Bermula dengan musik-musik yang saya temukan akhir-akhir ini, yang hanya bisa bertahan dalam poket saya, paling lama hingga dua minggu. Ketika saya sudah bosan dengan musik-musik zaman sekarang yang, meski nadanya enak, namun saya hanya menilai kebanyakannya flat dan tidak menginspirasi, saya lebih memilih mendengarkan lagu game jadul dan lagu-lagu lawas.
Sampai akhirnya saya ingat bahwa ibu saya pernah memutar lagu-lagu evergreen, salah satunya ABBA. Jadilah saya mengoleksi lagu-lagu lawas tersebut, dan saya tidak kecewa. Hingga akhirnya tiba giliran ABBA yang saya koleksi.
ABBA adalah sebuah grup musik (bukan grup band) yang memiliki 4 anggota yang inisial nama mereka menjadi nama grup tersebut. Dua orang pencipta lagu dan lirik, Benny dan Bjรถrn dan dua orang diva, Agentha dan Anni-Frid. Mereka memiliki kesuksesan karir dalam bermusik yang unik sehingga album-album mereka terjual hingga ratusan juta salin di seluruh dunia, hampir menyamai rekor Michael Jackson.
Tadinya saya hanya mengenal ABBA sebatas Mamma Mia, dan lagu legenaris I Have A Dream yang pernah dicover oleh West Life bagi kalian anak-anak ’90-an yang masih bahagia dengan masa-masa itu. Tetapi kenyataannya saya justru semakin menyelami lagu-lagu ABBA lebih dalam dan mendapatkan nutrisi melodi yang mungkin hingga membuat memori smartphone saya muntah.
Saya masih mendengarkan lagu-lagu ABBA hingga kini, bahkan saya masih menemukan lagu-lagunya yang siap saya konsumsi hari ini. Saya berpikir, mengapa lagu-lagu jadul terkhusus ABBA ini begitu tidak bosan untuk didengarkan berkali-kali, setiap hari?
Sedang sedih? Sedang butuh motivasi? Sedang sedih dan butuh motivasi? Sedang berbahagia? Ingin mendapatkan momen horor? Ingin mendapatkan momen ceria? Cari lagu untuk travelling? Cari lagu untuk jogging? Ide mentok? Sedang melankolis? Perasaan sedang campur aduk?
DUAR! ABBA memiliki seluruh lagu tersebut. Saya katakan bahwa pengarang melodi dan lirik ABBA, Benny dan Bjรถrn, adalah musikal yang jenius. Ini mengingatkan saya kepada musikus asal negeri ini, Ahmad Dhani, yang komposisi musiknya begitu kompleks saat masih berkarir di Dewa 19.
Total hingga 30 lagu ABBA mendarat mulus di folder musik smartphone saya, dengan hampir seluruhnya memiliki tema dan melodi yang berbeda, menyesuaikan keadaan musiknya pada saat itu. Jadi seakan-akan saya mendengarkan 30 musik dari 30 grup band yang berbeda, dengan vokal yang sama.
Kebanyakan hari ini mungkin kita mendengarkan musik yang hanya berhubungan dengan cinta dan sesuatu yang sedikit tidak realistis. Sebenarnya ABBA juga memiliki banyak lagu yang berhubungan dengan cinta, namun kemasannya begitu erat dengan kehidupan pribadi para pendengarnya. Bagaimana musik-musik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seorang artis, juga dapat menyatu dengan para pendengarnya?
Jawabannya mudah, ABBA menyanyikan lagu yang berhubungan dengan kehidupan normal, yang kemungkinan besar juga akan dialami oleh para pendengar setianya.
Di luar cinta, pun masih banyak lagu-lagu ABBA yang berhubungan dengan orang yang terperangkap dalam kesuksesan, lagu mengenai orang yang tidak menepati janji, lagu tentang dua kepribadian, lagu tentang deadline pekerjaan, lagu tentang introspeksi diri, lagu tentang travelling, dan lain-lain.
