Cahaya Remang

Tips Lebih Bahagia Ala Anandastoon #30

Cahaya Remang

Cahaya remang atau cahara redup bisa jadi salah satu sumber kebahagiaan? Apa Anandastoon sedang ngelindur? Atau maksudnya cahaya dari warung remang-remang yang suka jadi sumber aktivitas ilegal itu ya?

Bukan dong. Apalagi kalau cahaya remang di sini kita tuduh sumbernya dari warung remang-remang yang sering mendapatkan stigma negatif itu. Bukan sama sekali.

Sebelumnya saya menyadari jika ada sebagian orang yang tidak senang dengan cahaya yang minim. Alasannya bermacam-macam, dari mulai memang selera mereka yang senang dengan cahaya yang terang, hingga mereka yang takut hantu atau fobia gelap.

Jangan khawatir, saya sudah siapkan tulisan berparagraf-paragraf mengapa cahaya remang-remang dapat menjadi celah untuk melengkapi kebahagiaan seseorang, setidaknya bagi Anandastoon sendiri.

Saat membayangkan cahaya remang atau redup, mungkin kebanyakan di pikiran kita adalah cahaya seadanya yang masih begitu dikelilingi oleh kegelapan.

Meski itu benar, tetapi mungkin saya coba untuk meluaskan artian lebih sedikit.

Cahaya remang-remang itu bisa berarti mengurangi intensitas cahaya, meski tidak signifikan.

Misalnya di kamar kita ada tiga buah lampu, mungkin kita bisa mematikan satu lampu atau hanya menyalakan satu lampu saja. Dengan catatan tidak ada efek samping, seperti khawatir dengan fobia gelap atau kehadiran hantu.

Atau bisa jadi menghiasi kamar dengan lampu-lampu LED atau cat fosfor. Bahkan lampu-lampu tidur unik banyak bertebaran di pasar digital/toko online.

Saya biasanya mematikan sebagian lampu kantor saat saya sedang berdiskusi dengan tim saya di malam hari. Ruangan masih terlihat terang hingga ke pojok, saya hanya mengurangi intensitasnya saja.

Terbukti, obrolan saya dengan tim-tim saya di malam itu jauh lebih berkesan daripada di ruangan yang sangat terang.

Cahaya remang memiliki beberapa manfaat, di antaranya:


1. Faktor alamiah manusia

Intensitas cahaya di siang hari begitu terang sehingga dapat membuat mata manusia cepat lelah karena padatnya pemrosesan cahaya yang terus-menerus terjadi di mata.

Maka dari itu gelapnya malam dapat menjadi tanda bagi mata agar beristirahat.

Bagi yang memiliki aktivitas hingga malam hari, mengurangi intensitas cahaya dapat membantu mata untuk tetap segar tanpa bantuan tambahan kafein.

Mengurangi intensitas cahaya, entah dari gadget atau dari lampu penerangan bisa membuat mata lebih sehat dan lebih aman dari gangguan mata kabur.

Bukankah memiliki mata yang sehat dan nyaman (tidak cepat lelah) merupakan salah satu faktor kelancaran beraktivitas?


2. Membantu lebih fokus

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa cahaya yang redup juga dapat menetralkan suasana hati.

Suasana hati dan emosi yang sudah netral pastinya membantu seseorang untuk menjadi lebih fokus dalam menekuni sesuatu, juga mengundang sebagian inspirasi untuk masuk.

Misalnya, seseorang yang membaca buku saat malam hari, dengan penerangan yang minim (sumber penerangan hanya ada di sekitar dia dan bukunya), dan suasana yang sunyi dapat membuat setiap patahan kata lebih menempel di pikiran.

Begitu juga dengan para seniman yang menghabiskan waktunya untuk membuat banyak karya seni setelah malam menyingsing.

Maka dari itu, beberapa orang tua memasang lampu belajar di atas meja belajar anak mereka supaya membantu mereka fokus belajar sementara lampu kamar mereka dimatikan.

Mungkinkah ini yang membuat orang-orang zaman dahulu menghasilkan begitu banyak karya di tengah keterbatasan pencahayaan yang masih parah?

