Mungkin kita pernah membayangkan sebuah imajinasi yang menyenangkan, sebuah alam semesta khayalan yang indah, yang sangat berwarna dan menyenangkan. Seperti pulau melayang dengan air terjun yang mengalir antar pulau, atau pegunungan dengan balon-balon udara beterbangan.
Itulah utopia, sebuah istilah untuk menggambarkan tempat khayalan yang menyenangkan.
Namun yang sekarang ingin saya sajikan di sini adalah justru kebalikannya, yakni distopia. Jika utopia tadi kita bayangkan tempat-tempat indah bak nirwana, distopia ini tempat-tempat yang justru mirip seperti tempat yang tidak layak huni, hingga neraka.
Distopia-distopia berikut justru bukan khayalan, distopia-distopia berikut benar-benar berada di atas bumi kita, yang sebagian besar terjadi karena manusia.
Sekarang apakah tempat yang kita tinggali lebih condong ke utopia atau bahkan ke arah distopia? Silakan dinikmati ‘kengerian’ distopia nyata yang mungkin tanpa kita sadari berada di tengah-tengah kita, atau mungkin pernah kita singgahi.
Kehidupan sehari-hari di Hongkong. Tempat mewah dengan banyak gedung-gedung tinggi ternyata memiliki pemukiman padat penduduk yang seperti kota mati, namun mereka aktif beraktivitas.
Yup, masih di Hongkong. Kehidupan sehari-hari yang kaku, dikubur geometri-geometri artifisial.
Sekumpulan masyarakat yang tengah menggelar ritual keagamaan di sungai yang penuh dengan limbah pabrik. Benar, limbah. Bukan salju.
Ritual di tempat seperti itu apakah justru akan mempercepat proses reinkarnasi?
Sebenarnya tidak masalah membangun pembangkit listrik, namun hotel di Polandia yang dulunya pernah eksotis kini tinggal sejarah.
Sebuah batas yang jelas antara si kaya dan si miskin.
Tumpukan rumah kumuh di Venezuela. Tebak bagaimana orang-orang yang tinggal tengah-tengah dapat mencapai rumah mereka?
Saya tidak tahu apakah karena padatnya penduduk atau ruang yang sempit, mereka membuat jalan melingkar yang berhimpitan langsung dengan rusun penduduk.
Yang pasti pemandangan seperti ini dapat menginspirasi permainan-permainan aksi yang bertema ‘gelap’.
Saat kesemrawutan kabel listrik di salah satu tempat di Brazil belum cukup, kesemrawutan tersebut ‘dipercantik’ dengan instalasi pipa air yang seperti kapal pecah.
Sebuah replika eropa bertema Paris yang menjadi kota mati di Cina. Sayang menara Eiffel tiruannya tidak dapat menyelamatkan pemandangan dari kabut polusi yang sudah mengganas.
Libanon paska ledakan. Apakah pemerintah mereka benar-benar yang ‘melakukannya’?
Sebuah kegersangan yang nyata di Kairo.
Dan sebuah kekumuhan yang sangat jelas di Manila.
Sekilas mungkin terlihat keagungan geometri di sebuah komplek elit di Dubai. Namun semuanya terlihat begitu kaku dan tak tampak sebatang pohon pun menghiasi.
Apakah tukang pos dan pengantar makanan tidak akan kebingungan mencari alamat?
New Delhi, saat lockdown dan sebelum itu. Mungkinkah karena ini kita menjadi harus ‘berterimakasih’ kepada pandemi?
Yup, kembali ke Hongkong, saat manusia justru yang menjadi parasit bagi alam tercinta ini.
“Mengapa kalian tidak ingin menjadi tetangga/kerabat kami?”
Jawabannya sudah sangat instan.
Seorang bilyuner di India yang sepertinya belum cukup dengan gedung mewahnya, ia membangun mansion mewah di atasnya.
Yasudalah, bagaimana pun itu uangnya.
Apakah Donald Trump duduk di atas ‘singgasana emas’nya, menikmati pemandangan gelandangan yang hidupnya tidak sesuai dengan ‘Trump Way’, tepat di depan wajahnya?
Sebuah pagar rumah mewah di Afrika Selatan. Dari sini kita tahu betapa tingginya kriminalitas di negara tersebut.
Dubai, daerah mewah yang ternyata lebih condong ke distopia daripada utopia.
Ini baru benar-benar sebuah rumah di kolong jembatan.
Dulunya mungkin rumah di sebuah daerah di Italia tersebut adalah sebuah vila yang megah. Kini beberapa flyover telah melangkahinya tanpa harus permisi lagi.
Juga termasuk hal yang romantis untuk mengajak peduli kepada lingkungan.
Ini bukan Hongkong, melainkan Serbia. Benar, terlihat seperti sisi ‘gelap’ dari benua Eropa yang artistik dan penuh estetika.
Contoh polusi visual.
Tadinya saya pikir ini acara 17an. Ternyata ini di Los Angeles. Masih perlukah untuk dibayangkan potensi bumi ‘batuk-batuk’ karena polusi tersebut?
Apa maksudnya transportasi umum? Kita hanya perlu terus menambah dan menambah ruas jalan!
Seluruh penduduk kota tinggal hanya di gedung ini akibat monopoli tanah oleh perusahaan kereta api. Whittier, Alaska.
Sebuah sisi ‘cantik’ dari kota pusat retail di Seattle.
Pada akhirnya, alam kembali memuntahkan setiap limbah kepada sang pemilik.
Dan yang paling terakhir, sebuah pemandangan kubikal perkantoran yang terlihat ceria dan tidak ada yang salah.
Namun ini ternyata ruangan customer service sebuah perusahaan asuransi. Terbayangkah bagaimana stresnya mendengar makian pelanggan yang tidak senang setiap hari, setiap jam, dan bahkan setiap menit hingga ruangannya harus didekorasi seperti itu?
Sumber: Bored Panda