Kesenjangan Sosial

Bermula dari ketidaknyamanan saya yang semakin hari semakin bertambah parah saat saya berselancar di dunia maya, terkhusus di sosial media. Saya merasa tahun-tahun kemarin tidak pernah separah tahun-tahun berikutnya. Lho, memangnya kenapa? Ada apa dengan internet dan sosial media?

Sebuah ketidakadilan, saya tidak tahu, namun saya merasa seperti itu. Dan kurvanya semakin meroket dari hari ke hari, mungkin saya dapat menyebutkan sebagai kurva eksponensial pada grafik kesenjangan sosial ini. Kok bisa? Mengapa demikian? Akhirnya saya memutuskan untuk membuat artikel terpisah mengenai hal ini.


Dunia ‘maya’ mendapatkan namanya

Sempat saya melakukan poling kecil-kecilan di Instagram yang hanya melibatkan belasan partisipan. Poling mengenai apa? Yaitu poling mengenai pertanyaan darimana para partisipan mendapatkan perasaan ketidaknyamanan, entah itu perasaan iri, perasaan bahwa dunia ini seakan terlalu kejam untuknya, dan perasaan tidak aman lainnya.

Sebagian besar memilih dari sosial media, sebagai penyebab rasa ketidaknyamanan tersebut.

Tidak jarang ketika kita membuka jejaring sosial, foto-foto dan postingan seseorang yang sedang bersenang-senang kerap tampil di depan mata. Saya pribadi contohnya, sering melihat beberapa peristiwa seperti itu. Lho, apakah mereka salah? Itu kan hak mereka ingin mengumbar kesenangan mereka? Benar, itu adalah hal yang wajar, saya sendiri pun terkadang ‘memamerkan’ foto-foto liburan saya di jejaring sosial.

Namun, apa yang sebenarnya membuat saya gundah dan tidak nyaman? Padahal saya akui, hidup saya alhamdulillah lebih beruntung daripada kebanyakan orang, saya tidak memiliki cicilan, dan hampir 90% waktu saya tidak pernah hinggapi masalah pribadi. Sekali lagi, jika bukan karena rasa cemburu dengan kebahagiaan orang lain, apa yang membuat saya tidak nyaman dengan sebagian konten di jejaring sosial?

Baiklah, saya kesampingkan dahulu dunia maya. Pernah ketika saya berada di dalam KRL, melewati rumah-rumah pinggiran rel yang sebagian besar semi permanen, bahkan ada yang hanya terbuat dari seng dan kayu. Namun ada pemandangan menarik pada saat itu, saya melihat ada sebuah sepeda motor besar, mengkilap, terparkir cantik di halaman belakang sebuah rumah yang dapat saya katakan ‘hampir roboh’. Milik siapa itu?

Bisa saja saya berpikir mungkin itu milik warga yang numpang lewat atau sejenisnya. Tetapi kerap kali justru dunia maya menyingkap apa yang selama ini berada dalam kemayaan tersebut.

Sebelumnya, saya berteman dengan siapa saja, secara acak. Makanya saya tidak kenal hampir 80% teman saya di Facebook, apalagi di Instagram atau media sosial lainnya. Karena saya satu, saya tertarik dengan warna-warninya kehidupan seseorang. Ada orang-orang yang hidup di desa begitu sederhananya dan ada orang-orang yang sering membuat tingkah yang aneh-aneh. Semua tersaji di beranda saya. Bukannya itu menyenangkan?

Tetapi akhir-akhir ini berubah. Saya tidak lagi melihat semuanya “natural”. Hingga ditulisnya artikel ini, kerapkali saya melihat orang begitu membangga-banggakan suatu barang miliknya yang menimbulkan ketidakseimbangan bagi hidupnya sendiri.

Pernah saya lihat ada seorang staf yang bergaji kurang dari UMR namun dia nekat membeli sepeda motor besar demi mendomplang kualitas hidupnya di mata orang-orang. Dia ingin dihormati dan dimanjakan bak bos perusahaan besar oleh teman-teman serta orang-orang di sekelilingnya. Dan itu saya lihat memang benar-benar berhasil.

