Orang Produktif

Saat kita bicara produktif, mungkin yang ada di pikiran kita adalah mereka yang gila kerja. Beberapa dari kita menyangka bahwa orang produktif adalah mereka yang banyak menyelesaikan pekerjaan.

Sebenarnya sangkaan itu tidak salah. Maksudnya benar bahwa orang yang banyak menyelesaikan pekerjaan mereka di kantor adalah orang yang produktif.

Tetapi jika orang produktif hanya kita artikan sebatas orang yang giat bekerja, maka itu adalah artian yang sangat sempit sekali.

Siapa sangka, dari hal yang paling terkecil sekali pun, seperti saat kita bertamasya, mengunjungi tempat-tempatΒ indah yang kita sebut sebagai kegiatan healing, itu bisa jadi salah satu hal yang produktif.

Betul, kegiatan piknik bisa menjadi kegiatan produktif, tentu saja syarat dan ketentuan berlaku. Bukan semerta-merta piknik kemudian bisa kita sebut dengan kegiatan produktif.

Memang piknik yang bagaimana yang termasuk kegiatan produktif? Apakah piknik sambil membawa pekerjaan kantor? Dan lagi, mengapa saya menyukai orang-orang produktif?

Artikel ini akan membahas pertanyaan-pertanyaan itu. Setidaknya saya kemas menjadi lima alasan mengapa saya cinta orang yang produktif.


Mereka memiliki ‘produk’

Sesuai namanya, produktif adalah kegiatan yang menghasilkan sebuah produk atau manfaat.

Atau singkatnya, produktif adalah sebuah kegiatan yang bermanfaat, meski manfaatnya hanya untuk diri sendiri.

Musisi atau komposer yang produktif adalah musisi yang menghasilkan lagu yang lebih banyak daripada yang lainnya. Bahkan bukan hanya menghasilkan lagu secara kuantitas, melainkan juga secara kualitas. Intinya, musiknya bukanlah musik ‘kaleng-kaleng’.

Perusahaan game yang produktif selalu memproduksi game-game berkualitas lebih sering daripada yang lainnya. Begitu pun dengan perusahaan animasi, perfilman, dan sejenisnya.

Terkadang jika kita melihat atau kita memainkan sendiri sebuah permainan yang mengeluarkan tantangan, grafik, atau armor baru yang berkualitas dalam periode tertentu dan tidak jarang, berarti perusahaan game tersebut produktif.

Atau yang paling simpel, saya senang jika blogger atau youtuber langganan saya sering mengupload konten mereka. Apalagi jika temanya kebetulan yang saya tunggu-tunggu.

Atau misalnya transportasi favorit saya secara berkala mengeluarkan rute baru. Meski rute baru tersebut bukanlah rute yang bersinggungan dengan saya, tetapi saya tetap berbahagia. Mengapa? Karena harapan giliran saya mendapatkan rute baru begitu tinggi sebab produktivitas perusahaan transportasi tersebut.

Contoh paling sederhananya, saya pernah memiliki teman yang sering naik gunung. Karena kegiatan naik gunungnya itu, saya bisa mendapatkan banyak info dan pengalaman langsung darinya. Itu tentu sangat membantu saya jika suatu saat saya ingin naik gunung juga atau sekadar berbagi info dengan teman saya yang lain.

Saat kita dapat menimba manfaat dari sebuah kegiatan orang lain secara berkala, meski hanya berbagi pengalaman, maka perlu kita ketahui bahwa ia adalah orang produktif.

Oh, sudah lihat foto dari Unsplash di awal artikel? Jika tidak ada fotografer produktif yang membagikan hasil foto mereka secara cuma-cuma, mungkin saya akan kerepotan mencari gambar pranala untuk artikel ini. 🀭


Mengurusi diri sendiri

Orang produktif akan sibuk dengan kegiatan diri mereka sendiri. Namun bukan berarti mereka egois dan tidak peduli dengan masalah orang lain.

Mereka hanya tidak ingin ikut campur masalah pribadi orang lain. Tidak ingin terlalu penasaran dengan privasi orang lain.

Sebab orang yang mengurusi masalah orang lain dan banyak menilai kebanyakan adalah orang yang minim kegiatan dan terlalu sering membuang waktu.

Saat ada orang yang pergi berlibur ke suatu tempat, mencoba-coba hal baru, berkenalan dengan banyak peristiwa unik, maka itu jauh lebih baik baginya daripada ia menghabiskan waktunya tanpa kegiatan yang membuatnya bosan.

Seseorang yang bosan, memiliki kesempatan tinggi untuk membuka jejaring sosial dan menilai-nilai kehidupan orang lain, hingga berkomentar tentang sesuatu yang ia tidak pahami.

Alternatif lainnya, seseorang yang bosan memiliki kesempatan tinggi mencari temannya yang juga sedang bosan, mengajak berbicara tak tentu arah yang bisa sampai kepada mengorek-orek kehidupan bahkan aib orang lain.

Orang yang sudah produktif, mereka dengan sendirinya tidak lagi memiliki waktu untuk mengganggu orang lain dengan mencampuri urusannya tanpa landasan.

Orang produktif sudah memiliki jadwal yang harus mereka jalani, karena mereka dan orang di sekeliling mereka sudah mendapatkan manfaat dari kegiatan produktifnya.


