Ini adalah kisah yang saya alami sendiri sewaktu mengadakan perjalanan mudik ke Majalengka namun tidak melalui jalur Pantura, melainkan lewat Cipendeuy Subang yang mana hampir setiap ruas jalannya dipenuhi kebun karet dan pepohonan rindang.
Pada saat itu masih pagi menjelang siang, di mana panorama yang terlihat memang cukup asri dan menyejukkan di bawah pohon-pohon yang rindang. Mobil yang dikendarai oleh kakak ipar saya melaju dengan lancarnya tanpa suatu hambatan yang berarti menuju kampung halaman kami yang terletak di Majalengka.
Pada saat itu kami masih belum memakai sistem GPS yang dapat dilihat di Google Maps melalui smartphone, karena itu kami masih manual mencari petunjuk jalan yang ada. Tak lama kemudian ada petunjuk jalan yang bertuliskan bahwa Majalengka masih 75 KM lagi seingat saya.
Begitu sudah mengetahui petunjuk jalan, dengan tenang mobil melaju ke arah tujuan. Pemandangan kanan kiri hanyalah pepohonan rindang, tidak lebih dari itu. Namun, di tengah-tengah kakak saya yang merupakan istri dari kakak ipar saya selaku pengemudi berkata kepada saya,
“Nan, kamu lihat anak kecil sedang membelakangi kita di antara pepohonan yang rimbun itu?”
Saya menjawab, “Nggak, ah.”
“Itu, jelas banget.”
Saya tetap tidak melihatnya. Jujur saya akui memang kakak saya memiliki suatu kelebihan di mana dia bisa melihat makhluk halus. Menurutnya, sosok anak kecil tersebut hitam, mirip Tuyul. Saya pun percaya tidak percaya hal itu serta tidak mengacuhkannya.
Telah satu jam lebih kami berkendara mengikuti jalan yang ada, di mana pemandangan masih tidak berubah, yaitu jalanan yang di kelilingi pepohonan yang rindang. Hingga dari jauh terlihat petunjuk jalan lagi, dan kami ingin melihat untuk arah Majalengka berapa kilo lagi. Karena kami berpikir setelah satu jam lebih berkendara dengan kecepatan yang cukup stabil maka jumlah sisa jarak akan berkurang drastis.
Ketika cukup dekat kami langsung membaca seksama petunjuk jalan itu di mana ia bertuliskan,
“Majalengka … 75 KM”