Ruang Personal

Saya terkadang mendengar berbagai keluhan mengenai sulitnya para introvert untuk memiliki kedamaian, terkhusus di lingkungan ekstrovert.

Indonesia itu sendiri menurut orang-orang adalah negara ekstrovert, jadi tidak heran jika banyak introvert di negeri ini yang mengeluhkan ruang personal mereka.

Setiap orang sebenarnya memiliki ruang personal, bahkan ekstrovert sekali pun. Ruang personal ini artinya memang sebuah ruangan yang di mana seseorang perlu ada ruang dan waktu untuk menyendiri. Ruang personal dapat diartikan juga dengan ruang privasi.

Hanya saja, ruang personal orang-orang introvert itu jauh lebih luas daripada ekstrovert. Bahkan jikalau memungkinkan, introvert itu lebih memilih berbicara lewat tulisan dengan orang baru. Mereka tidak menyukai basa-basi lewat pembicaraan, baik langsung ataupun melalui telepon.

Di negara-negara yang ‘ramah’ introvert, berbicara di angkutan umum itu tidak diperbolehkan seperti di Jepang dan di negara-negara Eropa. Mereka tidak menyukai kebisingan yang dapat mengganggu ruang personal orang lain.

Apalagi jika ada acara seperti ‘grebek’ rumah, atau hanya tiba-tiba diwawancara secara mendadak tanpa izin oleh para pencari konten saat para introvert sedang dengan damainya berjalan di atas trotoar. Itu merupakan neraka sosial bagi para pencari ruang personal.

Saya sendiri ambivert, gabungan ekstrovert dan introvert. Di satu sisi saya senang berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain, namun di sisi lain saya pendiam dan sulit untuk memulai pembicaraan.

Saya pun memiliki ruang personal, dan tidak jarang saya melihat banyak orang yang ‘mengganggu’ ruang personal saya, juga pastinya ruang personal beberapa orang.

Di antara orang-orang yang mengganggu ruang-ruang personal orang lain adalah orang-orang yang terlalu kaypoh/kepo dengan urusan pribadi orang lain, atau orang-orang yang senang berdebat.

Sebagai muslim, apakah ada bahasan ruang personal dalam Islam? Tentu, dan insyaAllah memang ada.

Bahkan Islam bukan hanya menghargai ruang personal, namun mengatur batasan-batasan ruang personal itu sendiri.


Islam menghargai ruang personal

Di zaman Nabi Muhammad saw., para sahabat terkadang menghabiskan waktu dengan nongkrong di jalan-jalan.

Rasulullah saw., beliau mengomentari kegiatan duduk-duduknya para sahabat itu.

“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.” Mereka bertanya, “Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami bercengkerama.” Beliau bersabda, “Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut.” Mereka bertanya, “Apa hak jalan itu?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan, menyingkirkan gangguan di jalan, menjawab salam dan amar makruf nahi munkar.”
(HR. Bukhari)

Beliau saw., seakan concern atau menaruh perhatian dengan ruang personal para pengguna jalan. Beliau saw., hampir saja melarang para sahabat beliau untuk nongkrong di jalan, sebab ada potensi mengganggu ruang personal pengguna jalan lain.

Hari ini tidak jarang kita saksikan para pengguna yang merasa terganggu dengan orang-orang yang duduk-duduk di jalanan. Terkadang para pengguna jalan entah diisengi dengan dilemparkan berbagai komentar jahil atau para wanita mendapatkan siulan yang sangat mengurangi kenyamanan oleh orang-orang yang nongkrong tersebut.

Bahkan saya sendiri seringkali menyaksikan saat ada pengguna jalan yang bertanya kepada orang-orang yang nongkrong, orang yang bertanya tersebut justru tidak mendapatkan jawaban yang membantu dari orang-orang yang nongkrong tersebut bahkan lebih sering ditimpali kalimat-kalimat tambahan yang tidak penting oleh teman tongkrongan lainnya.

Karena hal itu lah, beberapa orang justru lebih memilih tersesat daripada bertanya di jalan, sebab kepercayaan mereka sudah luntur dengan orang-orang yang nongkrong tersebut.

Krisis ruang personal seperti itu dicermati oleh orang-orang baik dan mereka mencoba untuk membangun kembali ruang personal para pengguna jalan yang telah dirusak oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab.

Orang-orang baik tersebut berlomba-lomba membangun beberapa teknologi dan aplikasi yang diharapkan lebih membantu navigasi orang-orang yang insecure di jalanan.

Meski aplikasi yang dibangun tersebut masih jauh dari sempurna, namun orang-orang baik tersebut selalu berusaha untuk memperbaiki kekurangan sistem mereka. Mereka mendengar setiap keluhan pengguna dengan hati-hati dan menjadikan seluruh komplain tersebut sebagai sebuah standar untuk membuat sistem mereka menjadi lebih baik.

