Menghitung Kebaikan

Tips Lebih Bahagia Ala Anandastoon #42

Menghitung Kebaikan Diri

Sebentar, bukannya menghitung-hitung kebaikan yang ada pada diri sendiri atau yang telah kita lakukan itu egois ya? Apalagi kalau sampai menyebut-nyebutnya di hadapan orang yang kita telah tolong.

Ehm, yang ingin saya maksud di sini adalah, menghitung dalam arti mengukur, menimbang, dan menjadikannya hiburan untuk memaafkan diri kita sendiri.

Perasaan guilty atau bersalah kerap membuat seseorang sedih hingga depresi, terkhusus mereka yang merasa tidak pernah memiliki pencapaian dalam hidup.

Sepertinya tips bahagia kali ini lebih saya tujukan kepada orang-orang seperti itu.

Ada orang yang hatinya begitu lembut sehingga saat dirinya melakukan kesalahan baik secara sengaja atau tidak sengaja, ia langsung merasa bersalah dan hal itu kerap terpikirkan olehnya, seremeh apa pun permasalahannya.

Tetapi ada juga orang-orang yang melakukan guilt tripping, atau sengaja membesar-besarkan kesalahan hingga seseorang menjadi merasa begitu bersalah. Apalagi ada yang sampai playing victim dan bermain-main dengan perasaan bersalah seseorang.

Perasaan bersalah ini tentu bisa membuat seseorang semakin terbunuh motivasinya, menyebabkannya menjadi tidak produktif hingga kehilangan hasrat hidupnya.

Beberapa orang terkadang memberikan tips agar orang-orang yang selalu marasa bersalah mulai memaafkan diri mereka. Tetapi bagaimana? Bagaimana cara memaafkannya?

Perasaan bersalah dan tidak berguna mungkin juga terjadi karena kita berharap melakukan kebaikan dengan dampak yang besar, memberi manfaat yang lebih baik dan lebih menjangkau kepada banyak orang.

Hanya saja, ekspektasi kita yang terlalu tinggi, ditambah dengan banyak orang yang kerap merusak hari-hari kita dan melempar kesalahan kepada kita, itu menjadikan kita tertunduk lesu dan kehilangan semangat.

Coba kita ingat-ingat lagi kebaikan tulus yang telah kita lakukan kepada orang lain.

Tulus atau tidaknya kebaikan kita hanya hati kitalah yang tahu. Sekali pun kita lakukan kebaikan untuk dipandang orang lain, namun hati kita lah yang mengetahui kadar kepamrihan kita.

Baiknya kita membuat jurnal tentang kebaikan-kebaikan apa saja yang telah kita lakukan kepada orang lain. Kemudian kita dapat mengukur, menimbang, dan melihat celah untuk membuatnya lebih baik lagi.

Saya berikan contoh beberapa dari kebaikan ‘remeh’ yang telah saya lakukan dan kita lihat bagaimana imbasnya.

Ada toilet darurat di kantor saya yang tidak memiliki tisu. Saya membelinya satu pak dan menaruhnya. Jika habis, saya ganti dengan yang baru. Melihat tisunya menipis membuat saya lebih berbahagia karena usaha saya berguna bagi setiap pengguna toilet darurat tersebut.

Atau contoh lain, sebagai pengendara sepeda motor yang mana kerap mendapatkan stigma sebagai pengguna jalan yang gemar melanggar peraturan dan arogan, saya mencoba sebaik-baiknya dalam menekan perasaan tidak aman pengguna jalan lain.

Benar, saya mencoba menjadi pengendara sepeda motor yang baik, kontras dengan pandangan orang-orang selama ini.

Ya, saya akui jika saya pun sering melakukan kesalahan di jalanan yang membuat jengkel pengendara lain walau saya tidak berniat melakukan kesalahan itu. Dan ya, perasaan bersalah kerap menghantui saya meski bagi pengendara lain itu adalah hal yang biasa.

Untuk meredam itu, saya mengingat lagi beberapa kisah yang membuat saya lebih tenang.

Di suatu hari, ada seorang ibu yang ingin menyebrang, menggandeng tangan anaknya yang baru pulang sekolah. Mereka berdua menunggu saya yang sedang berkendara sepeda motor ke kantor agar lewat terlebih dahulu.

Saya meresponnya dengan melihat ke spion, tidak ada pengendara lain di belakang saya.

Lalu saya menekan rem, menurunkan kaki dari sepeda motor saya, serta menaruh tangan di dada seperti petugas pelayanan di bank atau di hotel, sedikit menurunkan kepala mempersilakan mereka menyebrang.

Tak saya sangka, sang ibu menyebrang sambil menatap wajah saya berkali-kali, mengeluarkan senyuman yang tidak saya lihat setiap hari, lumayan membuat saya terharu.