Bahkan lagunya yang berjudul “Happy New Year”, yang sempat saya kira lagu tentang pesta hura-hura yang tidak jelas, ternyata musiknya sukses menampar saya hingga berhari-hari. Lagu tersebut bertanya tentang, bagaimana seseorang dapat berbahagia dengan pesta yang sebentar dan harapan-harapan baru di malam tahun baru sedangkan dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mewujudkan impian-impiannya yang telah ia buat juga di tahun-tahun sebelumnya hingga satu dekade telah berlalu?
Siapa sangka lagu happy Angel Eyes yang nadanya begitu ceria ternyata bercerita mengenai seseorang yang disakiti karena terjebak tatapan mata palsu seorang lelaki?
Saya masih terkesan bagaimana Anni-Frid menyanyikan lagu perceraiannya dengan Benny dengan nada yang bersemangat dan tidak terdengar seperti sebuah lagu perceraian yang sebenarnya sangat menyedihkan. When All Is Said And Done, begitu judul lagunya.
Kejutan-kejutan mini lainnya saya temukan di liriknya seperti lagu Happy New Yearnya tersebut, yang membuat saya harus introspeksi diri saya jauh lebih dalam.
Selalu ada saja yang ingin saya lakukan ketika saya mendengarkan sebuah lagu ABBA. Pikiran saya tiba-tiba menjadi liar, menyebabkan saya mendapatkan ide-ide yang dapat saya terapkan untuk memecahkan masalah saya ketika bekerja. Bahkan lagunya yang berjudul I Let The Music Speak, membuat saya lebih bersemangat menulis konten-konten horor di blog ini hehe…
Beberapa lagu ABBA berhasil memberikan inspirasi kepada saya selama dan setelah melakukan travelling, mengenai bagaimana efek foto yang akan saya terapkan untuk setiap foto-foto jalan-jalan saya pada saat itu.
Belasan foto terakhir saya di Instagram saya adalah hasil efek yang saya buat ketika mendengarkan beberapa lagu-lagu ABBA. Saya bahkan mengatur semua settingnya sendiri, tanpa melihat tutorial dan menggunakan template efek, hanya bermodal inspirasi dari musik-musik mereka.
Mungkin karena jadul atau entah, meskipun kostum mereka mungkin aneh-aneh seperti Lady Gaga dalam beberapa musiknya, namun mereka benar-benar tampil dan bergaya natural.
Walaupun ada musik yang mengandung kata “sex” dan beberapa video klip yang sedikit bertema dewasa meski masih dalam tahap wajar, namun hampir semua tampilan dan gaya mereka benar-benar natural dan menunjukkan bahwa mereka, para artis termasyhur di zamannya, bertindak pula sebagaimana masyarakat biasa.
Bahkan dalam video klip musik mereka yang berjudul Head Over Heel, video klipnya benar-benar menceritakan seorang perempuan yang terpengaruh tren dan gemar berbelanja banyak hingga merepotkan suaminya. Pemerannya dari ABBA itu sendiri, dengan alur video yang tidak bosan untuk ditonton, meskipun saya kurang suka musiknya hehe…
Melakukan dengan terbalik? Maksudnya ABBA itu sebenarnya adalah manusia kelelawar? Bukan, tentu saja.
Maksud saya, ketika sebagian besar grup musik lain melejit di awal dan kemudian meredup semakin ke sini (uhuk Radja, uhuk Samson, uhuk Letto, uhuk uhuk…), ABBA melakukannya dengan terbalik. Album pertama hingga ketiga mereka justru memiliki banyak musik yang saya jujur, saya sangat tidak suka. Bahkan album pertama mereka, Ring Ring, menuai banyak penilaian dari publik sebagai album yang paling buruk untuk standar ABBA.
Musiknya bahkan menjadi semakin dewasa dan banyak makna hingga menjadi biggest hits, justru ketika masing-masing dari mereka berseteru dan bercerai. Sangat disayangkan, tapi hikmahnya begitu. Namun bagi kalian yang ingin menjadi musisi jangan coba-coba bercerai untuk membuat lagu kalian semakin dinikmati ya… please, jangan.
