Perilaku Anak Muda

Waktu itu saya baru pulang, dan melihat ibu penjaga indekos sedang terduduk sedih di atas lantai. Saya sontak bertanya kepada sang ibu yang sudah cukup tua tersebut mengenai apa yang terjadi.

Beliau bilang, ada anak kos, masih terhitung baru, berisiknya luar biasa sepanjang waktu. Padahal beliau sedang istirahat pada saat itu.

“Apa salah saya menegur dia?” Tanya sang ibu sambil menunduk sedih.

Tadinya saya ingin memaklumi perilaku anak kos bermasalah tersebut dengan menoleransinya, tapi saya berubah pikiran dengan cepat.

“Tegur saja Bu, ibu tidak salah.” Hibur saya dengant tegas.

Saya tidak tahu, saya hanya merasa anak-anak muda hari ini (yah, meski saya juga masih terhitung anak muda ๐Ÿคญ) memiliki tata krama yang jauh lebih rendah jika saya bandingkan sewaktu saya masih sekolah dahulu.

Betul bahwa memang zaman dulu -pun- ada anak-anak muda yang tidak bermoral, tapi alasan itu hanya menunjukkan ketidakpedulian kita dengan keadaan saat ini.

Saya menjelajah di internet, baik berbahasa Indonesia atau pun Inggris, ternyata memang banyak sekali yang mendukung hal ini.

Bahkan termasuk di dalamnya dari negara maju seperti Jepang dan Singapura, yang merasa para generasi mudanya sudah dan sedang memiliki kemerosotan etika.

Ada apa? Apa yang membedakan anak muda hari ini dengan anak muda waktu ‘zaman saya’ dulu?

Saya sendiri berasal dari kalangan gen Y, dan kebanyakan anak muda yang saya maksud di sini adalah dari gen Y itu sendiri, gen Z, atau lebih muda dari itu.

Oh iya, sebelum saya mendapatkan ocehan, “Kan nggak semua anak muda begitu…”

Saya jawab di muka, “Justru saya mau bahas yang begitunya karena jumlahnya sudah cukup memprihatinkan. Apa harus menunggu semua begitu dulu baru mau peduli?”


1. Kondisi mempertahankan

Banyak yang bilang, bahwa mempertahankan itu jauh lebih sulit daripada meraih sesuatu.

Mengapa lebih sulit? Tentu saja karena saat kita telah mendapatkan sesuatu, seringkali kita lupa dengan masa-masa perjuangan kita meraih sesuatu tersebut.

Contohnya, sewaktu kita sedang dalam masa-masa sedih, telinga kita begitu mudah untuk mendengar saran orang lain. Namun ketika masa sedih itu berakhir, telinga kita kembali mengeras dan kembali berbuat sesuka hati kita.

Nenek saya (almh) selalu bercerita bagaimana kondisi zaman dahulu yang masih minim penerangan dan pemukiman yang masih sangat berjarak. Karena itulah nenek saya mendidik ibu saya dengan pendidikan yang keras dan jadwal yang ketat.

Apalagi beliau masih terasa masa-masa suramnya berlindung dari para penjajah (Jepang).

Hal yang sama juga terjadi kepada saya, dan saudara-saudara saya. Agenda harian sudah tertera dan kami wajib mematuhinya.

Wajib tidur siang, pulang main sebelum pukul 17, mengaji, makan malam, dan belajar setelah itu, dan pada akhirnya wajib tidur pukul 21. Semuanya tetap berlangsung hingga saya lulus SMA.

Hari ini, saat malam pun saya masih melihat banyak anak-anak sekolah berkeliaran di mal dan pinggir-pinggir jalan. Berpakaian semau mereka, seakan tidak ada yang mendidik.

Saya yakin orang tuanya tidak tahu bagaimana keadaan anak-anak mereka di jam-jam itu.

Percaya atau tidak, sewaktu saya touring ke daerah Cianjur dan tiba di sana saat tengah malam, di samping saya ada beberapa bocah yang muntah di atas sepeda motor. Kata teman saya, mereka sedang mabuk alkohol.


2. Trauma masa lalu

Tahun 2017 lalu, sewaktu heboh-hebohnya kejadian murid yang memenjarakan gurunya, saya memiliki pandangan berbeda dari yang lain.

Saya tidak menyalahkan sang murid sama sekali, melainkan orang tuanya.

Beberapa orang tua mungkin masih menyimpan dendam sebab ketika di sekolah dahulu mereka sering mendapatkan hukuman fisik dari guru mereka. Karena itulah para orang tua tidak ingin hal yang sama terjadi kepada anak-anak mereka.

Saya ingat pernah memiliki guru yang amat galak. Saya bahkan pernah mendapatkan cubitan dan pukulan dari sang guru. Namun apakah saya mengadu? Tidak tentu saja, yang ada justru saya mendapatkan hal yang lebih parah dari orang tua saya.

Sekarang bagaimana nasib guru tersebut? Keponakan bersekolah di sekolah yang sama dengan saya dulu, dan ia bercerita yang ternyata sang guru masih mengajar di sana, di kelasnya.

“Oh, kalau ada anak bandel, ibu guru cuma menepuk tangannya sambil senyum-senyum saja.”

Wah, kemana sifat galaknya yang dulu?

Beberapa guru bahkan terlalu takut untuk menyusun jadwal piket untuk anak-anak murid mereka karena orang tuanya tidak rela melihat anaknya memegang sapu.


3. Orientasi gengsi

Saya akui, seluruh orang tua ingin melihat anaknya sukses. Namun sayangnya, beberapa orang tua tidak tahu bagaimana caranya dan cenderung menanamkan gengsi kepada anaknya sedari dini bukannya budi pekerti.

Banyak orang tua yang bangga anaknya yang masih kecil dapat mengendarai sepeda motor tidak peduli bagaimana perilaku anaknya di jalanan.

Alasan para orang tua yang hanya mengajarkan gengsi adalah karena mereka sendiri tidak memiliki manfaat kepada orang lain, jadi tidak tahu cara mengajarkan itu kepada anaknya.

Jangan heran jika banyak generasi hari ini yang lebih mengedepankan ego daripada kepedulian mereka untuk berkontribusi kepada sesama.

Oh, saya ingin bercerita, ketika saya masih duduk di bangku SD, saya memiliki konsol Nintendo untuk saya mainkan dan saya pamerkan kepada teman-teman sekolah.

Tetapi ibu saya ternyata secara keras hanya mengizinkan saya bermain game Nintendo hanya saat libur sekolah saja agar tidak mengganggu jam belajar saya.

Sementara itu terakhir kali saya ke warnet, banyak anak-anak kecil yang bermain game online sembari mengeluarkan kata-kata kasar yang jika saya melontarkan itu di usia mereka, orang tua saya pasti akan menampar saya.

Yang lebih parah, beberapa orang tua bukan hanya mengajarkan anaknya untuk mendominasi lingkungan dengan cara yang tidak-tidak, mereka juga mengajari anaknya membuat-buat alasan dan drama saat masyarakat menegur mereka. Playing victim, istilahnya.

Bukan hanya sekali dua kali saya melihat orang yang lebih muda dari saya berbuat seenaknya dan mengatur-atur orang lain semaunya. Namun saat mendapatkan teguran dari orang lain, ia justru membela diri dengan cara paling tidak sopan yang dapat kita bayangkan.

Padahal orang-orang seperti itu tidak memiliki kontribusi atau bahkan manfaat sama sekali di sekelilingnya.

Apa itu namanya kalau bukan sampah masyarakat? Sayang, usia mereka masih begitu muda.


4. Ketidaksiapan generasi

Internet bisa menjadi penyokong terbesar anjloknya tata krama anak muda.

Kemudahan dan kecanggihan yang kita dapat, di mana itu seharusnya menjadi sebuah anugrah, namun kenyataannya justru menjadi malapetaka bagi sebagian orang.

Hal itu terjadi hanya karena beberapa dari kita tidak siap menghadapi kemudahan dan kecanggihan zaman ini.

Masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya, beberapa orang tua zaman sekarang hanya dapat berbangga saat anaknya mengerti teknologi di usia dini, tanpa tahu apa yang anaknya lakukan dengan teknologi tersebut.

Rasa malu saya berkecimpung saat melihat anak-anak muda kita yang baru sedikit bisa berbahasa inggris mencemari halaman-halaman internet dengan bahasa kasar dan tak berbudaya.

Mereka tidak peduli dengan itu karena memang orang tua mereka tidak pernah mengajarkan mereka sebab tidak acuh atau tidak siap dengan ini.

Apalagi sosial media telah banyak sekali memberikan pengaruh negatif yang membuat para anak muda menjadi malas dan tidak bermoral.

Sejujurnya saya sudah lelah mewawancarai banyak pelamar kerja muda yang ternyata ingin bergaji tinggi, kerja santai, namun minim usaha dan etos kerja.

Kalau kita ingin bereksperimen sosial, fakta di lapangan anak-anak muda hari ini lebih memilih konten sesuai selera mereka saja. Maka dari itu banyak sekali para anak muda yang lebih memilih konten hiburan receh daripada konten bermanfaat yang memang esensial dan penting bagi kehidupan mereka sendiri.

Kemudahan dan kecanggihan yang seharusnya meringankan kinerja penggunanya, justru dijadikan senjata oleh para anak muda sekarang agar dapat menghindari kerja. Tidak heran orang-orang menyebut generasi sekarang begitu entitled (manja).


5. Kurangnya pahlawan

Jika saya tanya, siapakah pahlawan nasional Indonesia? Saya yakin kita dapat menjawab bukan cuma satu, melainkan banyak tokoh.

Tetapi jika konteksnya saya katakan pahlawan di masa kini? Mungkin beberapa dari kita berpikir dua kali.

Nyatanya memang seperti itu, kemudahan dan kecanggihan yang kita alami sekarang tak terasa membuat kita semakin lemah dan lunak. Akibatnya, banyak perilaku anak muda masa kini yang seringkali kita berikan toleransi berlebih.

Beberapa orang, bahkan pria berbadan kekar sekali pun, akan ciut nyalinya untuk menegur anak muda yang berperilaku kurang ajar meski hanya seorang gadis. Bahkan beberapa kali saya melihat para gadis muda yang dengan beraninya mengatur-atur pria besar dan para pria tersebut mencari aman dengan mengalah.

Cukup sering saya melihat, sekali pun ada orang yang berani menegur perilaku anak muda yang kurang beretika, yang mendapatkan teguran justru jauh lebih jahat kepada sang penegur, bahkan menyuruh teman-temannya untuk ‘mengeroyok’ orang malang tersebut.

Yang lebih menyedihkan, masyarakat tidak dapat berbuat banyak untuk membela sang penegur malang yang mendapatkan teror dari yang ditegur.

Bahkan anak-anak muda yang bermasalah justru mendapatkan privilege atau keistimewaan dari orang sekitarnya berupa toleransi lebih atau semacamnya yang membuat mereka menjadi semakin kurang ajar.

Pada akhirnya, orang yang berkuasa menegur akan berpikir dua kali untuk memberikan teguran sebab risikonya bukan hanya ia akan mendapatkan serangan balik, melainkan ia juga tidak akan mendapatkan dukungan dari warga sekitar.

Tak heran presiden pertama Ir. Soekarno pernah melontarkan,

โ€œPerjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.โ€

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
๐Ÿค— Selesai! ๐Ÿค—
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. ๐Ÿ’—

  • Sebelumnya
    Tips Lebih Bahagia 34: Memilah Teman

    Berikutnya
    Ingin Gampang Dapat Kerja? Simak Tips dari CTO


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. ๐Ÿ˜‰

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. ๐Ÿ˜Š


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. ๐Ÿ˜‰

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. ๐Ÿค—

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. ๐Ÿค—

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll ๐Ÿ‘‡

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. ๐Ÿ”ฎ

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? ๐Ÿ˜ฑ Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.