Rasa simpati yang tinggi

Dengan sebab orang-orang yang produktif sudah mencoba dan melakukan banyak hal, maka mereka mendapatkan banyak pengalaman sekaligus pembelajaran.

Orang-orang produktif menjadi memahami bagaimana beratnya sebuah proses, jadi mereka lebih banyak berhati-hati dengan orang-orang sekitarnya.

Kehati-hatian orang produktif terhadap orang lain ada dua.

Pertama, mereka berhati-hati dengan orang lain karena tidak ingin orang lain merusak hari mereka dan mengganggu produktivitas mereka.

Kedua, mereka telah dapat berhati-hati secara otomatis karena memang rasa simpati yang telah terbentuk. Mereka sudah merasakan beratnya berproses, jadi orang produktif sebisa mungkin tidak ingin mengganggu proses orang lain.

Jika kita lihat di negara maju yang mana masyarakatnya banyak yang produktif, kita bisa melihat betapa aman dan nyamannya negara tersebut. Mereka sudah lebih bijak demi menghargai privasi orang lain. Mereka paham kapan harus berisik dan kapan harus tidak.


Gengsi berkelas

Level atau derajat kehidupan itu memang nyata.

Meski kadang kita risih dengan orang yang memandang kasta, tetapi sanubari kita secara tidak kita sadari ternyata dapat menilai derajat atau level orang lain.

Ibaratnya, orang yang bermain sebuah permainan, saat ia sudah berada di level 10, ia akan mengernyitkan dahi dengan para pemain yang padahal masih level 2 atau 3, namun mereka sudah angkuh.

Orang yang sudah bisa menakar derajat orang lain, bukanlah bertujuan untuk menilai atau menghinanya. Tetapi agar ia dapat memilah mana orang yang harus ia jadikan teman, dan mana orang yang ia harus atur jaraknya.

Orang-orang yang tidak produktif pastinya minim manfaat sehingga tidak ada yang dapat mereka banggakan. Maka dari itu tidak perlu heran jika gengsi yang mereka keluarkan membuat kita meringis.

Seperti, beberapa orang merelakan kebutuhan hidup mereka demi membeli menyicil barang mewah hanya untuk mereka pamerkan. Atau beberapa pengendara arogan di jalanan hanya untuk membuktikan bahwa mereka mampu. Begitu juga dengan orang yang pandai mengatur-atur namun mereka sendiri marah jika diatur orang lain.

Orang produktif merasa bahwa sudah “bukan level” mereka untuk memiliki gengsi yang seperti itu.

Seringkali orang yang memahami sebuah gaya akan ‘gerah’ dengan orang yang terlalu banyak bergaya.

Saat orang-orang produktif pamer, setidaknya ada sesuatu yang dapat orang lain nikmati. Misalnya, mereka juga membagikan info, tips dan trik, pengalaman, dan lain sebagainya yang memiliki manfaat.

Tentunya jauh berbeda dari kegiatan pamer orang non produktif yang kebanyakan hanya untuk mengemis pujian orang lain demi nafsu mereka saja.


Lebih dekat kepada kesuksesan

Sekali pun orang produktif sesekali pernah bimbang apakah kegiatan mereka berguna bagi masa depan mereka atau tidak, tetapi hal itu lebih baik daripada orang-orang yang non produktif.

Saat orang non produktif berkata, “Hidup saya begini-begini saja”, artinya memang demikianlah kenyataannya. Mereka tidak memiliki harapan, tidak pula memiliki teman yang dapat membantunya berharap.

Berbeda saat orang produktif khawatir dengan kegiatan produktifnya apakah berguna baginya atau tidak. Setidaknya mereka masih memiliki peluang besar bertemu dengan orang-orang yang dapat membantunya meraih masa depan gemilangnya.

Misalnya, saat saya membuang-buang uang menekuni hobi yang saya suka, saya mungkin sampai kepada satu titik di mana saya merasa harus meninggalkan hobi saya ini karena manfaat yang saya rasakan tidak begitu besar.

Tetapi nyatanya ada beberapa orang yang merasakan manfaat dari hobi saya dan mereka sebisa mungkin memberikan dukungan dan semangat kepada saya agar tetap dalam jalan yang saya tempuh.

Bahkan di antara orang-orang yang mendukung saya ada yang dengan secara sukarela membantu saya bukan hanya dengan kata-kata semata, melainkan dengan harta mereka juga.

Misalnya dengan memberikan sedikit ‘modal’ agar saya dapat meminimalisir pengeluaran saya saat saya mendalami sebuah hobi. Namun tunjangan finansial itu bagi saya hanya sekadar bonus.

Saya sendiri sudah berbahagia jika saya berkenalan dengan orang baru, apalagi sampai bertukar informasi dan ilmu-ilmu bermanfaat yang secara langsung tidak langsung menunjang masa depan saya.

Orang-orang produktif akan lebih mudah mendapatkan teman yang juga bermanfaat karena pastinya, orang yang hebat dan bermanfaat tidak ingin berteman dengan orang yang bersemangat rendah dan tidak ingin diajak bangkit bersama, apalagi berteman dengan orang yang hanya baru datang saat punya kebutuhan saja.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
πŸ€— Selesai! πŸ€—
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Tantangan Blogger Saat Blogging Sudah Meredup

    Berikutnya
    Tes Kepribadian Bukanlah Alat Untuk Judging


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. πŸ˜‰

    Kembali
    Ke Atas