Mengundang Rezeki

Siapa yang tidak ingin Allah berikan rezeki? Saya memahami bahwa jika seseorang berbicara masalah rezeki, kemungkinan besar yang dimaksud adalah rezeki dalam bentuk harta. Dan itu memang tidak salah.

Harta, jabatan, apresiasi, kekasih, ilmu, iman, hingga kebahagiaan, semuanya adalah bagian dari rezeki.

Saya memahami jika sebagian orang sedang dilanda kekurangan harta, bahkan saya sendiri pernah mengalaminya.

Sebelumnya, di tulisan ini saya tidak akan berbicara tips mencari rezeki di sini adalah banyak shalat, banyak bersedekah, dan banyak berzikir sebab para pembaca mungkin sudah tahu kiat-kiat mencari rezeki seperti itu.

Saya sendiri telah memiliki postingan bagaimana saya mendapatkan sepuluh juta rupiah lewat shalat hajat.

Saya ingin mengulik hal lain yang insyaAllah juga dapat mengundang rezeki, termasuk di antaranya rezeki berupa harta. Bahkan bukan hanya harta, melainkan juga mengundang rezeki berupa jabatan, apresiasi, kekasih, ilmu, iman, hingga kebahagiaan.

Jadi bagi yang memiliki hajat seperti ingin memiliki harta yang berlimpah, atau jabatan yang tinggi, atau kebahagiaan, saya sediakan lima tips yang insyaAllah dapat mempercepat terkabulnya hajat dari para pembaca.


Terus berimprovisasi

Mengapa untuk mendapatkan rezeki lebih seseorang harus terus melakukan perbaikan atau improvisasi?

Mudah, karena manusia dibalas oleh Allah Ta’ala sesuai apa yang mereka kerjakan.

…Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
QS. AnNajm: 39

Bahkan di ayatNya yang lain,

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60)

Cukup disayangkan, banyak orang yang ingin mendapatkan rezeki lebih, entah berupa harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, dan orang-orang yang menghargai, tetapi mereka enggan melakukan perbaikan dan bahkan mereka mengeluarkan begitu banyak alasan untuk menghindari improvisasi.

Masih sangat banyak orang-orang yang mengerjakan sesuatu dengan setengah hati kemudian melempar dalih, “Kan yang penting ada?! Gak bersyukur banget sih?!

Orang-orang seperti itu lupa bahwa ikhtiar juga menjadi pertimbangan Allah Ta’ala dalam memberikan rezeki kepada hambaNya.

Contoh, jika seorang pegawai atau karyawan terus melakukan perbaikan kinerja, maka perusahaannya akan merasakan manfaat dari perubahan positif si karyawan tersebut.

Kemudian jika perusahaan sudah merasakan manfaat dari seorang karyawan, perusahaan akan ‘mati-matian’ mempertahankan si karyawan yang memiliki prestasi kerja. Perusahaan akan menawarkan gaji dan jabatan yang lebih baik kepada karyawan tersebut.

Sebab jika perusahaan tidak dapat mempertahankan karyawan yang berdampak positif bagi kelangsungan usaha mereka, perusahaan lain yang akan berebut karyawan tersebut untuk menjadi bagian tim mereka.

Bahkan dengan selalu melakukan banyak perbaikan atau improvisasi, seseorang bukan hanya berkesempatan untuk mendapatkan harta dan jabatan yang jauh lebih baik, ia juga akan mendapatkan gengsi dan penghormatan dari lingkungannya tanpa diminta.

Benar, orang yang selalu berusaha untuk melakukan banyak perbaikan insyaAllah akan diangkat derajat hidupnya oleh Allah Ta’ala.

Perlu diingat, masyarakat yang enggan melakukan perbaikan dan selalu menggampangkan banyak hal akan melahirkan pemimpin yang juga berwatak serupa.

Jadi jangan heran jika pemimpin suatu wilayah tidak dapat bekerja dengan baik dan benar dan cenderung memilih menjaga citranya di depan kamera. Karena hal itu lah juga yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya.


Membahagiakan & mempermudah urusan orang lain

Selanjutnya, salah satu hal yang insyaAllah juga dapat memancing rezeki adalah sebenarnya sesuatu yang begitu sederhana, yakni membuat orang lain nyaman dan bahagia.

Dan yang dimaksud orang lain bukan hanya orang terdekat saja, melainkan siapa pun yang kita jumpai secara umum.

“Barang siapa yang memberikan mudarat kepada orang lain, maka Allah akan memberikan mudarat kepadanya. Barang siapa yang memberikan kesulitan kepada seorang muslim, maka Allah akan memberikan kesulitan kepadanya.”
(HR. Ahmad no. 15755)

Nabi Muhammad saw. juga pernah bersabda di hadits Beliau yang lain.

