Judulnya sengaja saya buat sedikit clickbait hehe. Tapi sebenarnya, skill atau kemampuan berikut bukan hanya yang paling dicari di 2023, namun juga di tahun-tahun yang lain.
Mengapa 2023? Karena memang tahun artikel ini terbit adalah di 2023, bahkan masih belum begitu jauh dari tahun baru kemarin, alias masih di Januari.
Saya ‘berani’ dan dengan percaya diri menuliskan judul seperti ini semenjak saya menjadi seorang CTO (Chief Technology Officer) atau direktur IT.
Nah, sebenarnya saya sendiri sudah sangat kelelahan dalam mengerjakan banyak tugas sekalipun. Jadi bukan hanya mengoding, namun juga mengatur, me-manage, melakukan penyeimbangan fitur, melayani pelanggan, dan mengurus sebagian server.
Belum lagi jika ada sesuatu yang darurat/urgen, saya harus selalu standby untuk segera membetulkan masalah yang terjadi.
Maka dari itu saya perlu beberapa asisten, yang kemudian mereka kita sebut dengan “karyawan”. Saya tebarlah lowongan dengan bantuan divisi bisnis.
Dan coba tebak, dari seratus lebih lowongan masuk, hampir tidak ada yang bisa saya terima. Kenapa? Memang apa dan siapa yang saya cari? Bukankah saya bersedia mencari karyawan?
Itulah yang melandasi saya menulis artikel ini. Skill apa yang memang banyak perusahaan cari di 2023?
Beberapa teman saya ada yang juga sama-sama pengusaha. Bahkan beberapa klien atau customer atau pelanggan saya, kebanyakan dari mereka adalah pengusaha.
Saya berdiskusi dengan beberapanya dan memang ada salah satu skill yang paling dicari oleh mereka.
Saat ada pengusaha atau setidaknya bagian humaniora/HRD yang mengeluh mencari karyawan itu sangat sulit, dahulu saya hingga memiringkan muka karena tidak mempercayai itu. Secara, pengangguran masih sangat banyak. Masak sih, tidak ada satu yang menempel?
Hingga akhirnya saya merasakannya sendiri.
Yes, banyaknya pengangguran tidak menjadikan perekrutan SDM semakin mudah.
Jika kita lihat di situs-situs lowongan kerja, hampir setiap jenis pekerjaan, dari mulai pekerjaan dalam hingga luar ruangan, teknis hingga seni, dengan atau tanpa komputer, staf junior hingga senior, semuanya membanjiri halaman pencarian.
Di tengah saya menulis artikel ini, saya membuka situs JobStreet untuk memastikan.
Ternyata benar, di Jakarta itu sendiri ada 15.000 lebih lowongan pekerjaan untuk segala bidang.
Tiba-tiba hal ini membuat saya terpikirkan sesuatu.
Jika banyak pengangguran terjadi tatkala lowongan-lowongan kerja banyak yang membanjiri jagat maya, artinya ada yang salah dari para pengangguran tersebut.
Beberapa orang yang menganggur terkadang dengan frustasinya mencari-cari apa kemampuan atau skill yang paling dicari oleh banyak perusahaan.
Mereka rela meninggalkan zona nyaman mereka, mendalami skill tersebut dengan susah payah demi mendapatkan sesuap nasi.
Padahal sebenarnya, meninggalkan zona nyaman bukanlah sesuatu yang saya rekomendasikan.
Selain seseorang akan asing di zona yang baru, jati dirinya akan tergerus serta bahkan dapat tersesat seumur hidupnya di zona liar yang ia dalami tersebut.
Mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan dengan zona nyaman kita tanpa menyalahi prinsip zona nyaman yang ada, saya pernah bahas di sini.
Saya membuka pertanyaan di Instagram Story, mengenai apa skill banyak perusahaan buru. Jawaban para pemirsa sebenarnya tidak membuat saya heran, namun saya tetap mengernyitkan dahi.
Di antara mereka ada yang menjawab “Marketing”, “Data analis/saintis”, “IT”, dan lain sebagainya.
Hanya ada satu yang menjawab benar. Dan orang itu memang sering menyimak story-story saya sebelumnya jadi dengan mudah ia dapat menjawab benar.
Dan jawaban tersebut sangat saya apresiasi.
Mungkin jika saya tanya pertanyaan mengenai apa skill yang paling dicari perusahaan di 2023? Saya yakin sebagian besar kalian akan menjawab hal-hal serupa seperti jawaban-jawaban di paragraf sebelumnya.
Seperti yang kita telah ketahui, ada dua macam skill, hard skill dan soft skill. Hard skill adalah bidang kerja, seperti “IT”, “marketing”, “arsitek”, “seniman”, “kreator konten” dan lain sebagainya.
Sedangkan soft skill adalah akhlak, etika, atau perilaku.
Hard skill itulah yang kerap terlintas sebagai skill absolut yang banyak perusahaan inginkan.
Padahal perusahaan jauh lebih memilih dan lebih mencari orang yang memiliki soft skill. Namun kita sering melewatkannya.
Hard skill dapat kita asah, namun soft skill adalah sebuah budaya yang harus kita biasakan dari semenjak kita duduk di kursi sekolah.
Inilah alasannya mengapa saya kesulitan mencari karyawan meski lamaran yang masuk setumpuk gunung.
Kebanyakan pelamar hanya… seperti ingin mendapatkan uang/gaji saja. Belum tentu skill yang mereka miliki benar-benar bermanfaat bagi perusahaan.
Saya hanya tidak ingin merekrut orang yang justru menjadi beban saya dua kali karena waktu saya habis untuk mengajari karyawan yang sulit untuk memahami, apalagi jika karyawan memiliki ego yang tinggi.
Belum lagi jika saya harus mengulang kembali kerjaan si karyawan karena sangat tidak rapi dan tidak efisien.
Padahal alasan saya merekrut karyawan adalah karena saya tidak memiliki waktu. Jika memiliki karyawan seperti itu, lebih baik tidak usah memiliki sama sekali.
Padahal karyawan yang memiliki softskill itu dapat merasa menjadi bagian dari keluarga perusahaan. Sehingga bukan hanya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tetapi perusahaan dibuatnya senang dengan memberikan banyak kejutan dan hal-hal ekstra dari si karyawan tersebut.
Tentu saja karyawan yang memiliki softskill yang sangat tinggi dapat membuat perusahaan semakin untung. Bahkan perusahaan rela mati-matian mempertahankan karyawan tersebut sebab banyak perusahaan lain yang siap membajak karyawan berprestasi.
Berbeda dengan karyawan yang hanya ingin mendapatkan gaji saja. Softskill tidak ada, pekerjaan hanya sekedar selesai, tidak peduli rapi atau tidak, seringnya menyulitkan perusahaan, bergabung dengan serikat yang tidak jelas, keras kepala, benar-benar menjadi neraka perusahaan.
Tetapi mau bagaimana, perusahaan tidak bisa asal main pecat karyawan, setidakberguna apa pun karyawan tersebut. 🤷🏻🤷🏻♂️