Tapi itu haknya bukan? Terserah dia dong dia ingin berbuat apa pun? Toh itu tidak mengganggu kan?

Ya, mungkin sama sekali tidak mengganggu kita, karena artikel ini dibuat bukan untuk menyalahkan secara membabi-buta apa yang telah mereka lakukan, namun saya mencoba untuk membahasnya secara global. Itu saja.

Lalu apa yang ingin saya bahas selanjutnya mengenai fenomena hal seperti ini?


Biarkan roda takdir berputar normal

Awalnya hanya satu, atau dua. Namun saya semakin ke sini begitu banyak melihat orang-orang yang mulai memamerkan sesuatu yang sebenarnya dapat menyulitkan mereka di kemudian hari. Pernah saya benar-benar marah kepada seseorang yang ‘curhat’ kepada saya karena tidak kuatnya ia membayar cicilan kendaraannya karena gajinya ternyata tidak cukup untuk itu semua. Ditambah, ia baru diterima kerja.

Saya berkali-kali berpesan bahwa jangan sekali-kali ‘hack’ roda takdir kalian. Karena jika roda takdir itu sudah rusak, kalian semakin sulit menerka kapan kalian akan bahagia dan akan sengsara. Bahkan skenario terburuknya adalah ketika roda takdir kalian benar-benar macet ketika ia sedang berada di sisi bawah. Yang artinya, itu dapat membuat kalian mengalami masa-masa sulit dalam waktu yang sangat lama hingga roda takdir tersebut pulih kembali.

Allah Ta’ala menjadikan takdir manusia itu dinamis, maka dari itu setiap manusia diberi kuasa olehNya untuk mengelola takdirnya dengan sangat bijak. Jika memang skenario hidupnya sedang datang masa-masa sulit, jalani saja seperti biasa meskipun harus dihiasi dengan linangan air mata setiap harinya.

Hiduplah secara normal. Namun bukan berarti kita harus bertindak secara kaku dalam hidup. Maksudnya, jika kalian bercita-cita ingin menjadi artis yang terkenal, jangan buru-buru untuk mendapatkannya. Nikmatilah prosesnya agar kalian dapat tampil maksimal, di samping kalian juga mempelajari hal-hal baru yang dapat mendukung impian kalian.

Seringkali orang-orang yang mendapatkan sesuatu secara instan, tenggelamnya juga begitu instan, dan peristiwa seperti ini menjadi terlihat semakin nyata di era digital ini, di mana orang-orang memiliki hak yang sama untuk berlomba-lomba mendapatkan perhatian publik.


Sisi yang tidak tersinari mentari

Di satu sisi, orang-orang yang mencoba untuk mengikuti alur hidup secara normal dan mematuhi norma-norma takdir mereka, hanya dapat menikmati setiap tetesan kebahagiaan yang tercurah ke wajah orang-orang yang berhasil meretas roda takdir mereka sendiri. Bahkan tidak jarang banyak orang-orang ‘normal’ pernah terlintas dalam benaknya, sebuah kalimat yang mempertanyakan apakah dunia adil kepada mereka.

Di sinilah saya kemudian mencapai titik di mana saya harus mengernyitkan diri dan menurunkan alis saya untuk mereka-mereka yang tengah berjuang menghormati roda-roda takdir mereka itu. Tetapi saya mengerti jika kebanyakan orang lebih memilih untuk menyembunyikan perasaan insecurity mereka dan tidak mengumbarnya ke ranah publik kecuali sedikit dari mereka.

Padahal jika mereka-mereka yang telah berusaha ‘senormal’ mungkin untuk menghormati roda-roda takdir mereka memilih untuk membanting stir dan mulai memilih jalan pintas untuk memutar roda takdir mereka ke arah kebahagiaan lebih cepat, mereka mampu, bahkan sangat mampu untuk melakukannya. Namun mereka memilih untuk tetap dalam pendiriannya, merekalah yang kemudian menyita perhatian saya untuk menjadi salah satu objek kepedulian saya.

Kesuksesan dapat bermacam-macam, dari bentuk kekayaan, jabatan, ketenaran, hingga cinta. Kita sering melihat orang-orang yang ‘menurut kita’ sudah setahap lebih maju dalam meraih kesuksesannya. Dan alih-alih membuat kita termotivasi dan tertantang, tidak jarang setiap ajang ‘pamer’ yang dilakukan banyak orang-orang di sosial media justru berhasil membuat kita bertanya-tanya apakah kita akan sehebat mereka. Syukur jika kita tidak dihinggapi rasa iri setelah itu.

Tidak jarang, kemudian kita dihinggapi rasa pesimis dan seakan menjadi tidak berguna.

“Saya sudah berada di usia setua ini, namun saya seakan tidak akan menggapai tujuan hidup dan cita-cita saya.”


Duduk bersama

Saya sendiri pernah mengalami hal-hal seperti ini maka dari itu saya benar-benar memahami keluh kesah orang-orang yang juga merasakan hal yang sama.

Bisa saja saya mengatakan kepada orang-orang yang sedang dilanda rasa galau tersebut bahwa mereka harus menghilangkan rasa galau itu dengan segera karena itu merugikan dan menuduh mereka bahwa mereka mungkin kurang bersyukur atau jauh dari Tuhan.

Tidak, saya tidak akan demikian. Melainkan, saya mengajak duduk bersama untuk membuat masalah ini setidaknya clear dan rasa gundah gulana kita berkurang berganti dengan rasa lega yang dapat menumbuhkan motivasi dan keteguhan hidup. Kalian tidak sendirian, namun yang sulit adalah bagaimana caranya mengumpulkan buih menjadi sebuah bijih besi yang kuat.

Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. (HR. Tirmidzi)

Menghormati roda takdir juga merupakan bagian dari syariat agama. Allah Ta’ala telah membuat skenario hidup setiap manusia dengan sangat dinamis. Masalahnya adalah, tinggal bagaimana kita teguh dengan pilihan kita di saat orang-orang di sekitar kita benar-benar membuat kita gatal untuk meniru jalan mereka secara gegabah.

Kita paham bahwa banyak orang-orang sukses tersebut pernah memiliki sederet hal-hal yang begitu pahit dalam prosesnya. Nah bagaimana dengan kita? Apakah proses yang pahit itu sedang kita rasakan? Atau kita hanya mengeluh tanpa dasar dan tanpa dibarengi dengan usaha yang signifikan untuk menjemput bagian paling menyenangkan dalam roda takdir kita?

Tetaplah berjuang, karena setiap orang berada dalam garis hidupnya masing-masing. Rasa cemburu dan galau adalah manusiawi, yang terpenting bagaimana kita menyikapi itu semua.

Tips yang saya dapat dari seseorang di internet dan saya sangat setuju, adalah mengganti waktu kita yang sebagian berselancar tanpa arah di media sosial, dengan kegiatan bermanfaat seperti yang paling ringan adalah membaca buku dan artikel-artikel positif di internet. Hilangkanlah seluruh akses yang dapat membawa kita kembali terjatuh dalam lubang ketidaknyamanan kita, karena itu sangat tidak menyenangkan.

Hindarilah orang-orang sukses yang menurut kalian terlalu cepat mereka dalam mendapatkan kesuksesan tersebut. Mereka mungkin akan mengganggu aktivitas kalian, namun ketidakpedulian akan hal-hal seperti itu justru akan membawa kalian kepada kebahagiaan.

Cukup kerjakan hal-hal yang menurut kalian bermanfaat, everything will be alright. Jika kalian merasa diri kalian tidak berguna, saya memiliki artikel yang membahas masalah itu. Klik di sini.


—<(Wallaahu A’lam Bishshawaab)>—

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke Twitter
๐Ÿค— Selesai! ๐Ÿค—
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. ๐Ÿ’—

Nilai

Polling

Sugesti

Permainan


  • Sebelumnya
    Kegiatan Prank, Hiburan yang Memiliki Resiko

    Berikutnya
    Horor Pendek 37: Waktunya Tidur


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. ๐Ÿ˜‰

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. ๐Ÿ˜Š


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. ๐Ÿ˜‰

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. ๐Ÿค—

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. ๐Ÿค—

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll ๐Ÿ‘‡

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. ๐Ÿ”ฎ

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? ๐Ÿ˜ฑ Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.