Bahkan saat musim dingin yang begitu dingin hingga aktivitas luar dibatasi, orang-orang Eropa terkhusus yang bagian utara pergi ke dalam basement rumah mereka masing-masing, membuat sebuah karya atau proyek dengan sebuah pencahayaan manis dari lampu pijar di salah satu pojok ruangan bawah tanah.


3. Mengencangkan atmosfer

Nostalgia terjadi karena kuatnya sebuah atmosfer. Dan nostalgia terjadi karena sesuatu yang menyenangkan lagi berkesan sehingga sulit untuk melupakannya.

Nyatanya, beberapa orang bernostalgia karena lampu ruangan yang redup.

Contohnya, ada seseorang yang teringat kembali manisnya masa-masa kecil mereka yang bermain game di konsol Nintendo, saat malam musim gugur, di ruangan yang hanya tersinari cahaya dari televisinya saja.

Atau beberapa kegiatan menginap di tempat yang minim cahaya dan orang-orang yang menginap itu menyibukkan malam itu dengan bercengkrama kejadian-kejadian yang unik dan menyenangkan.

Terakhir, kita banyak melihat karya-karya seni atau bahkan film (nyata atau kartun/anime) yang memiliki cerita yang padat di adegan-adegan yang memiliki intensitas cahaya yang sedikit. Seperti kilas balik masa lalu, serta beberapa pengenalan kejadian dramatis dan/atau romantis.


4. Koneksi masa lalu

Saat kita berada di ruangan yang redup dan berbaring di dalamnya, memikirkan segala sesuatu. Kita mungkin akan sampai di pemikiran tentang masa-masa lalu yang masih gelap dan minim pencahayaan.

Bahkan di zaman sebelum datangnya listrik, manusia pada saat itu hanya mengandalkan lilin, obor, atau lampu minyak sebagai sumber pencahayaan.

Bagi yang menyenangi konten horor mungkin akan terasa atmosfer horor zaman dulu. Atau bagi yang tidak, mungkin akan terasa atmosfer-atmosfer bagaimana kehidupan manusia pada saat itu.

Bintang-bintang yang masih terlihat terang, udara malam yang masih segar dan minim polusi, kehidupan pedesaan yang masih asri, suara-suara air yang sayup-sayup menyegarkan telinga, dan sebagainya.

Saya bahkan punya artikel sendiri mengenai alasan-alasan saya menyenangi waktu malam.

Hikmahnya, kita mungkin akan bersyukur dengan kehidupan kita hari ini yang serba mudah dan senantiasa mempertahankan kenikmatan ini, serta mengambil apa-apa yang baik dari masa lalu dan terus membuatnya lebih baik.


5. Salah satu perbuatan baik

Mengurangi intensitas pencahayaan, tentu salah satu wujud dari perbuatan baik.

Selain dapat mengurangi tagihan listrik meski tidak signifikan, mengurangi intensitas cahaya bisa menjadi salah satu bentuk menghargai alam semesta.

Misalnya, cahaya yang kita redupkan bisa mengurangi perbuatan berlebih-lebihan dalam penggunaan listrik, yang mana itu bukanlah hal yang terpuji.

Kebanyakan listrik yang kita pakai berasal dari pemrosesan bahan bakar fosil yang sarat polusi. Sehingga kampanye mematikan lampu sejenak di hari bumi sebenarnya bertujuan untuk menekan produksi listrik yang belum menggunakan energi terbarukan.

Lagipula, mengurangi pencahayaan berarti mengurangi polusi cahaya, yang mana polusi cahaya yang minim dapat membuat keindahan langit malam menjadi lebih terlihat. Cocok untuk melakukan stargazing yang pernah menjadi tips bahagia Anandastoon yang lain.

Penerangan yang redup dapat membantu sebagian orang supaya dapat tidur lebih nyenyak, atau membantu membuat seseorang merenung dan mengintrospeksi perbuatannya di hari itu atau di masa mendatang.

Namun, jika memang ada orang yang memilih untuk memiliki penerangan yang tinggi pada malam hari karena beberapa alasan yang telah saya sebutkan di paragraf awal, penting bagi kita agar menghormati pilihan mereka dan jangan memaksa mereka untuk meredupkan cahayanya.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Kamarmu Pastinya Akan Semakin Kotor

    Berikutnya
    Alasan Orang Kaya Beneran Jarang Pamer


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas