cukup optimis dan tetap melanjutkan kerjaku, mencoba untuk melupakan sejenak apa yang pernah terjadi. Apalagi tetanggaku sudah menjelaskan duduk perkaranya.

Aku sempat menyarankan tetanggaku untuk pindah indekos, namun dia menggeleng. Dia sudah sangat nyaman di indekos tersebut.

Malam itu aku gelisah, aku seperti biasa terjaga hampir setiap malam. Akhirnya tiba jam 2 malam, lewat. Aku membuka pintu kamarku, berharap-harap cemas.

Aku lihat seseorang mendatangi kamar tetanggaku, kemudian diiringi dengan satu per satu warga yang bermunculan, hingga para warga berkerumun tepat di depan kamar 2, tetanggaku itu. Benar, dia sudah termutilasi secara sempurna, dan pelaku seperti biasa melakukan pekerjaannya dengan sangat rapi, tidak terlacak sama sekali.

Aku dan para warga akhirnya menyadari bahwa tinggal akulah satu-satunya penghuni indekos ini yang masih tersisa. Warga menyarankanku untuk segera pindah indekos karena khawatir akan ada korban berikutnya. Pemilik indekos bahkan mengembalikan uang mukanya kepadaku seluruhnya.

Siangnya aku mengepak barang-barangku mencari indekos yang lain, berharap aku bisa lebih fokus dengan kerjaanku selanjutnya. Oh, pastinya kau tidak ingin bertanya bagaimana aku mendapat inspirasi dalam mengoding bukan? Mereka benar, aku memang benar-benar jenius dalam merencanakan semuanya. Semoga indekos berikutnya memiliki banyak kamar.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya cerita seram? Yuk di-share ke Anandastoon.
Klik di sini untuk panduannya. 👍

  • Sebelumnya
    Horor Pendek 29 : Video Call

    Berikutnya
    Bukan Tur Mistis: Bogor, Curug Cikaracak


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor