Tips kali ini mungkin sedikit agak membuat bertanya-tanya, “Bagaimana memberikan jasa secara gratis akan membuat kita lebih bahagia? Bukankah itu sama saja dengan sedekah?”
Dear, meskipun memang benar bahwa bahasan kali ini ada di lingkup sedekah, namun saya hanya ingin membahas “jenis sedekah” yang lewat waktu dan tenaga ini ternyata memiliki efek yang benar-benar luar biasa.
Mungkin yang ada di pikiran kita saat memberikan sebuah jasa gratis itu seperti, jika seseorang adalah seorang pengajar, maka ia memberikan jasa mengajarnya kepada anak-anak di pelosok tertentu secara gratis.
Atau seorang teknisi yang memberikan jasa tune-up kendaraan secara cuma-cuma untuk kalangan tertentu. Kurang lebih sama seperti itu untuk pekerjaan lainnya.
Well, meskipun itu semua adalah perbuatan mulia jika benar-benar dikerjakan. Namun sebenarnya saya ingin membahas hal lain.
Latar belakangnya, saya hanya merasa apa yang saya nikmati hari ini mulai jarang ada yang ‘murni’.
Saya hanya merasa jika hari ini banyak orang yang melakukan sesuatu hanya untuk pamrih. Jumlahnya seperti semakin banyak dari hari ke hari.
Saya semakin hari semakin sulit menikmati sebuah karya seseorang karena terlalu berorientasi kepada sesuatu. Umumnya uang atau apresiasi.
Banyak orang yang menekuni bidang tertentu karena ada seseorang yang telah mendapatkan penghasilan bombastis dari bidang itu. Padahal mungkin apa yang diraih orang tersebut hanya sebuah keberuntungan yang persentasenya sangat kecil dan terus mengecil.
Banyak orang yang hanya ingin bergerak jika ada iming-iming atau timbal balik. Seperti yang telah disebutkan, timbal balik tersebut bukan hanyaΒ harta, melainkan apresiasi hingga yang kita sebut dengan ‘viral’.
Banyak orang yang berlomba-lomba mencari tempat indah yang potensial untuk ‘dikelola’ dan dijadikan pundi-pundi uang sebagai tempat wisata. Sebenarnya itu baik dan sah-sah saja. Namun beberapa tempat wisata menjadi begitu komersil dan semakin sulit mencari tempat untuk mendulang inspirasi.
Banyak orang yang menjadi kreator konten, entah foto, video, hingga permainan digital, yang terlalu bergantung kepada formula yang begitu-begitu saja hanya ingin mempertahankan status viralnya.
Bahkan game Candy Crush yang saya mainkan dari tahun 2016 saja semakin lama kualitasnya semakin merosot. Semakin sedikit konten sampingan yang dapat dinikmati, perolehan bonus yang semakin berkurang, baik yang gratis maupun yang berbayar, hingga level yang tingkat kesulitannya begitu menyeramkan dengan desain yang tidak menginspirasi sama sekali. Sangat jauh berbeda dengan tingkat ‘fun’ yang saya alami dibandingkan tahun 2016 lalu.
Intinya, hari ini banyak pekerjaan seseorang yang tidak selesai dengan maksimal tanpa adanya timbal balik. Sangat sulit menemukan orang yang bekerja murni dari hati.
Padahal, negara-negara maju seperti Jepang atau negara-negara di Eropa mereka begitu banyak meluangkan waktu mereka untuk bereksperimen, mengasah kemampuan, membuat sesuatu yang baru, dan itu semua mereka keluarkan secara cuma-cuma.
Saya beri contoh, saya adalah penggemar animasi Disney. Saya akui, Frozen 2 adalah contoh nyata dari sebuah ‘ketamakan’ sebuah perusahaan animasi besar. Bahkan saya sebut animasi tersebut hanya untuk cash grab.
Saya hingga melihat sendiri bagaimana di belakang layar para produser dan animatornya ditekan dalam pembuatan Frozen 2, dua tahun kemudian. Kalian dapat melihat bagaimana stresnya sang produser di video berikut (menit ke-5).
Padahal Walt Disney pernah mengeluarkan kata bijak,
Kami tidak membuat film animasi untuk menghasilkan uang. Namun kami menghasilkan uang untuk membuat lebih banyak film animasi.
Kemudian, saya menilai Disney mungkin belajar dari kasus Cash Grab pada film-film animasi sekuel dan live-actionnya mulai kembali membuat produk film dari hati.
Pembelajaran itu saya dapat lihat di film animasi Encanto. Terlihat dari jalan cerita dan animasi pada Encanto yang begitu detail dan banyak sekali hal baru yang semakin banyak ditemukan setiap kita mengulangnya.
Dari sini saya dapat berkata bahwa Encanto ini adalah salah satu film animasi Disney yang telah dibuat dengan sepenuh hati, tanpa perlu terlalu bernafsu untuk memborong nominasi penghargaan bergengsi.
Atau contoh lain, kita dapat melihat bagaimana permainan digital zaman dulu seperti Mario, Megaman, Sonic, Kirby, dan lain sebagainya yang sepertinya tidak bosan dimainkan berulang-ulang. Seakan kita menemukan sesuatu yang baru setiap kali kita mainkan, tanpa perlu ada addon berbayar/Downloadable Content (DLC).