ABBA hanya memanfaatkan kesempatan untuk membuat sebuah masterpiece, walau di saat yang paling pahit sekali pun.
Dulu jika saya mendengarkan musik ABBA, saya mendengarkannya di tape recorder yang harus saya putar dahulu pitanya menggunakan pensil, hanya untuk mendengarkan musiknya yang berjudul One of Us di side Bnya.
Kebanyakan orang bilang, side B itu hanya berisi filler album yang memang bonus yang tidak didengar pun tidak apa karena hanya untuk mengisi musik-musik singlenya yang berhasil menjadi hits yang sangat hebat. Bahkan beberapa album pemusik, lagu-lagu yang enaknya mungkin hanya satu atau dua, sisanya bahkan hanya cover lagu-lagu lain.
ABBA tidak, lagu-lagu yang mengisi smartphone saya sekarang kebanyakan dari Side-Bnya menurut Wikipedia. Justru banyak musik Side-Bnya yang seharusnya lebih terkenal daripada lagu-lagu singlenya.
ABBA seakan-akan ingin memberitahu bahwa musik itu adalah tentang melodi. Instrumen apa pun jika berada di tangan orang yang tepat dapat menjadi sebuah penunjang lagu yang benar-benar mendongkrak popularitas lagu tersebut, meskipun hanya sebuah gitar bass.
Banyak musiknya yang hanya bermodal piano, gitar, dan sedikit instrumen penunjang saja, terdengar seperti musik yang kaya instrumen. Bahkan banyak instrumen-instrumen tersebut yang menghasilkan melodi yang juga dapat dinikmati sekali pun tanpa vokal utamanya.
Saya hampir tidak bisa menemukan musik yang berbicara masalah waktu sebagai musik yang gagal, dan ABBA memiliki banyak lagu yang peduli masalah waktu. Bahkan dalam musiknya yang berjudul Dancing Queen, yang sekilas bertema tentang ajep-ajep dan klub malam, saya menangkap ada makna waktu di dalam liriknya. Seperti, mumpung kita masih muda, kita masih kuat dalam melakukan semuanya, maka lakukanlah hari ini juga sebelum nanti kita hanya bisa menyaksikan orang lain merebut mimpi kita.
Yang paling parah ya, yang seperti saya sebutkan tadi, Happy New Year, menjadi salah satu lagu ABBA yang ‘paling menyeramkan’ dalam hidup saya.
Inilah mungkin mengapa banyak musik-musik sekarang, yang walaupun nadanya enak nan asik, namun tidak dapat bertahan lama mendarat di ponsel kita.
Menurut orang-orang yang berkomentar di Youtube, hari ini banyak musisi yang bermusik karena tuntutan industri, bukan lagi murni dari hati kecuali beberapa saja. Lagu terakhir yang benar-benar bertahan lama, hingga dua tahun saya dengarkan, adalah lagu-lagu Disney, dengan single terakhirnya yang berjudul Let It Go, iya, si Elsa itu.
Saya entah kenapa meyakini beberapa lagu mereka menjadi nenek moyang dari banyak lagu-lagu Anime yang mungkin sering kalian dengarkan.
Beberapa anime memiliki pola lagu yang sama persis dengan ABBA, yang justru saya menyadarinya sebelum saya menyelam lebih jauh menyusuri lautan lagu-lagu ABBA. Contohnya Our Last Summer, I’m A Marionette,ย dan Lay All Your Love On Me yang salah satunya paling mirip dengan lagu-lagu Anime.
Terbukti, ABBA sering melakukan tour ke Jepang pada zamannya.
Kalau kita pikir ulang, pada zaman dulu, banyak karya musik, desain, game, dan sebagainya, baik dari dalam negeri atau luar negeri yang berkesan dan tidak bosan-bosannya kita nikmati hingga hari ini. Saya pernah membahas hal tersebut pada postingan berikut…
Baca juga postingan saya mengenai 10 alasan mengapa saya tidak bosan dengan kartun Disney.
ABBA memang lagu2 everlast.