Salah satunya, saya mengakui jika Google Maps kini menavigasi saya jauh lebih baik daripada beberapa tahun lalu. Mungkin karena saya dahulu kerap memberikan bintang satu dari saran navigasi yang diberikan oleh si Google jika menyesatkan hehe…

Kemudian, Rasulullah saw., bersabda,

“Muslim adalah seseorang yang membuat muslim lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari)

Tidak jarang ada orang yang sedang menikmati hari-hari kemudian diisengi hingga diajak berdebat oleh orang-orang yang tidak dapat memberikan rasa aman bagi orang lain.

Orang-orang yang terganggu dapat mengakibatkan mood atau suasana hatinya hancur pada hari itu. Hal ini tentu saja dapat menurunkan produktivitas kerja orang-orang yang suasana hatinya telah hancur.

Di kasus terparahnya, rusaknya suasana hati dapat menyebabkan seseorang dilanda depresi yang sangat mendalam.

Saya bukanlah psikolog atau psikiater, namun saya menaruh rasa kepedulian yang sangat tinggi terhadap kesehatan mental orang-orang. Dan begitu pun seharusnya yang dilakukan oleh para muslim.

Yang lebih menyedihkan, banyak orang yang katanya mengerti syariat justru menganggap remeh perihal kesehatan mental ini dengan mengomentarinya seakan-akan orang tersebut kurang beribadah dan kurang bersyukur.

Ingat,

“Mukmin adalah yang manusia aman darinya.”
(Shahih al-Jami’)

Memberikan rasa aman ini bukan berarti sebatas menjaga seorang muslim dari kejahatan seperti maling dan perampok selama 24 jam seminggu penuh.

Mohon diketahui bahwa kenyamanan merupakan bagian dari rasa aman.

Contohnya, jika para pelanggan di sebuah penyedia jasa sudah tidak lagi merasa nyaman dengan pelayanan dari para pegawainya, mereka akan meninggalkan layanan tersebut dan memilih layanan lain yang lebih baik. Pada akhirnya, penyedia jasa itu sendiri yang terkena imbasnya. Pelanggan yang hilang akan menyebabkan menurunnya laba secara drastis yang mana akan mengancam kelangsungan kerja para pegawainya.

Saya sendiri kerap mempertanyakan seorang muslim yang katanya paham syariat namun bukannya membuat orang lain merasa aman, namun justru mengganggu orang lain dengan pengetahuan syariatnya yang sedikit.


Islam mengatur ruang personal

Namun, ruang personal juga memiliki batas. Batas di sini juga diatur oleh Islam.

Jangan sampai seseorang yang sudah terlalu nyaman dengan ruang personal, ia menjadi tidak ingin lagi bersosial dan meninggalkan jamaah, terkhusus shalat jamaah.

Karena itu tetaplah kalian berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian.”
(HR. Abu Daud dan An-Nasai)

Bahkan, ruang personal yang terlalu berlebihan dapat membuat orang menjadi tertutup dan tidak terarah. Beberapa orang yang terlalu memiliki ruang personal mereka menjadi tidak terarah dan lebih memilih untuk belajar sesuai logikanya sendiri.

Sudah lebih dari sekali saya mendengar orang yang ingin bebas untuk memberi makan nafsu ruang personalnya hingga mereka kerap lari dari masalah. Bahkan bukan hanya lari dari masalah, mereka lebih memilih untuk kabur dari realita.

Tidak jarang pula, beberapa orang sangat protektif dengan ruang personalnya hingga mereka mendapatkan gangguan kesehatan mental. Mereka menjadi lebih sering depresi karena tidak mendapatkan asupan nutrisi sosial yang dibutuhkan setiap manusia.

Seperti yang diketahui, manusia adalah makhluk sosial, jadi bersosial sudah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia.

Kontribusi sosial diperlukan agar dapat setiap orang dapat lebih memperkuat sesama komunitas mereka. Ingat, sabda Nabi saw.,

Sungguh mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.
(HR. Bukhari no. 481)

Maka dari itu, mengenai ruang personal ini, Islam tidak hanya melihat satu sisi saja, melainkan menyeimbangkan dari berbagai sisi. Bukan hanya menghargai ruang personal, melainkan juga mengaturnya.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke Twitter
🤗 Selesai! 🤗

  • Sebelumnya
    Apakah Non Muslim Itu Kafir?

    Berikutnya
    Apakah Agama Justru Membuat Orang Tidak Bermoral?


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. 😊


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. 😉

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. 😉

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. 😉

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. 🤗

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. 🤗

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll 👇

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. 🔮

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? 😱 Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.