Sahabat Karib
urban legend by : anandastoon
Aku memiliki seorang sahabat sejati yang telah bersama sejak kecil. Kami bahkan hingga menjadi mahasiswa pun masih selalu bertemu dan bercengkrama. Dia sangat berarti bagiku karena memang dia selalu membantuku jika ada kesulitan. Namun ternyata apa yang sering dikatakan oleh orang-orang memang benar, bahwa sebahagia apapun persahabatan yang telah dijalani, tidak ada jaminan bahwa hal tersebut akan berakhir pula dengan kebahagiaan.
Kami adalah mahasiswa dari suatu perguruan tinggi yang memiliki asrama. Hal ini sengaja disediakan oleh pihak kampus karena lokasi kampus yang cukup terpencil dari pemukiman dan karena banyak mahasiswa yang berasal dari luar kota, yang salah satunya adalah kami, yakni aku, dan sahabat karibku.
Suatu kebetulan lagi, bahwa ternyata jurusan kami sama, begitu pula dengan kamar kami. Aku semakin tidak khawatir lagi berada di luar kota demi menempuh sebuah jenjang pendidikan.
Hingga pada suatu hari, ada seseorang mahasiswi dari asrama putri, yang sangat cantik, membuat hatiku berdebar-debar. Aku menceritakannya kepada sahabatku, dia hanya tersenyum. Aku hanya mengetahui bahwa mungkin inilah namanya cinta, setiap harinya aku selalu memperhatikan dan mengikutinya diam-diam. Terasa dorongan dari dalam hatiku untuk menyampaikan rasa cinta ini, minimal dengan menyapanya.
Sampai pada suatu hari, aku dan dia bersama-sama makan di kantin, rencananya aku akan berjalan berpapasan dengannya dan mengucapkan sebuah kata pengantar. Eh, bukan, sebuah kata sapaan. Mohon maaf bahasaku menjadi begini karena memang sebentar lagi aku akan menjalani skripsi. Kemudian aku melihatnya bangkit dari kursi, telah menyelesaikan makannya. Dengan sedikit ragu dan agak tergesa-gesa akupun bangkit dan segera menjalankan rencanaku.
Ketika aku akan berjalan menuju dia, kulihat dia juga berjalan menuju seseorang sambil tersenyum dan menyapanya. Yang ternyata selanjutnya kulihat bahwa seseorang itu adalah sahabatku sendiri. Bahkan kulihat dengan jelas bahwa mereka berjalan sambil bergandengan tangan, dan beberapa mahasiswa lain menyorakinya sedikit. Mereka ternyata sudah berpacaran, aku hanya diam membeku memperhatikan mereka. Hal ini sulit dipercaya. Pupuslah harapan dan rasa cintaku.
Akhirnya aku menyemangati diriku sendiri bahwa sahabatku pantas menerima semua itu. Aku sebisa mungkin bertekad bahwa jangan sampai persahabatan yang telah terjalin dari kecil ini hancur hanya karena sebuah cinta yang bertepuk sebelah kaki. Lagipula sahabatku telah membantuku akan banyak hal, mungkin inilah saatnya aku berterima kasih kepadanya dengan mengikhlaskan mahasiswi itu.
Beberapa minggu kemudian, aku mendengar suara aneh dari luar. Tidak lama kemudian aku mendengar suara gaduh yang cukup banyak. Aku juga melihat orang-orang berkerumun di depan asrama. Aku penasaran dan segera keluar, berjalan menuju tengah kerumunan. Begitu tahu apa yang terjadi, aku sangat kaget.
Sahabatku telah tergeletak di tanah dengan kepala yang penuh dengan darah, yang menurut kabar dari mahasiswa lain sepertinya ia terpeleset dari lantai paling atas ketika sedang menjemur pakaian. Aku lemas, masalahnya hal ini terlalu tiba-tiba. Ia bahkan sudah meninggal di tempat karena aku dan mahasiswa lain tidak merasakan lagi denyut nadinya. Sudah, aku telah kehilangan sebuah hal yang penting dalam hidupku.
Esoknya di kantin ketika aku sedang makan, aku melihat mahasiswi pacar almarhum sahabatku tiba-tiba datang kepadaku dan bertanya perihal dia. Aku menjawab bahwa aku adalah sahabatnya dari kecil. Aku melihat bahwa dia sangat sedih paska tragedi sahabatku tersebut. Dan aku berkata bahwa aku juga sangat menyayangkan peristiwa tersebut mengingat sebentar lagi akan dilaksanakannya sidang skripsi dan wisuda. Lalu setelah aku mendengar banyak dari mahasiswi tersebut, aku baru tahu bahwa almarhum sahabatku telah berpacaran dengannya dari sejak lama dan banyak pula pengorbanan yang telah diberikan oleh sahabatku untuknya.
Hari demi hari mahasiswi itu mulai sering menemuiku, curhat atas masalahnya, membuat kami semakin dekat hingga akhirnya kami benar-benar jadian setelah wisuda. Aku bukan tipe orang yang berlama-lama dalam menunggu, maka tidak sampai kurun tiga bulan dilaksanakanlah pernikahan kami. Aku melihat kedua orang tuaku berbahagia, juga kedua orang tuanya. Aku hanya masih terngiang-ngiang akan mendiang sahabatku.
Beberapa malam kemudian, aku merasa tidak nyaman. Setiap malam terdengar ada yang memanggil-manggil namaku, suaranya seperti⦠almarhum sahabatku. Namun istriku tidak pernah mendengar sesuatu yang aneh, hanya aku. Aku jadi ketakutan sendiri. Malam demi malam, suara panggilan itu semakin jelas dan semakin jelas. Bahkan kini terdengar seperti dari depan pintu. Aku yang ketakutan lagi penasaran entah kenapa tergerak berjalan menuju pintu. Hingga akhirnya pintu kubuka dan aku menemukan sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.
Aku sangat terkejut. Di depanku telah berdiri sesosok makhluk menyeramkan yang sangat kotor dan penuh tanah, tubuhnya sudah hampir tidak berbentuk dan matanya hampir lepas. Dia berkata dengan sangat marah kepadaku,
βKembalikan kekasihku! Teganya kau merebutnya dariku!β
Aku pingsan.
Esok paginya masih teringat jelas kejadian semalam. Istriku bertanya-tanya perihal apa yang terjadi. Aku hanya menggeleng dan berkata bahwa aku libur kerja hari ini karena ada suatu urusan penting di daerahku. Akupun segera bergegas pergi menuju desaku, tepatnya menuju makam sahabatku.
Lalu kutaruh bunga di atas kuburannya sambil menyesal dan meminta maaf.
Andai aku tidak mendorong sahabatku waktu itu.