Di kesempatan selanjutnya, saya melihat seorang ibu berkendara sepeda motor membonceng seseorang perempuan lain yang mungkin pembantunya, membawa barang belanja. Mereka ingin lewat di persimpangan, dengan menunggu saya melintas dahulu.

Lagi, bukan hanya menekan rem dan menurunkan kaki saya, saya pun menaruh tangan saya di dada mempersilakan mereka lewat.

Kali ini reaksi pembantu itu yang menatap saya, sambil mengangguk senyum berkali-kali seolah sangat berterima kasih telah saya persilakan lewat.

Selama ini sudah banyak orang yang berterima kasih, mengangguk tersenyum, atau bahkan mengacungkan jempol saat saya persilakan lewat. Baik mereka yang berjalan kaki, sesama pengendara sepeda motor, hingga pengemudi mobil.

Yang saya lakukan sangat sederhana. Menekan rem, kaki saya turun, lalu memberi isyarat agar mereka dapat lewat dengan aman. Tidak ada rumus atau formula macam-macam yang rumit, hanya suatu hal yang seharusnya sudah diajarkan sedari taman kanak-kanak.

Namun ternyata kegiatan kecil saya tersebut memiliki dampak besar bagi beberapa orang, cukup menghangatkan hati dan mewarnai hari saya.

Contoh lainnya lagi, saya pun berusaha untuk berterima kasih sambil mengeluarkan senyuman hangat kepada para pelayan kafe. Lalu saya membawa tisu untuk membersihkan meja saya sendiri dan menumpuk piring dan gelas kotor agar lebih mudah diambil oleh pelayan kafe.

Hasilnya justru membuat saya agak takut (dalam arti positif). Beberapa pelayan kafe hingga petugas parkirnya ternyata lebih mengenal saya daripada pengunjung lain. Padahal terakhir saya berkunjung ke kafe tersebut adalah dua bulan lalu. Bukan hanya satu atau dua kafe.

Lagi, masih di kafe. Seorang bapak yang duduk di sebelah saya tidak sengaja menumpahkan minumannya.

Karena tidak ada tisu dan tidak ia temukan pelayan kafe di sekitarnya, ia agak panik dan melihat sekeliling khawatir ia menjadi sorotan pengunjung lain. Saya sendiri hanya memandangnya sayup-sayup di pinggir mata saya.

Ketika ia kembali tenang, ia mencoba mencari-cari sesuatu yang dapat ia pakai untuk mengelap tumpahannya.

Tak lama, sang bapak tersebut mendengar seseorang berbisik menyapanya. Itu adalah seorang pengunjung di sebelahnya, yakni saya pribadi, sedang tersenyum dan menyodorkan tisu kepadanya. Tisu yang selalu saya bawa di tas kemana pun.

Sang bapak menjadi begitu lega dan berterima kasih dengan hangatnya kepada saya. Sebuah senyuman tulus yang tidak akan tampak pada sebagian besar keceriaan orang-orang.

Terakhir, pernah teman saya bertanya untuk apa saya membeli obat luka dan plester. Saya hanya menjawab ringan jikalau suatu saat saya terluka.

Suatu malam, saya pulang kerja mengendara sepeda motor, terdengar suara dari pinggir jalan.

Seorang pengendara sepeda motor terjatuh karena minimnya penerangan di sisinya itu.

Saya lihat telapak tangannya tergores dan berdarah. Kalian sudah bisa tebak apa yang saya lakukan berikutnya. Benar, di sanalah saya membersihkan lukanya dengan sebotol air mineral dan mengoleskan obat luka yang selama ini saya selalu membawanya.

Perasaan bersalah mungkin menjadi sebuah sinyal agar kita senantiasa memperbaiki setiap kebaikan kita untuk menutupinya.

Sedangkan orang yang gemar mempermainkan perasaan orang lain dan melempar kesalahan, pada akhirnya masyarakatlah yang bisa menilai.

Kita merasa senang saat melihat orang lain melakukan sebuah perbuatan baik. Apalagi saat kita tahu bahwa orang yang melakukan perbuatan baik itu ternyata diri kita sendiri.

Perlu kita ingat, kita tidak tahu siapa yang terus mendoakan kita sebab kebaikan sepele yang kita berikan kepada orang lain dengan tulus ikhlas.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. 💗

  • Sebelumnya
    Tips Lebih Bahagia 41: Menjadi Aktor Utama

    Berikutnya
    Saat Masyarakat Negara IQ Rendah Membahas Politik


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. 😊


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. 😉

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. 😉

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. 😉

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. 🤗

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. 🤗

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll 👇

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. 🔮

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? 😱 Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.