“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim no. 2699).

Namun sayangnya, kebanyakan orang yang mengeluhkan rezekinya yang selalu kurang dan jauh dari kata cukup, mereka selalu begitu banyak alasan jika diajak untuk menolong orang lain.

Menolong orang lain ini bukan hanya menyantuni anak yatim atau memberi makan fakir miskin. Kebanyakan orang nyatanya baru bergerak untuk menolong orang lain saat mereka melihat ada saudaranya yang terkena musibah.

Artinya, masih banyak yang seakan menunggu seseorang terkena bencana atau musibah dahulu baru hati mereka tergerak untuk menolong orang lain.

Saya hanya khawatir jika prilaku seperti ini membuat negeri ini terus-menerus Allah berikan musibah sebab masyarakatnya baru terpanggil untuk menolong orang lain hanya saat ada musibah semata.

Padahal, begitu banyak perbuatan membantu sesama di luar masa-masa sulit. Seperti, menjaga suasana hati seseorang, memberikan hadiah dan kejutan-kejutan positif, memberi motivasi yang benar-benar motivasi dan bukan hanya berupa hiburan ‘receh’.

Mengapa kita tidak segera mencari orang-orang terdekat kita yang sepertinya sedang dilanda kesedihan? Mengapa kita tidak bersegera untuk menghibur mereka? Katanya kita ingin mendapatkan rezeki lebih dari Allah?

“sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.”
(HR Ibnu Abbas RA)

Berbuatbaiklah kepada orang lain, karena mereka mungkin sedang mendapatkan ujian hidup yang pelik, atau sedang membawa inspirasi yang dapat bermanfaat bagi sesama.


Menanam pohon

Selain hablun-min-Allah dan hablun-min-annas, ada bentuk ibadah lain yang disebut dengan hablun-min-alalam.

Menjaga dan merawat lingkungan sekitar juga dapat terhitung sebagai ibadah yang seringkali diabaikan oleh banyak orang.

Padahal, kita sudah belajar dari sekolah mengenai manfaat luar biasa yang akan kita dapatkan dari sebuah pohon.

“Apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman itu merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman itu merupakan sedekahnya. Tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman itu kecuali merupakan sedekahnya.”
(HR. Muslim)

Sudah jelas pada hadits di atas bahwa apa saja manfaat yang dihasilkan dari pohon yang ditanam oleh seorang muslim, itu dapat menjadi sedekah baginya. Dan tentu saja, Allah akan membalas setiap sedekah yang dilakukan dengan ikhlas, insyaAllah.

Jika kita mengulik negara tetangga, Singapura, yakni sebuah negara kecil yang sangat miskin sumber daya alam, ternyata masyarakat di sana sudah mendapatkan manfaat dari merawat lingkungan ini. Manfaatnya begitu terasa baik oleh warganya yang muslim maupun yang kafir.

Lihat, sekarang Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memuncaki segala bidang, bahkan pendapatan rata-rata dari orang yang bekerja di sana adalah sepuluh juta rupiah atau bahkan lebih jika dirupiahkan.

Siapa di sini yang tidak ingin mendapatkan gaji sepuluh juta rupiah atau lebih? Belum lagi warga Singapura mendapatkan fasilitas lengkap dan gratis dari pemerintah mereka, subsidi perumahan yang dapat terjangkau dengan kendaraan umum yang juga dapat diandalkan.

Intinya, sebagian besar warga Singapura telah mendapatkan sesuatu yang negara-negara tetangganya baru hanya dapat memimpikannya.

Apa rahasianya? Apakah karena merawat lingkungan?

Yes, merawat lingkungan adalah salah satu yang digemari oleh warga Singapura. Bahkan mereka dengan bangga memasang moto “City in a garden” atau “Kota Dalam Kebun” karena begitu hijaunya negara tersebut.

Itulah yang membuat Allah Ta’ala mengganjar perbuatan mereka dengan memberikan rezeki dalam bentuk yang bukan hanya harta yang berlimpah, namun negara yang sangat nyaman dan memiliki pemimpin yang dapat diandalkan.

Sedangkan negara kita, saya sudah sering membahasnya cukup berkali-kali, jadi saya kopas saja dari artikel saya yang lain:

Kita bersyukur tinggal di negara yang sangat indah ini. Namun semakin ke sini, kesadaran untuk melestarikan alam bukannya semakin meningkat, justru sebaliknya. Bahkan masalah sampah saja sepertinya tidak pernah mengalami penurunan yang signifikan.

Padahal masalah kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya adalah kesadaran merawat alam yang paling dasar.

Bagaimana para masyarakatnya akan peduli dengan kondisi alam yang semakin digerogoti para penguasa? Banyak dari kita saja tidak tahu apa saja keanekaragaman hayati di sekeliling kita.

Saya sering menemukan tempat yang sudah kering, lahan yang sudah dibuka dan masih terlihat bekas hangusnya, air terjun yang sudah tidak mengalir lagi padahal masih belum lama dari hujan terakhir.


Menggali ilmu lebih dalam

Mengapa kita juga wajib mempelajari ilmu dunia di samping mempelajari ilmu agama yang utama?

Mudah, karena kita masih memiliki nafsu dunia sedangkan kita bukan ulama.

Jika kita ingin menjadi ulama, sebaiknya kita memang terus mendalami seluruh cabang ilmu agama, belajar kitab-kitab ulama terdahulu, memiliki guru agama yang kredibel, menempuh jalur pendidikan yang memang dikhususkan untuk memperdalam ilmu agama.

Namun jika kita memilih untuk mengambil profesi di luar ulama, maka kita pun wajib mendalami ilmu dunia sesuai bakat kita, tanpa mengurangi porsi belajar ilmu agama.

Imam Asy-Syafi’i rah.a. yang mana mazhab beliau paling banyak diikuti oleh muslim di Indonesia, pernah berkata seperti ini,

“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.”

Artinya Beliau rah.a memahami bahwa segala sesuatu yang kita inginkan harus memiliki ilmu yang berkaitan dengan itu.

Jika ada orang yang menginginkan dunia seperti harta yang berlimpah namun ia tidak berusaha mendalami ilmu dunia yang berkaitan dengan bakatnya, maka satu-satunya cara yang dapat ia tempuh adalah dengan cara yang haram seperti mendatangi dukun, menjadi maling, hingga menjadi koruptor.

Tetapi kenyataannya, justru kita sering memperhatikan di sekeliling kita orang-orang yang katanya ingin mendapatkan kehidupan dunia yang bagus, yang mereka lakukan alih-alih mendalami ilmu yang sesuai dengan kemampuan mereka, mereka justru disibukkan dengan melihat-lihat sosial media dan mengomentari politik yang mereka tidak paham.


Stargazing

Salah satu hak dari jiwa kita adalah ruang personal. Mengapa ruang personal ini penting dan insyaAllah dapat mendulang rezeki yang berlimpah?

Setiap manusia sebaiknya harus memiliki waktu khusus untuk dirinya sendiri. Tidak boleh ada sentuhan sosial apa pun, dan tidak boleh pula ada alat elektronik di sekitarnya.

Benar, kita harus semaksimal mungkin meraih waktu yang berkualitas seorang diri.

Lalu apa yang dilakukan saat menyendiri? Bermacam-macam, dari mulai bermuhasabah, introspeksi diri, mencari inspirasi, membuat sebuah karya, hingga bermunajat.

Salah satu waktu terbaik untuk memberikan hak ruang personal kepada diri kita sendiri adalah pada malam hari, terutama saat orang lain tertidur.

Bukan hanya malam hari memiliki nuansa yang begitu tentram dan nyaman, Islam juga menaruh perhatian yang banyak kepada orang yang menggelar dan mendirikan ibadah di malam hari.

Bahkan Allah Ta’ala yang langsung turun ke langit dunia setiap malam.

“Allah SWT turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu pada sepertiga malam. Lalu Dia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?’ Ini berlaku hingga terbitlah fajar.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Di malam hari, kita dapat mendongak ke atas, ke arah langit yang di sanalah tempat bertaburnya bintang-bintang. Kita menatap langit yang kita sendiri tidak tahu batasnya sebab luas tidak terkira.

Orang-orang Jepang memiliki produk yang luar biasa dan berkesan sebab menatap langit malam adalah salah satu budaya mereka. Bahkan Rasulullah saw., beliau juga menatap langit malam saat hendak shalat tahajud.

Saya bahkan pernah menulis masalah stargazing atau perihal menatap bintang-bintang ini di artikel khusus secara mendetail. Kalian dapat membacanya di sini.

Dengan seringnya bermuhasabah, kita akan menjadi lebih terbuka dan lebih bijak. Malam hari juga waktu yang tenang untuk mendulang semangat dan ide-ide brilian yang tidak terduga.

Bukankah banyak bisnis yang bernilai miliaran dari sebuah ide yang matang? Maka dari itu stargazing adalah salah satu momen yang tepat untuk mendulang ide-ide tersebut.


Kini, kembali ke diri kita sendiri. Kita ingin Allah Ta’ala memberikan harta dan jabatan dengan segera. Namun mengapa kita tidak ingin melakukan tindakan untuk meraih rezeki tersebut dengan segera pula?

Wallahu A’lam Bishshawaab

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Tuhanku, HambaMu Serakah...

    Berikutnya
    Menilik "Keislaman" Orang Jepang


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas