Menjadi PNS

Sudah dari beberapa tahun lalu sering sekali saya mendengar percakapan dari para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi PNS atau Pegawai Negeri Sipil. Pun dengan beberapa postingan di media sosial mengenai maraknya cita-cita orang tua yang menginginkan anaknya menjadi ini dan itu, terutama PNS.

Ide membuat artikel ini berawal dari seorang karyawan rekan kerja saya yang baru saja magang tiba-tiba mengajukan surat pengunduran diri. Rekan kerja saya kaget dan bertanya apakah ada sesuatu di kantornya yang kurang memuaskan atau sesuatu.

Dia justru menjawab sebaliknya bahwa lingkungan kerja yang sekarang sangat nyaman dan sulit untuk keluar. Tetapi dia sudah didesak oleh orang tuanya agar ikut tes seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Saya tidak merasa ada sesuatu yang aneh dengan alasannya itu, namun setelah saya terdiam sejenak, saya mengajukan pertanyaan mengenai apa alasan orang tuanya masih ingin menjadikan anaknya itu menjadi PNS. Padahal dia sudah dan memang sedang bekerja.

Rekan kerja saya menjawab hal yang klasik. Orang tuanya ingin anaknya mendapatkan pekerjaan yang bergengsi dan memiliki penghasilan besar, atau setidaknya stabil.

Saya hanya menghela nafas, sebelum pada akhirnya artikel ini tersaji.


Sebenarnya hal yang normal

Siapa orang tua yang tidak ingin anaknya mendapatkan pekerjaan yang bergengsi dan/atau memiliki penghasilan yang besar dan stabil? Saya pikir hampir semua orang tua akan mengangguk setuju bahwa mereka ingin anak mereka mendapatkan pekerjaan seperti itu.

Entah di negara berkembang, negara maju, atau bahkan di negara terbelakang sekali pun, setiap orang tua memiliki cita-cita yang tinggi terhadap jalan hidup anak-anak mereka.

Jika ada orang yang sukses menjadi dokter, maka sebagian orang tua akan berbondong-bondong mendorong anaknya untuk menjadi dokter. Jika ada orang yang sukses menjadi Youtuber, maka sebagian dari orang tua lainnya akan pula mendorong anaknya menjadi artis digital.

Suatu kebanggan bagi orang tua saat mereka mendengar ada orang lain yang menyinggung anaknya dengan berkata, “Anak siapa itu yang sudah sukses jadi dokter?”

Atau bahkan orang tuanya itu sendiri yang membangga-banggakan anak mereka yang misalnya, mengenyam ilmu sampai ke luar negeri, atau anak mereka yang sudah menjadi bintang film, atau sudah mendapatkan pekerjaan bergengsi lain.

Sekali lagi, itu normal.

Tetapi ada satu yang sebenarnya agak disayangkan, ternyata ada batasan yang ekstra ketat yang seharusnya dipahami oleh setiap orang tua namun banyak dari mereka yang enggan.

Saya hanya beri contoh satu. Ada seorang seniman yang sebenarnya memiliki karya yang bagus. Namun aduhai sayang, orang tuanya hanya ingin anaknya menjadi PNS dan hasil karyanya hanya dipandang sebelah mata, atau bahkan tidak dipandang sama sekali.

Baiklah, sebab judul artikel ini adalah mengenai PNS, jadi batasan masalahnya saya hanya akan menyinggung PNS saja, saya akan mengabaikan pekerjaan lain.


Lebih dari sekedar pengabdian

Saya tidak begitu paham, mungkin sebagian besar orang mengetahui bahwa PNS atau pegawai negeri sipil adalah pegawai yang pada intinya diberikan wewenang untuk menjabat untuk suatu urusan yang langsung berada dalam asuhan negara.

Oleh karena itu para pejabat PNS berpakaian dinas, digaji oleh negara, disegani oleh masyarakat, bahkan sampai sebagian orang telah tertanam prasangka bahwa hidup sebagian pejabat PNS adalah makmur dan berkecukupan.

Bahkan ada beberapa orang yang menyangka bahwa menjadi PNS adalah portal untuk memiliki barang-barang mewah dan berkelas.

Masih ada beberapa orang yang tidak paham bahwa tugas PNS adalah wajib melayani pelanggannya yang disebut rakyat. Karena dari rakyatlah sumber gaji PNS.

Tugas PNS begitu berat karena mereka harus mengurusi seluruh keperluan rakyat secara baik dan seharusnya lebih profesional daripada perusahaan swasta. Karena tentu saja, gengsi harus sejalan dengan pengorbanan sebagaimana hak yang harus sejalan dengan kewajiban.

Faktanya, masih banyak orang tua yang ingin anaknya menjadi PNS justru hanya karena mereka ingin diri dan anak mereka mendapatkan gengsi dan pendapatan yang berarti yang membuat mereka dapat disegani atau bahkan ditakuti lingkungannya, bukan karena mereka ingin anak mereka bermanfaat bagi masyarakat dan negaranya.

Seolah-olah banyak orang tua yang tidak peduli apakah anak-anak mereka memiliki kemampuan untuk mengemban urusan rakyat atau tidak, mereka hanya ingin gengsi semata dengan menyuruh anak mereka agar menjadi PNS.

Apakah mereka nanti peduli jika nanti anaknya ternyata memiliki kinerja yang buruk saat telah menjadi PNS? Apakah mereka nanti peduli jika saat anaknya menjadi PNS, banyak urusan masyarakat yang tidak dapat ditanganinya dengan baik?


Gedung mewah yang rapuh akan mudah rubuh

Semoga saya aman jika saya mengatakan bahwa orang tua yang ingin anaknya menjadi PNS hanya karena gengsi dan gaji adalah orang tua yang egois.

Mengapa? Karena tentu saja mereka hanya ingin seluruh gengsi yang diraih dari anaknya saat menjadi PNS hanya menjadi milik keluarga mereka saja. Mereka hanya ingin sanjungan dan kelebihan harta.

Sebagian besar mereka bahkan tidak pernah mendidik anaknya untuk memiliki kontribusi yang signifikan untuk negaranya. Tidak pernah mengajari anaknya untuk mematuhi peraturan seperti rambu lalu lintas dan peringatan tertulis lain.

Bahkan para orang tua seperti itu cenderung memaksa anaknya untuk mendapatkan gengsi agar mereka dapat berlomba-lomba untuk dapat membangga-banggakan anaknya di lingkungan tempat mereka tinggal, tidak peduli apakah anaknya akan suka atau tidak.

Jika anaknya tidak memiliki prestasi di sekolah, mereka akan membelikan anaknya barang mewah supaya dapat dipamerkan ke seluruh jagat raya.

Baiklah kembali ke PNS, akibatnya jika posisi PNS diisi dengan orang-orang yang tidak seharusnya, bagi yang muslim mungkin pernah mengetahui hadits berikut,

“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”
(HR. Bukhari)

Sayangnya, sedikit dari muslim kini yang terlihat mengamalkan hadits tersebut.


Sisi sebaliknya

Terkadang lucu jika melihat beberapa orang yang komplain dan menyebut bahwa sebagian pejabat PNS memiliki performa kerja yang buruk hingga memakan gaji buta (magabut), sedangkan mereka sendiri ingin anak mereka menjadi para pejabat PNS seperti itu.

Saya lumayan geli saat ada respon, “Ah, bapak saya jadi PNS nggak magabut gitu kerjanya tuh.”

Ya, sekarang siapa yang dapat menjamin jika anak mereka yang menjadi PNS dapat seprofesional orang yang mereka sebut-sebut itu?

Seakan masih banyak orang menganggap enteng urusan negara yang mungkin dapat berimbas secara langsung dan tidak langsung kepada diri mereka dan orang banyak.

Keegoisan beberapa orang tua yang ingin anaknya menjadi PNS hanya demi gengsi dan wibawa belaka dapat membuat posisi PNS dipenuhi oleh orang-orang yang seharusnya memang tidak ditempatkan untuk itu.

Apalagi jika anak mereka yang sudah menjadi PNS dan mereka sudah mendapatkan gengsi yang mereka inginkan. Apakah mereka kemudian mengevaluasi bagaimana kinerja anaknya, atau bagaimana kinerja anaknya dalam melayani masyarakatnya pada hari itu?

Karena kita tidak pernah tahu, negeri yang korup mungkin bermuara dari didikan orang tua yang juga korup. Sayangnya mereka seakan tidak pernah merasa.

Saat ada orang yang kemudian menyanggah, “Kan nggak semuanya begitu…”

Sekarang saya tanya, “Sekarang yang begitunya berapa banyak? Yang begitunya sudah berapa persen?”

Dear, look, setitik nila saja sudah dapat merusak susu sebelanga, apalagi jika nilanya diguyur. Mengapa banyak dari kita yang masih tidak ingin mendengar?


Penutup

Saya ulangi, saya tidak pernah melarang jika ada orang tua yang ingin anaknya mendapatkan pekerjaan bergengsi dan/atau mendapatkan penghasilan yang besar. Entah itu artis, dokter, PNS, hingga bekerja di luar negeri. Karena saya pun ingin membentuk anak saya nanti sebagai anak yang disegani di masyarakat.

Tetapi saya hanya tekankan kepada niat masing-masing terlebih dahulu. Jika memang diniatkan untuk mengabdi atau setidaknya bermanfaat bagi orang banyak, maka itu perlu didukung.

Sebaliknya, jika hanya untuk memperkaya diri sendiri atau minimal mendapatkan gengsi lewat anak, wow dear, maka itu adalah benalu dalam wujud orang tua. Mereka menanamkan polusi kepada anak-anaknya demi kepentingan diri mereka saja. Mirip parasit.

Padahal dengan pengabdian yang penuh dan kinerja yang maksimal, penghasilan dan gengsi pastinya jauh lebih ‘halal’ didapat bukan?

Jangan sampai niat-niat korup dari para orang tua yang tidak bertanggung jawab seperti itu menjadikan pejabat PNS yang seharusnya disegani justru menjadi pekerjaan yang banyak disumpahi.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke Twitter
๐Ÿค— Selesai! ๐Ÿค—
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. ๐Ÿ’—

  • Sebelumnya
    5 Rahasia Indahnya Eropa, Sang Negeri Dongeng

    Berikutnya
    5 Ciri Orang yang Bermanfaat dan yang Tidak


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. ๐Ÿ˜‰

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. ๐Ÿ˜Š


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. ๐Ÿ˜‰

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. ๐Ÿค—

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. ๐Ÿค—

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll ๐Ÿ‘‡

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. ๐Ÿ”ฎ

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? ๐Ÿ˜ฑ Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.