Atau grup musik favorit saya, ABBA, yang karyanya begitu melegenda. Bahkan saat merilis album terbarunya setelah hampir 40 tahun berpisah, Voyage, ditahun 2021, ternyata ABBA masih dalam gaya lamanya yang dimodernisasi. Saya masih mendengarkan lagu-lagu ABBA hingga saat ini.
Salah satu anggota ABBA, Benny Andersson secara jelas mengatakan saat peluncuran album Voyage, bahwa dirinya tidak tahu apa yang dilakukan musisi modern dan tidak ingin berkompetisi dengan siapa pun. ABBA hanya ingin menghasilkan musik terbaik yang memungkinkan.
Mereka hanya melakukan sesuatu murni dari hati, dan sepenuh hati. Tidak heran jika musik-musiknya sulit lepas dari telinga pendengar setianya.
Sebuah jasa yang murni dari hati tanpa menginginkan imbalan atau timbal balik, memiliki kesan yang berbeda di hati para pengguna/penikmatnya.
Sebenarnya, adalah sesuatu yang cukup manusiawi jika kita ingin mengharapkan timbal balik dari apa yang kita lakukan, apalagi jika dilakukan dengan begitu maksimal.
Namun yang saya tekankan di sini adalah, hari ini semakin banyak orang-orang yang menjadi terlalu komersil. Padahal itu dapat memiliki akibat buruk yang dampaknya sangat tidak main-main.
Salah satu akibat terburuknya adalah, dari sifat mereka yang begitu pamrih dan komersil akan menumbuhkan watak egosentris yang mengakibatkan mereka sangat mementingkan diri sendiri.
Mereka yang begitu pamrih akan selalu disibukkan untuk terus mencari timbal balik, entah berupa harta atau apresiasi. Dan itu tidak akan selesai sampai kapan pun hingga hak diri mereka sendiri dan orang lain, mereka abaikan.
Sekarang saya bahkan sudah mulai melihat mana pekerjaan atau karya yang dilakukan hanya semata-mata untuk pamrih atau mana yang dilakukan sepenuh hati. Saya sekali-kali tidak akan ‘memberi makan’ orang-orang yang hanya ingin pamrih.
Hari ini banyak sekali masalah sosial dan mental yang berantakan akibat sudah begitu sedikit orang-orang yang peduli akan hal ini, sebab mereka sudah begitu disibukkan untuk mementingkan nafsu mereka sendiri.
Bahkan kini, kita sudah melihat begitu banyak alam yang indah telah menjadi rusak karena hal egosentris ini.
Padahal egosentris dan empati cukup bertolak belakang. Egosentris yang sudah begitu menjalar pada diri seseorang, akan membuatnya terus haus melahap apa pun yang menjadi makanan egonya, tidak peduli tindakannya menghancurkan apa pun di sekitarnya.
Jika sampai terlambat dicegah, tidak menutup kemungkinan sebuah perang besar, atau bencana sosial skala masif akan terjadi.
Padahal seorang ulama berkebangsaan Arab pernah berkata,
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu.” – Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
Jadi, mulailah untuk membelakangi sifat pamrih tersebut, sesekali asah kemampuan kita dengan cuma-cuma.
Sekarang mari lihatlah Google, yang produk mesin pencariannya hingga aplikasi maps-nya kita nikmati dengan gratis.
Meskipun banyak produk-produk yang diberikan Google secara gratis tersebut, nyatanya Google tetap menjadi salah satu perusahaan terbesar dan paling bergengsi di dunia. Google adalah salah satu yang telah berhasil ‘membelakangi’ dunia sampai dunia berbalik mengejarnya, semoga dapat terus dipertahankan ‘prestasi’ tersebut.
Saya pun sebagai programmer sesekali meluangkan waktu saya untuk membuat sesuatu yang dapat dinikmati oleh khalayak secara gratis.
Cobalah lihat ke pojok kiri bawah situs, ada tombol biru kecil yang dapat diklik. Di sana ada “Event dan Game Anandastoon”, coba klik deh. Ada beberapa permainan yang dapat kalian nikmati secara cuma-cuma, sebagai ‘hadiah’ untuk kalian dan saya sendiri.
Bahkan para pengguna yang memainkan permainan ringan Anandastoon, saya berikan kuasa untuk memberikan komplain dan saran dari pengalaman bermainnya. Saya insyaAllah akan terus dengar selama itu jelas dan mengarah kepada yang lebih baik.
Saya benar-benar membuat dengan sepenuh hati permainan-permainan ringan dan gratis tersebut. Mungkin hanya ada banner iklan di bagian bawah yang saya yakin tidak akan mengganggu pengguna. Itu pun terkadang iklannya tidak tampil dan penghasilan yang diperolah dari sana begitu sedikit, tidak sampai Rp100,-.
Lalu mengapa saya masih menaruh iklan padahal itu tidak terlalu menguntungkan saya? Simpel, karena saya hanya ingin memberi ‘reward’ kepada diri, seperti yang telah saya bahas di tips bahagia lainnya di sini.