Saya pernah memperkenalkan kepada tim dan karyawan saya mengenai budaya koding terbaru, yaitu “Budaya Koding Sebaris”.

Apa maksudnya Budaya Koding Sebaris?

Apa maksudnya setiap modul cuma ditulis sebaris doang?

Bukan, tentu saja bukan itu.

Ini lebih mengarah ke optimasi kodingan. Sama seperti rumah atau kamar kalian, yang semakin minimalis maka semakin terlihat rapi. Tidak ada lagi kardus-kardus dan plastik yang mengganggu, tidak ada lagi pajangan-pajangan menyeramkan yang mungkin akan dirasuki iblis saat malam hari.

Semuanya rapi, semuanya bahagia.

Lalu apa hubungannya kodingan rapi dengan kodingan sebaris?

Maksudnya, selama sebuah blok kode bisa dibuat sebaris, maka lakukan.

Maksudnya, selama sebuah blok kode bisa digantikan oleh sebuah nama fungsi, lakukan.

Dan maksudnya, selama sebuah blok kode dapat dibuat lebih efisien, lakukan.

Saya sudah tidak lagi ingin membuat polusi dalam menulis kode-kode pemrograman, itu menyakitkan mata saya dan membuat otak saya menderita.

Belum lagi beberapa karyawan saya merupakan programer junior yang bahkan baru fresh graduate dari kampusnya, bahkan kurikulum di kampusnya sama sekali tidak terdapat panduan bagaimana mengoding yang baik dan rapi.

Apa jadinya jika programer junior tersebut disuruh untuk membuat modul aplikasi kompleks? Bencana.

Terbukti, hampir setiap saya kenalkan budaya koding sebaris ini kepada mereka, saya tutup dengan pertanyaan, “Waktu kuliah diajarin?”

Mereka serempak menjawab, “Nggaaakkkk!!!

Amazing.

Sudah sangat banyak artikel tentang teknik memeras sebuah blok kode menjadi satu baris, salah satu contoh yang paling dasar adalah ternary operator yang dapat memperpendek kodingan IF dan ELSE dengan satu baris ketentuan.

Bahkan saya memperkenalkan kepada mereka teknik bitwise operator dan modulo untuk memfilter suatu modul lewat sistem akses tertentu, apakah bisa dibaca, diinput, diedit, dihapus, dicetak, diganti statusnya, dan lain sebagainya, hanya dalam satu baris.

Lalu apakah Budaya Koding Sebaris ini memiliki kelemahan?

Ya, tentu saja. Saya tidak menyarankan karyawan saya untuk menggunakan teknik sebaris ini jika membuat kode lebih sulit dibaca oleh tim lain karena itu dapat membuat lebih lama dalam menyelesaikan suatu masalah.

Namun, dengan budaya ini saya berhasil menekan ukuran file kodingan dari 30KB menjadi di bawah 10KB, dengan ribuan baris yang sudah tereliminasi.

Hal ini tentu saja dapat mengurangi beban muat halaman dan menjadikan loadingnya ringan dengan struktur kodingan yang masih dapat dengan mudah dipahami dengan syarat tidak mengurangi readibilitas atau keterbacaan kodingan.

Well, meskipun memang compiler tidak melihat ukuran file koding, namun tentu saja ukuran filenya dapat menyelamatkan memori komputer, atau bahkan kuota internet jika menggunakan git online atau mengupload file tersebut ke server.

Dan pastinya, kodingan yang hemat tempat tersebut pastinya dapat mempersingkat waktu programer dalam mencari-cari baris koding dalam sebuah file, jika sedang ‘malas’ menggunakan CTRL + F.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Pelajaran Yang Berharga Dari Program Game Jadul

    Berikutnya
    UX Bukan Hanya Sekedar Template


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas